Penulis
Intisari-online.com -Desakan Gedung Putih agar Amerika segera miliki vaksin Covid-19 membuat ahli kesehatan takutkan akan muncul vaksin yang sebenarnya calon vaksin yang gagal.
Pembuat obat dan agensi resmi telah mulai menulis ulang aturan penelitian vaksin.
Melansir Politico.com, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah janjikan akan ada vaksin virus Corona sebelum tahun 2020 berakhir.
Namun kekhawatiran ahli kesehatan semakin meningkat.
Mereka takutkan Gedung Putih akan menekan para pembuat keputusan untuk setujui kandidat vaksin pertama untuk tunjukkan bukti janji tersebut.
Lebih buruk lagi, vaksin yang disetujui dengan tergesa-gesa tersebut takutnya tidak miliki bukti bahwa efektif dan berikan perlindungan melawan virus tersebut.
Agen pembuat obat telah mulai menulis ulang aturan penelitian vaksin.
Mereka juga sudah luncurkan kandidat sampai ke pengujian klinis dengan kecepatan super untuk mengakhiri pandemi.
Data dari keamanan vaksin sudah mulai mengalir masuk.
Namun belum ada kandidat yang siap untuk tahap akhir proses pengembangan: percobaan jangka panjang berbulan-bulan dari 10 ribu relawan untuk buktikan vaksin memang bekerja.
Waktu yang singkat ini, dikalikan dengan tekanan dari lingkungan politik, telah membuat ahli khawatir Food and Drug Administration (FDA) dapat berikan izin gawat-darurat untuk satu atau beberapa vaksin sebelum pengujian klinis benar-benar tunjukkan jika vaksin tersebut bisa mencegah infeksi.
Melangkahi langkah itu dapat membuat jutaan dosis akan tersedia di luar uji klinis, sehingga akan sulit mendaftar orang-orang yang memakainya dan didata agar bisa diawasi apakah virus tersebut berguna atau tidak.
Lebih parah lagi, mereka dapat menghapus kandidat vaksin yang lebih baik di pasar.
"Jika Anda berikan wewenang gawat darurat, Anda akan sulit mengakses semua vaksin dan mengukur satu hal paling penting: apa mereka efektif dalam mencegah infeksi? itu kuncinya," ujar Ezekiel Emanuel, pimpinan departemen etika medis dan kebijakan kesejahatan di University of Pennsylvania, serta penasihat kesehatan calon partai Demokrat, Joe Biden.
Sementara itu, ahli penyakit infeksi pemerintah, Anthony Fauci, mengatakan jika jumlah infeksi virus Corona masih tinggi pada musim gugur selanjutnya, yaitu saat beberapa kandidat vaksin mulai diuji tahap akhir.
Pada saat itu, ilmuwan dapat temukan jawabannya dengan cepat dari pengujian teracak dan terukur, sehingga wewenang gawat darurat tidak diperlukan lagi.
"Kemungkinan kita akan memiliki jawaban akhir tahun ini, awal Desember atau awal tahun 2021," ujar Fauci.
"Namun masih tidak ada jaminan jika pada saat itu sudah ada vaksin yang bekerja, itu tantangannya."
Namun akhir tahun 2020 mungkin kurang cepat bagi Trump, yang mati-matian bekerja agar terpilih lagi menjadi presiden dan bersemangat untuk penuhi janjinya: vaksin bagi semua warga Amerika tahun ini.
Setelah berminggu-minggu Trump mempromosikan obat malaria hidroklorokuin sebagai obat Covid-19, FDA mendapatkan wewenang untuk perbolehkan obat itu meskipun obat tersebut dilarang WHO.
Pengujian terakhir buktikan jika obat tersebut tidak miliki keuntungan untuk pasien virus Corona, dan pada Senin FDA mencabut wewenang tersebut dan sebutkan jika hidroklorokuin tidak memiliki efek.
Komisioner FDA Stephen Hahn menampik jika tekanan politik telah mempengaruhi respon agensinya terhadap virus Corona.
"FDA tidak akan bolehkan adanya tekanan politik mempengaruhi keputusan kami terlepas bagaimana pun kondisinya, dan paling penting, hal tersebut tidak akan pernah terjadi dalam pengawasanku," ujarnya dikutip dari Politico.
"Kami tetap lanjutkan lakukan penelitian dengan sangat serius."
Namun, kisah hidroklorokuin tampak bertetangan dengan hal tersebut.
"Kepercayaan publik kepada FDA telah hancur karena ijin hidroklorokuin dan kemudian kekacauan yang dibuat dengan tes serologi," tulis Nicole Lurie, asisten sekretaris untuk persiapan dan respon di HHS waktu administrasi Obama.
"Mereka mendapat dua serangan melawan mereka. Risiko administrasi Trump merusak kepercayaan publik kepada agensi ilmuwan sangat besar."
Efek perhitungan politik tersebut dapat meluas melebihi pandemi virus Corona, yang telah membunuh lebih dari 112 ribu warga Amerika sejauh ini, yaitu dengan mengurangi kepercayaan publik terhadap vaksinasi umumnya.
Sampai saat ini, seperempat warga Amerika mengatakan mereka sudah tidak tertarik dalam menerima vaksin virus Corona.
Dalam survey dilakukan Reuters bulan lalu, kasarannya 36% dari responden mengatakan mereka akan kurang bersedia untuk mengambilnya jika presiden, yang di masa lalu terbuka mempertanyakan perlunya vaksin, mengatakan vaksin aman.
Vaksin tercepat dalam waktu produksinya, yaitu vaksin gondong memerlukan waktu 4 tahun produksinya.
Banyak vaksin tahap eksperimental tunjukkan janji di pengujian awal, yang melihat keamanannnya dan apakah timbulkan respon imun.
Namun jumlah yang signifikan mulai gagal di penelitian akhir yaitu penelitian efektivitas, diketahui sebagai pengujian fase ketiga.
Pasien dapat kembangkan antibodi dalam merespon masuknya dosis vaksin eksperimental, tetapi itu tidak cukup untuk melawan penyakit tersebut.
Sejumlah suntikan potensial untuk mencegah HIV gagal dalam uji coba, misalnya, setelah memproduksi antibodi yang masih dapat dihindari oleh virus.
SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat berbeda, tetapi tidak ada vaksin untuk coronavirus yang pernah disetujui.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini