Mahathir, yang selama berpuluh-puluh tahun menikmati reputasinya sebagai juara anti-Barat di negara-negara berkembang, mengatakan nafsu Trump telah memperburuk ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.
"Saya tidak pernah berpikir dia akan menang, tetapi dia menang."
"Sekarang orang-orang mengatakan ada banyak orang yang akan mendukungnya."
"Itu akan menjadi bencana," kata Mahathir seperti dikutip South China Morning Post.
Sebagai perbandingan, Mahathir mengatakan mantan wakil presiden Joe Biden, yang merupakan calon dari Partai Demokrat.
Menurutnya Joe Biden adalah sosok yang lebih masuk akal yang telah bereaksi dengan empati terhadap kerusuhan terkait ras Amerika baru-baru ini.
"Saya tidak tahu apakah dia akan terpilih kembali, tetapi saya berharap Biden akan berbeda dari dia," kata Mahathir.
"Saya memilih Biden [walaupun] saya tidak punya hak pilih," lanjutnya.
Mahathir mengatakan dia juga telah mengamati protes nasional di AS yang meletus setelah pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata, oleh seorang perwira polisi kulit putih di Minneapolis.