Meski Termahsyur, Ternyata DN Aidit Cuma 'Anak Bawang,' Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesungguhnya Karena Pernah Bertemu dengan Stalin di Moskow

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung.

Intisari-Online.com - Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) siapapun orang Indonesia bakal tahu siapa pria ini.

Mendengar namanya langsung saja pikiran tertuju dengan pemberontakan, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aib.

Kematian Aidit pun sekarang masih menjadi kontroversi dan dimana jenazahnya pun tidak diketahui.

Asal muasal adanya PKI di Tanah Air berasal dari seorang sosialis asal Belanda, Henk Sneevliet.

Baca Juga: Pernah 'Mengemis' pada Indonesia, Mantan PM Malaysia Mahathir Waktu Itu Minta Kapal Skandal 1MBD Dikembalikan, Ini Alasannya

Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.

Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China tentunya.

Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia (saat itu) menilai ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.

Tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.

Baca Juga: Dikejar-kejar Anjing, Turis Asal Inggris di Bali Ini Terjebur dalam Sumur dan Terjebak Selama 6 Hari Tanpa Makan dan Minum

Memang sih, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI dan tabu jika ia mengaku tak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.

Namun siapa sangka jika Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.

Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.

25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Baca Juga: Berani Sebut Pesawat Buatan Orang Indonesia Buruk, Anak Gus Dur Balas Ejekan Malaysia: 'Biar Lambat Asal Selamat!'

Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.

Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.

Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.

Baca Juga: Baru Dua Malam Menikah dan Belum Sempat Lakukan Hubungan Suami-Istri, 'Sang Istri' Minta Cerai dan Kabur dari Rumah Suaminya, Fakta Sebenarnya Terungkap

PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.

Rupanya Musso dan Alimin langsung dihadapkan kepada pemimpin besar Komunis, yakni Stalin ketika di Moskow.

Baca Juga: Membuat Nyali Menciut, Ini 3 Alasan yang Buat Negara Arab Itu Takut Berperang dengan Israel, Perlengkapan Perangnya Ternyata Mengerikan

Mereka berdua menerima mandat dari Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan dulu saja serta mengubah cara kerja PKI menjadi bawah tanah dengan menyebarkan propaganda kepada Belanda.

Tapi Musso nekat, sekembalinya ke tanah air ia melancarkan pemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.

Karena persiapan kurang matang, pemberontakan tersebut langsung ditumpas dan Belanda melarang adanya PKI lagi di Nusantara.

Musso dan Alimin ditangkap Belanda dan dipenjara.

Baca Juga: Wah, Kapal Perang Buatan Indonesia Ini Dibeli Filipina dan Menjadi Makin ‘Sakti’ Berkat Peran Italia dan Israel, Hulu Ledaknya Mengincar TArget dengan Presisi Penuh dan Tuntas

Setelah keluar penjara Musso pergi ke Moskow tahun 1935 walaupun sempat kembali ke tanah air tapi diusir dan balik lagi ke Uni Soviet tahun 1936.

Hingga tanggal 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta.

Dasar bebal memang, Musso kembali ke tanah air untuk melakukan pemberontakan lagi dengan para militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.

Sontak saja aksinya yang menginginkan terbentuknya Republik Soviet Indonesia dari pemberontakan PKI Madiun langsung mendapat respon keras dari militer.

Baca Juga: Terungkap Peta Menuju ke 30 Ton Emas yang Disembunyikan, Buku Harian Nazi Ungkap Lokasi Harta Karun Perang Dunia II, Terkubur di Bawah Istana

Divisi Siliwangi TNI tanpa menunggu waktu lama segera memberangus pemberontakan tersebut.

Nasib Musso pun tak jauh-jauh dari apes setelah pemberontakan keduanya gagal.

Ia dikepung oleh satu peleton tentara Siliwangi di Pacitan hingga ajal menjemputnya setelah dihadiahi timah panas oleh TNI saat Musso bersembunyi di kamar mandi pemandian umum.

Usai tewas ditembak mayat Musso dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan hingga akhirnya dibakar secara diam-diam.(Seto Aji/Sosok.ID)

Artikel ini pernah tayang di Sosok.grid.id dengan judul "DN Aidit Cuma Kroco, Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesungguhnya Karena Pernah Bertemu dengan Stalin di Moskow"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait