Find Us On Social Media :

Hampir 2 Juta Orang di AS Positif Covid-19, Trump Malah Akhiri Hubungan dengan WHO, 'WHO Berbohong pada Dunia dan Tutupi Masalah China'

By Mentari DP, Jumat, 5 Juni 2020 | 12:10 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Intisari-Online.com - Dari hari ke hari, jumlah orang yang terinfeksi virus corona (Covid-19) terus bertambah.

Dan Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus positif virus corona terbanyak di dunia.

Berdasarkan data dari worldometers.info per hari ini, Jumat (5/6/2020) pukul 12.00 WIB, ada 1.924.051 kasus positif di Amerika Serikat.

Sementara itu, ada 110.173 kasus kematian dan menjadikan Amerika Serikat juga negara dengan kasus kematian terbanyak akibat virus corona di dunia.

Baca Juga: Covid Hari Ini 4 Juni 2020: Jumlah Pasien Positif Virus Corona di Indonesia Jadi 28.818 Orang, Ada Lonjakan 109 Kasus di Kalimantan Selatan

Lalu ada 712.252 orang telah dinyatakan sembuh.

Namun di tengah perjuangan Amerika Serikat melawan pandemi virus corona, justru ada pengumuman penting yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dilansir dari nypost.com pada Jumat (5/6/2020), Presiden Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengakhiri hubungannya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Siap-siap New Normal, Ini Barang-barang yang Wajib Kita Bawa Saat Keluar Rumah, Jangan Sampai Lupa!

Pengumuman yang diucapkan Presiden Trumo pada pekan lalu itu lantas menjadi pro dan kontra.

Mengapa Presiden Trump menyerah pada WHO?

Associated Press (AP) mengungkap alasan dibalik Presiden Trump menyerah pada WHO.

Menurut mereka, Presiden Trump menyakini bahwa WHO berbohong kepada dunia tentang awal mula virus corona yang berasal dari China.

Kebohongan itu lantas membuat seluruh negara di dunia berjuang melawan pandemi dan menyebabkan ratusan ribu kematian.

Tidak ada transparansi membuat AS meradang.

AP menyebut bahwa China telah memetakan susunan genetik virus pada 2 Januari tetapi menahan informasi itu sampai 11 Januari.

Lebih buruk lagi, China menyembunyikan bahwa virus itu menular sampai 20 Januari.

Padahal rumah sakit Wuhan dibanjiri dengan pasien.

Pada saat China men-lockdown kota Wuhan, sekitar 5 juta penduduk telah melarikan diri, membawa penyakit ini ke seluruh dunia.

"Sudah jelas bahwa kita bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa dan menghindari banyak korban."

"Jika sana, China melapor dengan tepat dan WHO bertindak lebih cepat," jelas Ali Mokdad dari University of Washington.

Baca Juga: PSBB di Jakarta Diperpanjang Hingga Akhir Juni 2020, Anies Baswedan: Tapi Ini Merupakan Masa Transisi, Apa Maksudnya?

AP bercerita bahwa mereka mendapatkan akses ke rekaman pertemuan internal WHO pada bulan Januari lalu.

Lalu rekaman-rekaman itu menangkap para pejabat WHO yang membahas untuk menjaga kerahasiaan perilaku China.

Bahkan ketika WHO terus memuji China di depan umum.

Bukti rekaman itulah yang membuat setiap negara tidak siap menghadapi pandemi yang akan menghantam.

Tak hanya menyerah kepada WHO, Presiden Trump juga diklaim akan menarik puluhan ribu dolar yang biasanya mereka berikan kepada WHO.

Kritik kepada WHO kembali berlanjut.

Disebutkan bahwa organisasi ini memiliki catatan buruk yang berhubungan dengan penyakit global sebelumnya.

Misalnya dari SARS, flu H1N1, dan Ebola.

Sebagai contoh,  direktur Harvard Global Health Institute, Ashish Jha, menulis bahwa dia sudah skeptisisme dengan WHO setelah wabah Ebola pada tahun 2014 silam.

Menurutnya, WHO sering gagal untuk melakukan sesuatu ketika dunia sedang membutuhkan mereka.

Contoh lain, lihat bagaimana WHO membelanjakan uangnya.

Hanya 4 persen yang disiapkan untuk pasokan medis.

Baca Juga: Ketika yang Lain Berlomba-lomba Lakukan Rapid Test, Puluhan Orang di Desa Ini Malah Tolak Rapid Test, Bawa Spanduk Bertuliskan 'Hentikan Sandiwara Ini'

Sementara dana sekitar dua kali lipatnya berlaku untuk perjalanan udara dan 10 kali lipat untuk gaji dan fasilitas.

Menurut penyelidikan AP, mereka menghabiskan ratusan juta per tahun untuk rapat, perjalanan kelas bisnis, dan menginap hotel-hotel top.

Tak lama setelah pengumuman ini, pda hari Minggu, penasihat keamanan nasional Trump, Robert O'Brien, menyarankan agar AS mengalihkan dukungannya ke perawatan garis depan tersebut.

Tapi ada yang kontra terkait hal ini.

Misalnya mereka menyebut agar Presiden Trump tidak menggunakan pandemi virus corona dalam politik.

Atau kata Ketua DPR Nancy Pelosi yang mengklaim bahwa Presiden tidak memiliki wewenang konstitusional untuk menahan dana WHO atau meninggalkan organisasi tanpa persetujuan Kongres.

Hanya saja sekali lagi, Presiden Trump mengatakan WHO tidak layak mendapat dukungan AS. 

Baca Juga: Orang-orang Mulai Keluar Rumah Karena Ada Penerapan New Normal, WHO Yakinkan Bahwa Virus Corona Tak Bermutasi Jadi Lebih Berbahaya