Orang-orang Mulai Keluar Rumah Karena Ada Penerapan New Normal, WHO Yakinkan Bahwa Virus Corona Tak Bermutasi Jadi Lebih Berbahaya

Mentari DP

Penulis

Virus corona tidak akan bermutasi menjadi sesuatu yang lebih berbahaya, seperti yang ditakutkan sejumlah pakar kesehatan.

Intisari-Online.com - Beberapa waktu lalu, muncul dugaan dari para ahli bahwa virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 bermutasi.

Inilah yang menyebabkan virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.

NamunOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) membantahnya.

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (4/6/2020), WHO menekankan bahwa virus corona tidak akan bermutasi menjadi lebih berbahaya seperti yang dikhawatirkan sejumlah kalangan.

Baca Juga: Covid Hari Ini 4 Juni 2020: Jumlah Pasien Positif Virus Corona di Indonesia Jadi 28.818 Orang, Ada Lonjakan 109 Kasus di Kalimantan Selatan

Pakar epidemiologi penyakit menular, Dr Maria Van Kerkhove, dalam konferensi pers menerangkan bahwa ilmuwan seluruh dunia telah meneliti virus itu.

Van Kerkhove menjelaskan, diketahui virus corona tidak akan bermutasi menjadi sesuatu yang lebih berbahaya, seperti yang ditakutkan sejumlah pakar kesehatan.

"Ada perubahan normal pada virus ini yang bisa diprediksi dari waktu ke waktu," kata Van Kerkhove, seperti diberitakan New York Post pada Rabu (3/6/2020).

Baca Juga: Dikira Meninggal Karena Sakit Ginjal, Ternyata Jenazah Itu Positif Covid-19, Bikin Warga Satu Desa Geger hingga Mereka Harus Jalani Isolasi Mandiri

Pejabat WHO itu merujuk pada mutasi asam ribonukleat, atau RNA virus, yang bisa ditemui pada keluarga coronavirus lainnya, seperti flu.

"Sejauh ini, tidak ada indikasi bahwa mutasi itu bisa memberikan dampak dalam hal kemampuannya untuk menularkan atau menyebabkan sakit yang lebih parah," jelasnya.

Penyakit dengan nama resmi Covid-19 itu kini sudah melumpuhkan dunia, dan bergerak ke negara miskin seperti Brasil dan Meksiko, setelah sebelumnya menghantam AS.

Van Kerkhove mengatakan, wabah ini jauh dari kata usai di mana dia menyebutkan, kejenuhan karena lockdown ataupun pengabaian kebersihan sosial bisa memberikan ancaman.

Dia menerangkan, di tengah keputusan karantina yang dibuat pemerintah, orang mulai merasakan jenuh dengan tantangannya adalah menjaga masyarakat menaati aturan kebersihan yang ada.

"Kita harus tetap kuat dan terus berjuang. Pemerintah harus terus berkoordinasi dan masyarakat tetap patuh selama lockdown diberlakukan," paparnya.

Baca Juga: Dampak Buruk Pandemi Covid-19, Gaji Karyawan hingga PNS Akan Dipotong Pemerintah Karena Presiden Jokowi Sudah Teken PP Tapera, Segini Besarannya

Van Kerkhove menuturkan, situasi bisa kembali memburuk dengan penerapan kembalikarantina jika wabah sampai terjadi lagi.

Dia berujar, dalam situasi tertentu, sejumlah langkah kesehatan harus diperkenalkan lagi, yang tentu membuat orang gusar, di mana dia sangat memahaminya.

"Karena itu, virus ini bisa menjadi sangat berbahaya jika setiap orang sudah berpuas diri," ujar dokter asal New York, AS, itu.

Kekhawatiran akan adanya gelombang kedua di AS terjadi saat demo kematian George Floyd, di mana massa mengabaikan pembatasan sosial.

Meski begitu, Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan, acara makan-makan di luar ruangan diizinkan pada akhir Juni, di tengah persiapan pembukaan fase kedua.

(Ardi Priyatno Utomo)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "WHO: Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya")

Baca Juga: Setelah Hasil Autopsi George Floyd Keluar, 3 Polisi Lainnya Juga Ditangkap dan Dituntut Hukuman Maksimal, Ini Kesalahan yang Mereka Lakukan

Artikel Terkait