Penulis
Intisari-Online.com - Tak dapat dipungkiri bahwa fokus negara-negara di dunia saat ini tengah teralihkan kepada penanganan pandemi Covid-19 yang telah menewaskan ratusan ribu jiwa.
Berbagai upaya gencar dilakukan, seperti lockdown atau pembatasan wilayah dan sosial distancing.
Namun rupanya dengan dilakukannya beberapa upaya tersebut, bukan hanya bermanfaat untuk mencegah penyebaran virus corona.
Di sisi lain, beberapa masalah pun menjadi dampak dari pemberlakuan pembatasan wilayah maupun social distancing.
Selain dampak ekonomi yang telah dirasakan berbagai negara termasuk Indonesia, dampak bagi kesehatan masyarakat dari penyakit lain pun mengintai, khususnya bagi anak-anak.
Melansir Grid Health (29/5/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan PBB untuk masalah anak-anak (UNICEF) menyebut bahwa aturan lockdown atau pembatasan wilayah membuat nyawa 80 juta anak di dunia menjadi terancam.
Hal tersebut dapat terjadi lantaran program imunisasi yang harusnya rutin dijalankan kini justru menjadi terhambat.
Akibatnya, kondisi tersebut membuka jalan bagi timbulnya penyakit-penyakit mematikan yang sebenarnya dapat dicehah dengan imunisasi rutin.
Dikutip dari Mayo Clinic, imunisasi bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut.
Adapun penyakit berbahaya yang bisa dicegah oleh imunisasi diantaranya seperti polio, hepatitis b, TBC, difteri, dan masih banyak yang lainnya.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pandemi sangat mengganggu program vaksinasi di puluhan negara.
Menurutnya, adanya Covid-19 melemahkan layanan imunisasi, yang mana imunisasi berpotensi menyelamatkan jiwa di seluruh dunia.
"Puluhan juta anak, baik di negara maju dan miskin, berisiko terkena penyakit mematikan seperti difteri, campak, dan pneumonia," ujar Tedros dilansir dari Science Alert, Senin (25/5/2020).
Tedros berpendapat bahwa meski dunia saat ini tengah sibuk mencari vaksin yang aman dan efektif untuk Covid-19, namun anak-anak tetap perlu diberikan vaksin untuk beragam vaksin yang telah lebih dulu ditemukan.
Analisis awal menunjukkan bahwa penyediaan layanan imunisasi rutin secara substansial terhambat setidaknya di 68 negara.
Tedros menyampaikan bahwa kemungkinan akan berpengaruh kepada sekitar 80 juta anak di bawah usia 1 tahun.
"Ini kemungkinan akan mempengaruhi sekitar 80 juta anak di bawah usia satu tahun yang tinggal di negara-negara tersebut," kata Tedros.
Terkait pemberian vaksin berbagai penyakit di tengah pandemi, para ahli mengatakan sangat penting untuk mempertahankan program vaksin rutin.
Hal itu khususnya untuk negara-negara miskin, karena jaringan itu pula yang nantinya digunakan untuk mendistribusikan vaksin Covid-18 jika sudah ditemukan.
Meski fokus dunia kini tengah teralihkan terhadap penanganan Covid-19, semoga tak membuat nyawa masyarakat terancam akibat penyakit lain, ya.
Baca Juga: Langkah Menuju 5G di Indonesia, Telkomsel Buat Layanan Koneksi VoLTE