Find Us On Social Media :

Brutal, Begini Kisah Tentara Bayaran Sudan yang Dikenal Kejam dan Gila Emas, Bantai 120 Orang dan Buang Mayatnya ke Sungai Nil

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 19 Mei 2020 | 16:38 WIB

Inilah Tentara Bayaran Kejam Sudan Gila Emas yang Dilaporkan Bantai 120 Orang dan Buang Mayatnya ke Sungai Nil

Intisari-Online.com - Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah dituduh melakukan kejahatan yang meluas di Sudan.

Termasuk pembantaian 3 Juni 2019 di mana lebih dari 120 orang dilaporkan terbunuh dan banyak orang mati dibuang di Sungai Nil.

Dilansir dari BBC, Sabtu (20/7/2019), RSF sekarang adalah kekuatan yang berkuasa di Sudan.

Mereka adalah jenis rezim baru: gabungan antara milisi etnik dan perusahaan bisnis, pasukan tentara bayaran transnasional yang telah merebut sebuah negara.

Baca Juga: Indonesia Krisis Akibat Covid-19, Peneliti Senior CORE Sebut Indonesia Beruntung karena Punya Pengalaman Masa Lalu Ini

Komandan mereka adalah Jenderal Mohamed Hamdan "Hemeti" Dagolo.

RSF secara resmi dibentuk berdasarkan dekrit Presiden Omar al-Bashir pada tahun 2013.

Tetapi inti mereka yang terdiri dari 5.000 milisi telah dipersenjatai dan aktif jauh sebelum itu.

Kisah mereka dimulai pada tahun 2003, ketika pemerintah Bashir memobilisasi para gembala Arab untuk berperang melawan pemberontak kulit hitam Afrika di Darfur.

Baca Juga: Presidennya Sepelekan Covid-19 dan Menganggapnya Sebagai Flu Biasa, Negara Ini Langsung Masuk Peningka 5 Dunia Negara Terparah Akibat Virus Corona

Pada 2013, pasukan paramiliter baru dibentuk di bawah Hemeti dan disebut RSF.

Kepala staf angkatan darat tidak menyukainya.

Sementara itu, Hemeti berselisih dengan mantan tuannya, Hilal - perseteruan mereka akan mewarnai Darfur selama 10 tahun.

Oleh karena itu, RSF dibuat dengan kewajiban untuk hanya bertanggung jawab kepada Tuan Bashir sendiri.

Baca Juga: Menegangkannya Kisah Perang Vietnam: Saat 'Tikus Terowongan' Bersenjata M1917 dan Senter Berhadapan dengan Ranjau, Geranat, Ular, dan Kalajengking

Kamp pelatihan didirikan di dekat ibukota, Khartoum. Ratusan truk pick-up Land Cruiser diimpor dan dilengkapi dengan senapan mesin.

Pasukan RSF berperang melawan pemberontak di Kordofan Selatan dan melawan pemberontak di Darfur.

Demam Emas

Persaingan Hemeti dengan Hilal meningkat ketika emas ditemukan di Jebel Amir di negara bagian Darfur Utara pada tahun 2012.

Baca Juga: ‘Hargai Perjuangan Istrimu’, Pesan Pilu Seorang Dokter Setelah Menyaksikan Pasiennya Meninggal Saat Melahirkan

Datang tepat ketika Sudan menghadapi krisis ekonomi karena Sudan Selatan telah memisahkan diri, dengan mengambil 75% dari minyak negara itu, ini tampak seperti anugerah.

Namun anugerah itu dengan segera menjadi kutukan.

Puluhan ribu pemuda berbondong-bondong menyerbu ke sudut terpencil Darfur untuk memperebutkan emas.

Beberapa orang mendapatkan emas dan menjadi kaya namun yang lain meninggal karena tertimbun reruntuhan.

Baca Juga: Bukannya Panik, Wanita Ini Malah Sibuk Dandan saat Akan 'Diciduk' Polisi, Petugas: Dik, Ini Bukan Mau Ke Pesta

Milisi Hilal secara paksa mengambil alih daerah itu, menewaskan lebih dari 800 orang dari kelompok etnis Beni Hussein setempat.

Mereka kemudian mulai menjadi kaya dengan menambang dan menjual emas.

Pada 2017, penjualan emas menyumbang 40% dari ekspor Sudan, dan Hemeti ingin mengendalikan mereka.

 Baca Juga: Israel Diprediksi Kuat Bisa Memulai Perang Dunia Ketiga, Senjata Nuklir Canggihnya Siap Hancur Leburkan Lawan yang Coba Mengusik, Berikut Alasannya Lainnya

Dia sudah memiliki beberapa tambang dan telah mendirikan perusahaan dagang yang dikenal sebagai al-Junaid.

Tetapi ketika Hilal menantang Bashir sekali lagi, menolak akses pemerintah ke tambang Jebel Amir, RSF Hemeti melakukan serangan balik.

Pada November 2017, pasukannya menangkap Hilal, dan RSF mengambil alih tambang emas Sudan yang paling menguntungkan.

Baca Juga: Junko Furuta: Dibunuh dengan Keji Setelah Dirudapaksa 44 Hari, Jasad Junko Furuta Dibeton di Dalam Drum

Pada saat ini, kekuatan RSF telah tumbuh sepuluh kali lipat.

Dengan 70.000 orang dan lebih dari 10.000 truk pick-up bersenjata, RSF menjadi infanteri de facto Sudan, satu-satunya kekuatan yang mampu mengendalikan jalan-jalan ibukota, Khartoum, dan kota-kota lain.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari