Find Us On Social Media :

Tak Seperti Ibunya, Kisah Soesalit Djojoadhiningrat, Putra Semata Wayang R.A Kartini Ini Jarang Diketahui, Ternyata Dia Pernah Terseret Pusaran Komunisme

By Mentari DP, Selasa, 21 April 2020 | 08:25 WIB

Soesalit Djojoadhiningrat, anak satu-satunya R.A Kartini.

Intisari-Online.com - Hari ini, 21 April 2020 dikenal dengan Hari Kartini.

Tentu kita sudah mengenal siapa itu R.A. Kartini.

Ya, R.A. Kartini yang memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.

Di mana dia dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Baca Juga: Ketika Salah Satu Rempah Khas Indonesia Bisa Cegah Pandemi yang Bunuh 200 Juta Orang di Dunia, Harganya Capai Rp193 Juta!

Sebagai salah satu tokoh nasional yang namanya sangat terkenal, mungkin Anda tidak begitu tahu bahwa Kartini memiliki anak.

Ya, R.A. Kartini punya seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat.

Namun sedihnya, Soesalit Djojoadhiningrat sudah ditinggal ibunya sejak ia kecil.

Hanya berselang 4 hari setelah kelahirannya, ibunya, R.A. Kartini, meninggal dunia.

Baca Juga: Walau Ada 6.500 Kasus di Tanah Air, Presiden Jokowi Yakin Pandemi Covid-19 Selesai di Akhir Tahun 2020, 'Lalu Sektor Pariwisata Akan Langsung Tumbuh Pesat'

Saat itu, ayah Soesalit Djojoadhiningrat adalah seorang Bupati Rembang bernama Raden Mas Adipati Ario Djojodiningrat.

Tak lama setelah kematian ibunya, Soesalit lagi-lagi merasakan kehilangan pada usia muda.

Pada usianya 8 tahun, ayahnya, Ario Djojodiningrat meninggal dunia.

Dalam usianya yang masih muda, Soesalit sudah merasakan kehilangan sosok ayah dan ibu.

Beruntungnya saudara tiri tertuanya, Abdulkarnen Djojodhinigrat mau mengurus Soesalit.

Abdulkarnen bahkan mengurusi Soesalit dari urusan sekolah hingga pekerjaan.

Abdulkarnen juga ini nantinya memangku jabatan Bupati Rembang menggantikan ayah Soesalit.

Diketahui Soesalit bersekolah di sekolah yang sama dengan R.A. Kartini dulu, yaitu Europe Lager School (ELS).

Sekolah ini merupakan sekolah elit untuk anak Eropa dan pembesar Pribumi.

Setelah lulus dari ELS, Soesalit melanjutkan pendidikannya di Hogare Burger School (HBS) Semarang dan berlanjut ke Recht Hoge School (RHS) Jakarta.

Baca Juga: Kanker Lidah yang Renggut Nyawa Ibunda Nunung Srimulat Kerap Kali Tak Dikenali, Tandanya Mirip Sariawan Tapi Tiba-tiba Sudah Stadium 4

Beberapa tahun kemudian Soesalit ditawari pekerjaan oleh kakak tirinya.

Namun diluar dugaan ternyata sang kakak Abdulkarnen memasukkan adik tirinya ini ke Politieke Inlichtingen Dienst (PID) yang merupakan polisi rahasia Belanda.

Rasa bimbang selalu dirasakan Soesalit saat menjadi polisi rahasia ini.

Karena ia sebagai pejuang bangsa dan harus memata-matai bangsanya sendiri.

Setelah Jepang masuk ke Indonesia, akhirnya Soesalit dapat keluar dari PID dan bergabung dengan Tentara sukarela Pemela Tanah Air (PETA).

Melansir dari kompas.com, sejarawan Hendri F. Isnaini menjelaskan, selama perang kemerdekaan putra Kartini ini menjadi panglima di Divisi III Diponegoro.

Soesalit juga pernah bergeriliya di Gunung Sumbing saat Agresi Militer belanda II.

Namun karier militer Soesalit tidak begitu baik.

Pada saat berpangkat jendral Mayor atau sekarang dikenal Mayor jendral, Soesalit pernah diturunkan pangkatnya.

Dari jendral Mayor menjadi Kolonel kemudian diturunkan lagi menjadi Kementrian Perhubungan.

Baca Juga: Ibunda Nunung Srimulat Meninggal Karena Kanker Lidah, Awas Makan-makanan yang Panas Bisa Jadi Penyebabnya

Namun pada peristiwa Madiun 1948 menjadi awal penderitaan Soesalit.

Pada saat pemberontakan komunis, pemerintah mendapat dokumen berisi nama Soesalit sebagai "Orang yang Diharapkan".

Singkat cerita, Soesalit pun menjadi tahanan rumah dan pangkatnya diturunkan.

Ia menjadi pejabat di Kementrian Perhubungan dengan pangkat militer tak berbintang.

Soesalit wafat di RSAP 17 Maret 1979.

Satu pesan yang diwariskan Soesalit adalah agar keturunannya tak membangga-banggakan dirinya sebagai keturunan R.A. Kartini dan selalu rendah hati. (Aditya Eriza Fahmi)

Baca Juga: Tak Mau Diisolasi, Pasien Virus Corona di Samarinda Ini Mengamuk, Pecahkan Kaca Jendela, Dobrak Pintu, hingga Ancam Perawat Pakai Pecahan Kaca