Penulis
Intisari-Online.com - Penyebaran virus corona semakin meluas.
Kita tak bisa mengabaikan setiap prosedur keamanan yang telah disarankan oleh berbagai pihak, seperti menjaga jarak sosial, lockdown, menjaga kebersihan dan lainnya.
Meskipun kita berpikir kita aman dari jangkauan virus corona, namun siapa yang pernah tahu bahwa di tempat yang dirasa aman, justru di sanalah virus corona mulai menjangkit.
Seorang pendeta meninggal karena COVID-19 setelah dia tetap melakukan layanan di gereja dengan banyak jemaat.
Baca Juga: Setelah Jakarta, Kini Ojek Grab dan Gojek Menghilang Dari Aplikasi di Bogor, Depok dan Bekasi
Ia meninggal hanya beberapa minggu setelah dengan bangga memamerkan gereja Virginia-nya penuh sesak dengan para jemaat.
Sebelumnya, dia bersumpah untuk terus berkhotbah “kecuali saya di penjara atau di rumah sakit.”
Melansir New York Post, Senin (13/4/2020), Uskup Gerald O. Glenn melakukan layanan tatap muka terakhir pada 22 Maret.
Dia membuat jemaatnya di Gereja New Deliverance Evangelistic Richmond untuk membuktikan berapa banyak yang ada di gerejanya.
Padahal, sudah ada peringatan bahwa tidak diperbolehkan berkumpul dengan lebih dari 10 orang.
“Saya sangat percaya bahwa Tuhan lebih besar dari virus yang ditakuti ini. Anda dapat mengutip saya tentang hal itu," katanya.
Dia juga mengatakan mengatakan bahwa" orang-orang disembuhkan" di gerejanya.
Dengan tindakannya tersebut, dia menjadi "kontroversial" dengan "melanggar" protokol keselamatan - dengan mtetap engadakan perkumpulan "lebih dari 10 orang" di gereja.
Dia bersumpah untuk menjaga gerejanya tetap terbuka "kecuali saya di penjara atau di rumah sakit."
"Saya penting," katanya tentang tetap terbuka, dan menambahkan, "Saya seorang pengkhotbah - saya berbicara kepada Tuhan!"
Namun, pada hari Minggu, gerejanya mengumumkan bahwa pendeta tersebut meninggal seminggu setelah didiagnosis dengan COVID-19.
Istrinya, Marcietia Glenn bersama para anggota gereja mempersembahkan doa-doa mereka.
Anak perempuan mereka, Mar-Gerie Crawley, mengatakan kepada WTVR bahwa ayahnya pada awalnya mengelak gejala-gejalanya karena gejala serupa sering hanya menyebabkan demam dan infeksi.
Setelah apa yang terjadi pada ayahnya, Mar-Gerie kemudian memperingatkan semua orang untuk tinggal di rumah.
"Ini menjadi sangat nyata bagi Anda," katanya kepada WTVR setelah diagnosa orangtuanya.
"Saya hanya meminta orang-orang untuk memahami keparahan dan keseriusan ini, karena orang-orang mengatakan ini bukan hanya tentang kita, ini tentang semua orang di sekitar kita."