Penulis
Intisari-Online.com - Rasanya harapan telah habis ketika kita mengetahui orang yang kita cinta tak lagi dapat berbuat apa-apa.
Martin Pistorius, seorang anak laki-laki di Afrika Selatan ini sehat seperti anak lainnya sampai di usianya yang ke-12 tahun penyakit misterius menyerangnya.
Pada tahun 1998, ia dipulangkan dari sekolah dengan gejala mirip sakit flu, ototnya melemah, tidak bisa bergerak bahkan berpikir sama sekali, Martin koma dan tidak pernah sadar lagi.
Dokter tidak pernah menemukan penyebab mengapa Martin bisa seperti itu.
BACA JUGA:Kisah Reuni Singa dan Tuannya yang Berpisah 7 Tahun Bikin Hati Meleleh
Empat tahun berlalu, saat usianya 16 tahun, keajaiban itu terjadi. Ia mulai sadar, tapi tubuhnya masih tetap tidak dapat bergerak. Martin juga belum bisa berkomunikasi.
Di saat harapan untuk sembuh kembali hadir, bak petir di siang bolong, sebuah kalimat terucap dari bibir ibunya.
"Ibu saya menatap saya, matanya penuh dengan air mata. Saya berharap saya dapat meyakinkannya, berdiri dari tempat tidur, meninggalkan tubuh yang telah menyebabkan begitu banyak rasa sakit," ungkapnya.
Tapi, "Kau harus mati, kau harus mati," ungkap sang ibu perlahan di depan wajah Martin. Seketika sang ibu pergi meninggalkan Martin di kamarnya.
Martin ingin melakukan apa yang dikatakan ibunya pada hari itu. Ia ingin mati saja.
Namun seiring bejalannya waktu, Martin secara bertahap belajar memahami keputusan ibunya dan memaafkannya.
Sedikit demi sedikit ia tahu mengapa begitu sulit bagi ibunya hidup dengan anak yang sangat dicintainya kini harus menjadi mayat hidup.
Dokter menyerah tidak bisa melakukan pengobatan, keluarga Martin diberitahu untuk menunggu sampai kematiannya saja.
Di usianya yang ke-19 tahun, Martin telah sepenuhnya sadar. Ketika banyak orang yang tidak memperhatikan Martin, tidak dengan ayahnya.
BACA JUGA:Kisah Anak Penjual Ayam di Ngawi, Mampu Kuliah di Luar Negeri dan Angkat Derajat Orang Tuanya
Setiap hari ayahnya yang seorang insinyur mesin, memandikannya, menyuapinya makan, mengangkatnya, serta melakukan hal lainnya pada Martin.
Seorang ayah bejenggot dan bertubuh besar tapi punya tangan yang lembut laiknya Santa Claus bagi Martin.
Sementara ayahnya mengurusnya setiap hari, kemana ibu Martin?
Kemarahan dan kebencian pada apa yang menimpa Martin membuat ibunya menjauh. Ibunya ingin Martin ditempatkan dalam perawatan perumahan penuh waktu saja.
Ibunya yakin kondisi Martin tidak dapat pulih seutuhnya, sehingga jika Martin dirawat dirumah khawatir akan menyakiti dua saudaranya.
Ibunya disiksa rasa bersalah ketika Martin akhirnya membaik, dia tidak bisa menyelamatkan anaknya dan mengecewakannya.
Perasaan tersebut terus menghantuinya hingga sembat melakukan percobaan bunuh diri.
Pasca kejadian tersebut, ibunya mulai melunak dan mau merawat Martin. Dia menjaga Martin sama seperti yang suaminya lakukan.
Perlahan-lahan Martin mulai mengalami perkembangan, tubuhnya bisa digerakan.
BACA JUGA:7 Tindakan yang Harus Dilakukan pada Anak Saat Tahu Orang Tuanya Selingkuh
Singkat cerita setelah Martin melakukan berbagai perawatan hingga dibelikan komputer untuk membantunya berkomunikasi, keadaanya semakin membaik.
Ibunya bahkan melepaskan pekerjaannya dan mencurahkan waktu sepenuhnya untuk merawat Martin.
Kejadian kelam di masa lalu seperti tidak pernah terjadi di antara mereka.
Sampai Martin dapat sembuh, bertemu dan menikah dengan istrinya, mereka akhirnya pindah ke Inggris pada 2011.
Martin menuliskan kisahnya ini dalam bukunya berjudul Gost Boy dan menceritakannya juga di Daily Mail.
"Saya mengalami cinta sebagai anak, putra, saudara, cucu dan teman, saya telah melihatnya di antara yang lain dan saya tahu itu dapat menopang kita melalui masa tergelap," tulisnya.
"Sekarang itu membuat saya lebih dekat ke cahaya, ketika saya pernah berpikir saya akan hilang."
BACA JUGA:5 Ponsel Canggih Zaman Dulu yang Masih Layak Dipakai Saat Ini, Harganya Cuma Sejutaan