Find Us On Social Media :

Titik Balik Penting 'Peristiwa Berdarah G30S' Banyak Dianggap Tergambar dari Keputusan Soekarno saat di Halim Ini hingga Membuat Brigjen Supardjo Lesu dan Kecewa

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 10 April 2020 | 17:57 WIB

Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966.

Pasukan Pengawal Istana Presiden, Cakrabirawa memang sudah memiliki prosedur tetap jika Bung Karno keselamatannya terancam dan dalam situasi darurat, maka Presiden harus dibawa ke asrama militer terdekat atau ke lokasi yang telah ditentukan.

Lokasi untuk penyelamatan Presiden itu antara lain, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma mengingat di pangkalan ini sudah ada pesawat kepresidenan Jetstar yang selalu dalam kondisi siap terbang.

Dua lokasi lainnya yang selalu disiagakan untuk penyelamatan Presiden adalah pelabuhan Angkatan Laut Layar Berkembang di Tanjung Priuk karena di pangkalan laut ini selalu siaga kapal laut kepresidenan Varuna I-II.

Atau terbang menuju Istana Bogor menggunakan helikopter kepresidenan yang selalu siaga di lingkungan Istana Merdeka.

Baca Juga: Sedia Stok Roti Tawar Selama Pandemi Covid-19 Tapi Khawatir Cepat Berjamur? Ini Cara Menyimpan Roti Tawar Agar Tahan Lama!

Jadi membawa Bung Karno ke pangkalan udara Halim Perdanakusuma pada 1 Oktober 1965 pagi sudah merupakan prosedur yang benar bagi keselamatan Presiden.

Rombongan Bung Karno tiba Halim pada sekitar pukul 09.30 WIB dalam kondisi Halim masih sepi dan langsung menuju ke gedung Komando Operasi (Koops) AURI.

Di ruangan Koops telah menunggu Laksamana Omar Dhani dan Komodor Leo Watimena yang kemudian melaporkan situasi yang sedang terjadi.

Mangil dan anak buahya lalu keluar ruangan untuk mengatur penjagaan di seputar gedung tersebut.

Baca Juga: 5 Teka-teki untuk Asah Ketajaman Otak Anda, Bisa Temukan Jawabannya?