Find Us On Social Media :

Perkeruh Suasana, Militer Amerika Kian Aktif di Laut China Selatan, Pakar Menyebut: Amerika Cari Masalah

By Maymunah Nasution, Senin, 30 Maret 2020 | 12:38 WIB

Salah satu pulau di Kepulauan Spartly di Laut China Selatan

Intisari-online.com - Amerika Serikat mengintensifkan kegiatan militernya di Laut Cina Selatan pada tahun lalu.

Sebuah think tank yang berbasis di Beijing menyebut hal ini meningkatkan risiko konfrontasi dengan China di perairan penting ini.

Dilansir dari South China Morning Post, laporan tahunan dari Inisiatif Situasi Strategis Laut Cina Selatan menyebut AS melakukan delapan aksi yang mereka sebut sebagai operasi navigasi bebas pada tahun lalu, tiga kegiatan lebih banyak dari pada 2018.

Di mana kapal-kapal militer Amerika berlayar dalam 12 mil laut dari daratan yang diklaim atau ditempati oleh China.

Intisari-online.com - Pasukan Amerika juga terlibat dalam setidaknya 50 latihan bersama dan beberapa kali dengan negara-negara dari Asia Tenggara dan di tempat lain di kawasan itu.

Setidaknya tiga kapal serbu amfibi AS dan dua kapal penjaga pantai mengambil bagian dalam latihan militer, sementara delapan kapal pengintai melakukan misi jangka panjang.

Laporan yang melacak aktivitas militer AS di Laut Cina Selatan ini muncul ketika ketegangan terus meningkat antara Beijing dan Washington terkait isu-isu dari perdagangan hingga teknologi dan, yang paling baru adalah pandemi corona.

Pada hari Sabtu, Beijing mengatakan bahwa angkatan udara dan angkatan lautnya mengadakan latihan bersama di Laut Cina Selatan pada 10 Maret untuk mensimulasikan pertemuan tatap muka dengan menyerang pesawat asing dan kapal perang.

Baca Juga: 'Cairan Disinfektan Hanya Untuk Benda Mati, Tak Bisa Lindungi Manusia'

Pada hari yang sama, kapal perusak rudal USS McCampbell melakukan operasi navigasi di dekat Kepulauan Paracel yang disengketakan.

Klaim Beijing atas Laut Cina Selatan semakin ditantang oleh AS dan sekutunya, yang secara teratur melakukan kebebasan operasi navigasi melalui perairan.

Beijing pun menuduh AS dan negara-negara lain membahayakan stabilitas di kawasan itu.

"Patroli dan penerbangan di dekat pulau Paracel dan Spratly dan melalui Selat Taiwan telah menjadi lebih banyak pembalasan oleh China", kata laporan itu.

Baca Juga: Takut Corona Sebabkan Akhir Dunia, Pria Ini Kembalikan 'Harta Karun' Berusia 2.000 Tahun yang Dicurinya 15 Tahun Lalu