Find Us On Social Media :

Mochtar Embut, dari Umur 8 Tahun Mengarang Lagu Tapi Tetap Jomblo Hingga Akhir Hayatnya

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 20 April 2018 | 19:45 WIB

Pada tahun '60-an Mochtar yang mengagumi Amir Pasaribu yang dianggapnya sebagai modernis musik Indonesia, ditawari bekerja di Radio Malaysia setelah ia bersama 'Orkes Studio Jakarta' mengadakan muhibah kesana.

Tawaran itu ditolaknya dengan alasan karena tenaganya masih diperlukan di tanah air.

Romantika Mochtar bisa diikuti lewat lagu-lagu yang dihasilkannya. Di samping lagu-lagu yang dihasilkan diibangku SMP, kembali ia tergetar membuat lagu sewaktu ia sedang jatuh cinta.

Cintanya yang pertama  dengan gadis Padang mengilhami dua buah lagu yang cukup populer, yaitu 'Si Upik Berbaju Merah' dan 'Si Buyung'.

Kedua lagu itu berirama rumba, gembira sesuai jiwa remajanya.

Tapi kisah cintanya yang kedua dan terakhir membuahkan lagu-lagu yang lebih mantab dan tenang. Yaitu 'Salam mesra buat Halmahera', ‘Di Wajahmu Kulihat BuIan' dan 'Di Sudut Bibirmu’.

Baca juga:Pasiennya Terkena Kanker dan Hampir Meninggal, Perawat Ini Menghiburnya dengan Lagu yang Menyentuh Hati!

Menang setelah tutup usia

Di samiping kedua lagu tersebut, Mochtar aktif mengikuti sayembara penulisan lagu.

Di antaranya mars AURI (Swa Bwana Paksa 1964), mars Pemilihan Umum (1970), mars Keluarga Berencana (1972) dan mars Hari Kanak-kanak(1972).

Untuk lagu yang terakhir ini pengumuman pemenang diterima setelah Mochtar tutup usia.

Tapi Mochtar juga melayani pesanan lagu. Seperti lagu Mars RIAN (pesanan dari Rukun Ibu Departemen Perindustrian) dan Mars Wanita Pertanian dan Trevira Patal Banjaran.

Sebagai pianis sejak kepindahannya ke Jakarta tidak pernah absen mengiring pemilihan Bintang Radio jenis seriosa. Totalnya Mochtar telah menghasilkan sekitar 100 lagu.

Menurut Syafei, kakaknya lebih banyak disibukkan membuat aransemen lagu-lagu orang lain sedangkan membuat lagu tidak dapat dipaksakan. Artinya ilham tidak bisa diharapkan datang terus menerus.

Sejak 1971 almarhum menjadi chief instructor dan memberikan pelajaran electone pada sekolah Yayasan Musik Indonesia.

Setahun kemudian ia diangkat menjadi wakil ketua yayasan sampai akhir hayatnya.

(Ditulis oleh Arif Wibowo. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1974)

 Baca juga: (Video) Balita Ini Menangis Setiap Kali Mendengar Lagu ‘Titanic’. Lucu atau Justru Kasihan?