Mengikuti Ramalan, Pria Ini Bersepeda Sejauh 9.656 Km Demi Bertemu Cinta Sejatinya

Ade Sulaeman

Penulis

Karena tidak punya uang, seorang pria di India bersepeda dari India ke Swedia. Jarak 9.656 itu ditempuh demi bertemu dan menikahi kekasihnya.

Intisari-Online.com – Apa yang akan anda lakukan untuk cinta? Menyeberangi samudra, terjun dari pesawat, atau berpergian ribuan kilometer dengan mengandalkan kekuatan kaki saja?

Nah, hal terakhir inilah yang dilakukan oleh Pradyumna Kumar Mahanandia. Pria itu melakukannya demi bersama cinta sejatinya.

Diceritakan, Pradyumna lahir di salah satu desa yang miskin di timur India.

Ia dan keluarganya hidup dalam kemiskinan dan diskriminasi, tanpa ada kesempatan untuk maju dan keluar dari status kastanya.

Baca juga:Memiliki 'Tiga Wajah', Pria Ini Bahagia Setelah Operasi Transplantasi Wajah Keduanya

Seperti kebanyakan orang-orang dari kasta terendah di India, keluarganya percaya ramalan.

Ketika Pradyumna baru lahir, orangtuanya menemui seorang peramal yang memberikan sebuah ramalan unik bagi bayi itu.

Peramal mengatakan, Pradyumna tidak bisa mengatur perjodohan seperti kebanyakan orang di India.

Alasannya, putra mereka itu akan menikahi seorang wanita dari negeri yang jauh, berbintang Taurus, pemilik hutan, dan memainkan seruling.

Baca juga:Ketika Adolf Hitler Terlihat di Wina dengan Pengawalan Tentara SS dan Menginap di Hotel Mewah

Ketika Pradyumna tumbuh besar, pria itu sangat percaya dengan ramalan jodohnya.

Diceritakan pula, ia senang dengan seni dan akhirnya bisa kuliah di bidang seni, dimana ia mengalami diskriminasi.

Menurutnya, sistem kasta di India adalah kerasisan yang terorganisir.

Baca juga:Pilot yang Mendaratkan Southwest Airlines yang Mesinnya Meledak Adalah Salah Satu Pilot Wanita Pertama di Angkatan Laut AS

Di rumah, sebagai seorang anak ia tidak merasakannya, tetapi ketika ia sekolah ia berhubungan dengan orang Hindu.

“Di tempat itulah aku merasa bahwa aku tidak sama seperti mereka. Hal itu bagaikan sebuah gedung pencakar langit tanpa lift. Anda lahir di satu tempat dan anda akan mati di tempat yang sama,” kata Pradyumna kepada National Geographic.

Pradyumna bekerja sebagai seorang seniman jalanan. Di tempat itulah ia bertemu banyak orang, seperti astronaut dari Rusia Valentina Tereshkova dan Indira Gandhi.

Pria itu kemudian menjadi seorang seniman yang terkenal dengan karya potret wajah.

Baca juga:Dulu Jadi Rival Susi Susanti, Sekarang Mantan Pebulutangkis Putri Asal China Itu Jadi WNI dan Tinggal di Klaten

Dengan cara itupula ia bertemu dengan istri di masa depannya, Charlotte Von Schedvin.

Charlotter berasal dari sebuah keluarga kaya di Swedia. Ia berkunjung ke India sebagai seorang turis.

Hingga suatu hari wanita itu melihat Pradyumna yang sedang membuat potret. Ia menjadi terpesona karena pria itu bisa membuatnya dalam waktu 10 menit.

Saat itulah Pradyumna begitu terganggu dengan ramalan saat ia bayi, karena Charlotte datang ke tempatnya tiga kali untuk sebuah potret.

Pria itu ingat dengan jelas saat itu tanggal 17 Desember 1975. Seorang wanita dengan rambut pirang yang indah dan bermata biru mendatanginya.

Saat itu sore hari. Ketika wanita itu muncul sebelum ia memasang kuda-kuda.

Sang seniman merasa seperti melayang. Ia bilang, kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan perasaannya.

Bagi pria itu, mata Charlotte biru dan bundar. Ia merasa bila wanita itu tidak melihat ke arahnya, maka ia melihat ke dalam dirinya, bagaikan sebuah mesin X-ray.

“Aku pikir aku harus menuangkan kecantikannya, tetapi aku tidak bisa melakukannya pada awalnya. Aku gugup dan tanganku gemetaran. Jadi aku bilang, ‘Mungkinkan anda datang kembali besok?’,” cerita Pradyumna.

Ia menambahkan, sesuatu di dalam mendorong dirinya untuk bertanya apa zodiak, alat musik kesukaan, dan latar belakang wanita itu.

Ia ingin tahu apakah wanita itu adalah wanita yang dalam ramalan tersebut. Dan ternyata, wanita itu menjawab persis dengan deskripsi yang dikatakan peramal.

“Ada suara di dalam yang mengatakan padaku bahwa wanita itu adalah jodohku. Selama pertemuan pertama, kami berdampingkan satu sama lain seperti magnet. Itu cinta pada pandangan pertama,” kata Pradyumna kepada BBC.

Ia bilang, dirinya masih tidak tahu apa yang membuat ia mengajukan pertanyaan kepada Charlotte dan mengajaknya minum teh. Ia pikir wanita itu akan mengadu kepada polisi.

Ternyata, Charlotte tidak melakukannya, bahkan ia menemukan ada suatu kejujuran tentang pria itu.

Keduanya benar-benar jatuh cinta setelah menghabiskan beberapa hari bersama. Mereka menikah menurut tradisi suku di sana.

Kemudian Charlotte harus pulang ke Swedia bersama teman-temannya, tetapi wanita itu memaksa Pradyumna untuk menyusul dirinya.

Mereka tetap menjaga hubungan di tahun-tahun berikutnya, tetapi seniman itu tidak punya cukup uang untuk sebuah tiket pesawat ke Swedia.

Akhirnya, Pradyumna tidak tahan lagi terpisah dari Charlotte. Jadi, ia menjual segala barang miliknya dan membeli sebuah sepeda.

Ia bertekad menyusuri jalan dengan naik sepeda melalui Turki, Iran, Afghanistan, Pakistan, dan akhirnya Swedia.

Ia bersepeda sekitar 70,81 km per hari dan membuat potret orang-orang yang memberinya uang, makanan atau tempat tidur untuk istirahat.

“Kembali seni menyelamatkanku. Aku pikir cinta itu bahasa universal dan orang-orang memahaminya. Meskipun di masa yang berbeda. Aku pikir orang-orang lebih punya banyak waktu, kemudian bersenang menjadi seorang pengelana sepertiku,” kata Pradyumna.

Sang seniman itu merasakan kedua kakinya sakit tetapi memikirkan orang yang dicintainya menjaga dia tetap bersepeda.

Diperlukan waktu hingga lima bulan bagi Pradyumna untuk tiba di tempat tinggal Charlotte. Total jarak yang ia tempuh sejauh 9.656 Km.

Pria itu juga perlu waktu lama untuk mendapat persetujuan dari orangtua Charlotte untuk berkumpul dengan putrinya.

Mereka membuat sebuah pengecualian atas aturan yang mencegah bangsawan menikah dengan orang berkulit berwarna.

Namun pada akhirnya, Pradyumna dan Charlotte bisa menikah seutuhnya dan memiliki dua orang anak. Kisah cinta pasangan itu juga menginspirasi dunia.

“Aku tetap mencintainya seperti pada tahun 1975. Aku lakukan apa yang seharusnya, aku tidak punya uang tetapi aku bisa bertemu dengannya. Aku bersepeda demi cinta tetapi tidak suka bersepeda. Sesederhana itu,” tutup Pradyumna Kumar Mahanandia, seperti dilansir dari situs Shareably, Senin (16/4).

Artikel Terkait