Find Us On Social Media :

5 Hal yang Harus Anda Ketahui Tentang 'Uang Hantu', Hadiah Untuk Dewa dan Orang Mati di China

By Afif Khoirul M, Kamis, 19 April 2018 | 20:45 WIB

Intisari-online.com - Tradisi bakar uang memang menjadi sebuah budaya di China, dikenal dengan sebutan Kertas Joss, uang hantu atau kertas roh.

Sesajen uang kertas China di bakar sebagai hadiah untuk dewa dan orang mati selama pemakaman Trdisional China dan hari libur khusus seperti Tahun Baru Imlek dan Festival China Ming.

Tradisi ini mungkin juga banyak dikenal bagi beberapa etnis Tionghoa di Indonesia dimana banyak juga kita jumpai pemakaman Tionghoa di Indonesia.

Berikut ini adalah lima hal yang harus Anda ketahui tentang praktik yang konon telah berusia berabad-abad ini, seperti dilansir dari Theculturetrip :

Baca Juga : Aksi Bakar Uang Berujung Sial, Dua Orang Berlomba Bakar Uang, Namun Nahas Ini yang Kemudian Terjadi Selanjutnya

Baca Juga : Kisah Reuni Singa dan Tuannya yang Berpisah 7 Tahun Bikin Hati Meleleh

1. Digunakan sejak 1000 SM.

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa uang Imitasi dari kertas ini sudah ada sejak 1000 SM. 

Pada periode awal sejarah Cina, nenek moyang ditawari objek bernilai nyata, seperti artifak keramik dan kayu. Kemudian, ini diganti dengan representasi kertas. 

Replika rumah, kuda, pelayan, dan pakaian dari kertas mulai muncul dalam Dinasti Song (960-1279).

Baca Juga : Jangan Dibuang, Silica Gel Punya Segudang Manfaat yang Bisa Diketahui Lewat Warnanya

2. Mereka ditawarkan kepada dewa, leluhur dan roh-roh yang terabaikan

Uang tersebut diberikan kepada Dewa untuk meminta berkah atau bantuan dan kepada leluhur sebagai bukti ia berbakti dan sebagai bentuk pengabdian.

Ada juga jenis persembahan ketiga: hadiah amal bagi jiwa-jiwa yang terabaikan dari mereka yang meninggal jauh dari rumah atau tidak diberi pemakaman yang layak keadaan di mana keturunan mereka tidak mampu merawat mereka dengan benar. 

Jadi, pakaian dan uang kertas dikirim untuk mengurangi penderitaan mereka di akhirat.

3. Selain uang, persembahan juga berupa replika benda kertas mulai mobil hingga tas mewah

Baca Juga : Asyik Berlibur, Bocah Tak Sengaja Temukan Pedang Legendaris Excalibur Milik Raja Arthur

Sesajen secara tradisional terbuat dari bambu atau kertas beras dan dapat dibeli di tempat yang disebut 'toko kertas,' yang secara khusus dikenal untuk barang-barang kertas berwarna cerah yang dipajang.

Lalu, di Hongkong uang Imitasi tersebut disebut dengan permen karet zi, atau 'kertas emas'.

Bahkan ada juga benda-benda kertas buatan tangan dan aksesoris yang dibuat dari permen karet zi yang menyerupai apapun seperti rumah, ponsel hingga tas gucci.

4. Persembahan berbeda diberikan kepada leluhur, dewa dan hantu

Dewa biasanya diberikan uang emas dan pakaian kertas yang berbentuk jubah klasik dengan hiasan naga.

Namun, lain halnya dengan Dewa Hantu diberi persembahan lain, dimana ia diberikan kertas Joss yang kurang berharga yang sering disebut dengan 'uang putih'.

5. Persembahan untuk Roh-roh yang gelisah

Festival Ching Ming, atau biasa disebut Hungry Ghost Festival dalam bahasa asingnya terjadi selama bulan lunar ketiga, dikenal dengan tradisi menyapu kuburan.

Ini adalah hari ketika orang China mengunjungi kuburan leluhur mereka, merapikan daerah itu, dan membuat makanan, dupa, dan sesajen kertas.

Liburan penting lainnya untuk pemujaan leluhur adalah Hungry Ghost Festival, yang terjadi selama bulan ketujuh dari kalender lunar. 

Selama bulan tersebut, dikatakan bahwa gerbang surga dan neraka dibuka, dan hantu berkeliaran di bumi. 

Pada hari ke-15 setiap bulan, orang-orang Tionghoa membuat persembahan untuk leluhur mereka sendiri dan roh-roh yang gelisah, salah satunya dengan membakar kertas Joss.(Afif Khoirul M)