Find Us On Social Media :

Hebat! Wanita Ini Hidup dengan 'Separuh' Otak tapi Berhasil Selesaikan Kuliah S2

By Aulia Dian Permata, Rabu, 18 April 2018 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com - Hidup Christina Santhouse saat ini bisa dibilang sangat sempurna.

Dia memiliki pekerjaan yang baik sebagai terapi wicara, punya suami yang menyayanginya, rumah yang dia beli berkat kerja kerasnya sendiri, berhasil memiliki gelar master,  dan dicintai banyak orang.

Tapi satu yang tidak terbayangkan, Santhouse menjalani hidupnya yang sempurna itu dengan kondisi otak yang hanya tinggal separuh saja.

Semua bermula saat pergelangan kaki kanannya berkedut hebat dan dia mengalami 150 kali kejang dalam sehari.

Baca Juga: Wah, Remaja 19 Tahun Nikahi Wanita 72 Tahun. Katanya Sudah Terlanjur Cinta!

Orangtuanya yang panik membawa Santhouse ke rumah sakit untuk diperiksa.

Betapa terkejutnya mereka saat dokter mengatakan bahwa Santhouse terserang penyakit Rasmussen Encephalitis yang pelan-pelan menyerang otak dan akan membuatnya lumpuh.

Dokter mengatakan, cara satu-saturnya untuk menyelamatkan hidup Santhouse adalah dengan mengambil separuh bagian kanan otaknya.

"Aku pernah dengar seseorang bisa hidup dengan satu ginjal, tapi aku tidak bisa membayangkan putriku hidup dengan otak hanya separuh," kata ibu Santhouse dilansir dari The Inquirer.

Baca Juga: Kecelakaan Tiga Raja Jalanan di Ngawi: Inilah 5 Bus yang Dijuluki Sebagai 'Raja Jalanan' Karena Doyan Ugal-ugalan

Tidak ada cara lain, peradangan di otak kanannya semakin parah dan Santhouse harus menjalani operasi itu.

Dengan dukungan dari teman-teman dan keluarganya, Santhouse akhirnya mengambil risiko dan dioperasi.

Kehilangan separuh otak ternyata punya efek jangka panjang yang tidak menyenangkan.

Gadis yang saat itu berusia 8 tahun tidak bisa menggerakkan separuh badannya di bagian kiri.

Baca Juga: Disebut Sebagai Palung Terdalam di Dunia, Inilah 5 Hal Mengerikan yang Akan Anda Jumpai di Palung Mariana

Dia harus menggunakan penopang untuk berjalan, kehilangan sebagian besar penglihatannya, dan mengalami rasa pusing luar biasa setiap kali menggerakkan kepalanya.

Pelan-pelan, Santhouse memulai semua dari awal.

Dia belajar duduk, berdiri, mengerakkan kepalanya, dan terbiasa untuk melihat dalam jarak pandang terbatas.

Niatnya untuk tetap sekolah masih sangat kuat.

Baca Juga: Ketika Sekelompok Punk Sengaja Menyuntikkan Virus HIV ke Tubuh Sendiri untuk Mendapatkan Kedamaian dan Kebebasan

Santhouse bahkan ingin tetap kuliah dan menjadi mahasiswa meski banyak orang yang meremehkannya.

Dari semua penderita orang yang menjalani operasi pengangkatan otak, hanya ada dua orang yang melanjutkan pendidikannya hingga ke bangku kuliah.

Santhouse adalah salah satunya, dan bahkan dia berhasil menyelesaikan kuliah S2 serta mendapat gelar master pendidikan wicara.

Menjalani hidup dengan separuh otak memang bukan hal yang mudah bagi Santhouse.

Tidak jarang dia diremehkan oleh orang lain, dianggap tidak mampu dan dijauhi.

Hal ini membuatnya jadi orang yang tertutup.

Saat ini di usia 28 tahun dan memiliki hidup yang sangat komplit, ternyata kehilangan separuh otak tidak membuat Santhouse patah semangat.

Baca Juga: Pria Ini Baru Tahu Dirinya Mandul Justru Setelah Memiliki 9 Anak