Cerita Presiden Soeharto, Percaya Sebagai Keturunan Jawa Rajin Semedi di Puncak Gunung Lawu, Tujuannya Tak Lain Untuk Hal Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Intisari-Online.com- Meski telah lama meninggal Soeharto mungkin sosok presiden yang paing dikenal karena masa jabatanya yang terlama.

Namun tak sedikit yang mengetahui tentang kehidupan Soeharto termasuk keyakinannya pada hal-hal klenik.

Pengalaman masa kecil yang pahit, membuat Soeharto menjadi sosok yang menghargai ajaran-ajaran nenek moyang.

Terutama, ajaran untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

Baca Juga: Tidak Mau Ambil Risiko Lebih Lanjut, Filipina Jadi Negara Pertama yang Tutup Pasar Finansial dengan Jangka Waktu Tidak Tertentu Demi Hindari Pandemi Corona, Lockdown Manila Diperluas Sampai Wilayah ini

Soeharto yang pendiam bisa dikatakan lumayan relijius.

Selain selalu menjalankan sholat lima waktu, hampir setiap malem Soeharto juga ngabsen di langgar.

Belajar membaca Al-Qur'an dan mempelajari selukbeluk Islam pada para kyai.

Tak hanya itu, Soeharto yang sempat bergabung dengan Hizbul Wathan juga rajin berpuasa Senin-Kamis.

Baca Juga: Banyak yang Percaya Cuaca Panas dan Sinar Matahari di Indonesia Bisa Cegah Penyebaran Virus Corona, WHO Berikan Klarifikasi Ini

Namun, sebagai keturunan Jawa, Soeharto juga percaya bahwa ada kekuatan kosmik yang akan membantu setiap manusia menggapai serta mempertahankan cita-citanya.

Itu sebabnya, ritual-ritual macam tidur di bawah atap luar rumah dan bersemedi pun kerap dilakukan oleh Soeharto.

Ritual-ritual semacam ini konon dapat membuat batin lebih kuat dalam mengatasi segala cobaan hidup.

Semakin bertambah usia, Soeharto ternyata semakin kuat mendalami hal-hal yang menyangkut kekuatan kosmik.

Tidak hanya semedi, dia juga mengumpulkan benda-benda pusaka.

Kabarnya, Soeharto juga punya jadwal rutin tersendiri untuk bersemedi di puncak Gunung Lawu.

Baca Juga: Uji Coba Pertama Vaksin Corona Disuntikkan pada 45 Relawan, Bagaimana Cara Kerja Vaksin?

Yakni sebuah gunung di daerah perbatasanJawa Tengah dengan Jawa Timur, yang diyakini orang-orang Jawa sebagai base camp dari kekuatan-kekuatan kosmik.

Tidak sendirian, Soeharto selalu mengajak istrinya, Ibu Tien, setiap kali sowan ke sana.

Ibu Tien diketahui merupakan keturunan priyayi dan juga asih menganut ajaran kejawen.

Suatu ajaran yang sangat percaya bahwa kekuasaan atau keberhasilan bukan berasal dari kekayaan, koneksi, kecerdasan, atau hak sejak lahir.

Melainkan karena "wahyu" yang diterima oleh yang bersangkutan, yang diturunkan melalui perantara kekuatan kosmik.

Masih menurut apa yang dipercaya IbuTien, wahyu yang dimaksud tidak harus turun langsung kepada orang yang dituju.

Baca Juga: Statusnya Pasien dalam Pengawasan Corona, Wanita Ini Malah 'Dilepas' dan Harus Cari Rumah Sakit Rujukan Sendiri, 'Rumah Sakit Itu Enggak Tahu Harus Ngapain'

Tapi, bisa juga diberikan pada orang terdekat dari orang yang dituju itu. Misalnya, wahyu untuk Soeharto turunnya tidak secara langsung, melainkan lewat Ibu Tien.

Namun, terlepas dari kebenaran kepercayaan itu, faktanya karir Soeharto terus melesat hingga dapat menjabat menjadi presiden selama 32 tahun.

Artikel ini pernah tayang di Majalah Hai edisi Maret 2008 dengan judul asli SOEHARTO: ANTARA ISLAM DAN SEMEDI

Artikel Terkait