Penulis
Intisari-Online.com - Belum ada obat untuk covid-19. Sejauh ini, salah satu yang bisa kita lakukan untuk pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan diri terutama kebersihan tangan.
Oleh karena itu, banyak himbauan untuk rajin mencuci tangan dengan sabun.
Tangan-lah yang paling berisiko membawa virus tersebut masuk ke tubuh, karena kita biasanya menyentuh apa pun di sekitar menggunakan tangan.
Padahal, benda-benda di sekitar kita bisa saja merupakan tempat droplet virus bersarang.
Kasus positif Covid-19 yang melonjak dua kali lipat di Indonesia membuat banyak orang lebih waspada pada virus corona.
Untuk melindungi diri, kita mungkin jadi khawatir untuk menyentuh permukaan benda di tempat umum.
Virus corona yang menyebar melalui droplet ini bisa saja berpindah ke pegangan pintu, tombol lift, atau ujung kemeja kita.
Jangan terlalu panik dulu, ketahui masa hidup virus ini saat berada di permukaan benda.
Penelitian terbaru menunjukkan, Covid-19 bisa hidup di permukaan plastik atau stainless steel sampai 72 jam.
Sementara itu, di kertas kardus bisa hidup sampai 24 jam dan di tembaga selama 4 jam.
Itu merupakan masa hidup virus bisa bertahan hidup dalam jumlah yang cukup untuk menularkan penyakit.
Studi lain menganai kemampuan bertahan hidup virus corona yang dimuat dalam Journal of Hospital Infection dilakukan dengan menganlisis 22 studi pada jenis corona SARS dan MERS.
Penelitian menemukan bahwa rata-rata virus dapat bertahan hidup di permukaan logam, plastik, dan gelas di suhu ruangan selama 4 jam sampai lima hari.
Ada juga virus yang bisa hidup sampai 9 hari, tergantung pada suhu dan kelembaban.
“Berapa lama kuman bisa hidup di berbagai permukaan sangat tergantung pada jenis patogennya, faktor lingkungan seperti kelembaban, dan juga permukaan benda apa,” kata spesialis penyakit menular Todd Nega.
Hidup di material kain
Belum diketahui berapa lama virus ini hidup di kain atau bahan pakaian.
Namun, secara umum daya hidupnya lebih pendek dibandingkan dengan permukaan yang keras seperti stainless steel.
Jenis material kainnya sendiri juga berpengaruh.
Menurut studi tahun 2015, peneliti mengamati serat kain di fasilitas industri, rumah, kandang kuda, dan juga kebun binatang.
Dalam penelitian itu memang tidak diteliti virus, tetapi para ahli mencoba melihat kaitan antara berapa lama jamur dan bakteri yang mengontaminasi bahan kain.
Temuan studi itu menyebut, serat yang lembut, seperti sintetis, semi-sintetis, dan juga serat sutera, menunjukkan tingkat kontaminasi yang lebih sedikit dibanding dengan serat alami seperti wool, katun, atau rami.
Penelitian itu menjadi penting karena hampir sepanjang hari kita melakukan kontak dengan bahan kain, entah itu pakaian, handuk, atau pun sprai tempat tidur.
“Itu sebabnya kami sangat berhati-hati melakukan kontak dengan pasien isolasi di rumah sakit. Dalam fasilitas kesehatan, kami mengamati apa yang bisa terkontaminasi dengan yang tidak,” ujar Nega.
Sebagai tindakan pencegahan, para ahli menyarankan agar kita segera mengganti pakaian sesampai di rumah, apalagi jika kita baru bepergian dan kontak dengan banyak orang.
Cara membersihkan Untuk membunuh kuman di permukaan, kita bisa memakai bahan disinfektan berbasis alkohol, cairan alkohol 70 persen, atau zat pemutih lain.
Sterilisasi dengan cara mengelap bagian permukaan meja, gagang pintu, tempat cuci piring, dan juga tempat yang banyak dipakai orang.
Sementara itu, untuk membersihkan bahan kain, cuci secara teratur sampai bersih.
Jika diperlukan, cuci dengan air hangat karena bisa mengurangi jumlah kuman secara signifikan.
Bila kita memakai mesin cuci, jangan memasukkan cucian terlalu penuh agar cukup ruang bagi seluruh pakaian untuk terpapar sabun.
Setelah itu, jemur pakaian di bawah sinar matahari langsung untuk membunuh bakteri.
Jika ada anggota keluarga yang sakit menular, jangan lupa juga untuk mencuci tempat cucian dengan sabun serta mesin cuci. Baca buku panduan cara membersihkan mesin cuci.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Beda Jenis Permukaan, Beda Kemampuan Bertahan Virus Corona