Nyaris 200 Tentara Korea Utara Tewas Karena Virus Corona, Kelakuan Kim Jong Un Malah Bikin Geleng-geleng Kepala, Tak Pakai Masker dan Pamer Proyektil Rudal, Hingga Memicu Kemarahan Dunia

Afif Khoirul M

Penulis

Sementara, kondisi saat ini cukup memprihatinkan. Belakangan beredar tingkah laku Kim Jong-Un yang dinilai tidak prihatin dengan wabah virus corona.

Intisari-online.com - Korea Utara dikenal sebagai negara yang sangat tertutup, maka tak heran jika negara tersebut tidak terbuka soal kasus virus corona.

Sampai saat ini tidak ada laporan resmi berapa jumlah korban virus corona, dan apakah negara tersebut sudah terinfeksi virus corona.

Namun, menurut beberapa sumber rahasia seperti Dong-a Ilbo dari Korea Selatan membeberkan beberapa hal tentang Korea Utara dalam menangani virus corona.

Misalnya, mereka akan menembak siapapun yang melanggar batas, dan memiliki risiko penyebaran penyakit mematikan tersebut.

Baca Juga: Demi Dapatkan Klaim Asuransi Rp111 Juta, Pria Ini Rela Melukai Kakinya Sendiri pada Paving Rusak, Namun Inilah yang Didapatnya Kemudian

Kemudian hingga saat ini Korut bersikeras melaporkan kasus virus corona.

Namun, Daily NK menyebut bahwa virus corona telah masuk ke negara itu dan jumlah korbannya pun tak main-main.

Laporan itu menyebut ada 180 tentara yang tewas sejak Januari hingga Februari akibat virus corona.

Terkait hal ini Korut mengirimkan 3.700 tentaranya ke karantina.

Baca Juga: Meledak hingga Radius 100 Meter, Truk Tinja Semburkan Kotoran ke Rumah-rumah Warga, Awas! Septic Tank di Rumah Anda Juga Bisa Alami Hal Serupa

Sementara, kondisi tersebut dinilai cukup memprihatinkan. Belakangan beredar tingkah laku Kim Jong-Un yang dinilai tidak prihatin dengan wabah virus corona.

Mengutip Daily Mirror pada Selasa (10/3/2020), Pemimpin Korut itu justru tampil saat latihan serangan rudal.

Menurut keterangan, nyaris semua orang disekitar lokasi tersebut mengenakan masker, namun Kim Jong-Un justru menolak mengenakan masker.

Pemimpin Korut itu terlihat mencengkeram teropong dengan tangannya, dan melihat bagaimana latihan penembakan rudal tersebut berlangsung.

Latihan itu tampaknya mencakup peluncuran rudal balistik jarak pendek untuk kedua kalinya pada minggu ini.

Negara Asia Timur tersebut sebelumnya telah meluncurkan beberapa proyektil ke laut sebagai bagian dari latihan militer negara komunis tersebut.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Umumkan Korban Virus Corona di Indonesia Bertambah Menjadi 19 Orang, Ini Rincian Pasiennya

Ini telah menarik banding AS dan China agar Pyongyang kembali ke perundingan tentang pemberhentian program nuklirnya.

Kim bergabung dengan para komandan Tentara Rakyat Korea dan menyatakan "sangat puas dengan hasilnya," lapor kantor berita Korea Utara, KCNA.

"Tujuan latihan pemogokan senjata adalah untuk memeriksa kemampuan serangan balik militer tiba-tiba dari unit artileri jarak jauh di depan," kata KCNA.

Foto yang dirilis oleh KCNA, menunjukkan pasukan penembakan sejumlah artileri, serta rudal dari sistem roket multi-peluncuran (MLRS) dengan empat tabung peluncuran.

Rudal itu terbang hingga 124 mil dan mencapai ketinggian 50 km, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).

Hal itu telah membuat negara seperti Inggris, Jerman, Prancis, hingga Belgia berang, dan melaporkannya ke Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: Merebaknya Virus Corona, Siswi SMK di Banjarnegara Ini Olah Tanaman Ini Jadi Pangan Penangkal Virus Corona

Mereka menyebutnya, tindakan yang dilakukan Korut adalah provokatif.

Meski demikian, Korea Utara justru menyebut Eropa bertindak sembrono, Adik Kim Jong-Un menyebut latihan ini tidak bermaksud untuk mengancam siapapun.

Hal ini terjadi karena Korut tidak mengakui pandemi virus corona telah masuk ke negaranya, jadi mereka tetap melaksanakan program nuklirnya karena merasa negaranya aman.

Korut masih bersikeras bahwa negaranya bebas virus corona, dan kini mereka memperketat perbatasannya dan memakasa kunjungan asing untuk melakukan karantina.

Namun, sumber rahasia menyebut virus corona telah masuk ke seluruh negeri dan Kim Jong-Un mengeksekusi seorang pejabat yang menolak dikarantina.

Artikel Terkait