Virus Corona Dikhawatirkan Banyak Orang Menjadi Pandemi, Manakah yang Lebih Mematikan Antara Covid-19 dengan Penyakit Pes Bubo?

May N

Penulis

Dikhawatirkan banyak orang menjadi pandemi, mana yang lebih buruk antara covid-19 dengan penyakit pes bubo?

Intisari-online.com -Kasus virus Corona meningkat setiap harinya.

Virus ini juga telah menyebar ke berbagai negara di penjuru dunia.

Sejak pertama merebak di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu, lebih dari 100 ribu umat manusia telah terinfeksi.

Dari angka tersebut, 3646 manusia telah meninggal.

Baca Juga: 'Saya akan Menyebarkan Virus!', Teriak Seorang Pasien Virus Corona yang Nekat Datang ke Tempat Orang-orang Berkumpul Usai 'Kabur' dari Karantina

Angka infeksi juga tidak menunjukkan penurunan.

Meski begitu, WHO tidak umumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi.

Memang selama ini tidak ada definisi resmi untuk pandemi.

Namun virus diperkirakan menjadi pandemi saat virus tersebut sudah lazim di seluruh dunia.

Baca Juga: Keluarga Sisiwi SMP Pembunuh Diusir Warga Karena Merasa Trauma, Tetangganya Juga Bongkar Kebiasaan Tersangka Sejak Masih Kecil, Tak Menyangka Remaja Sudah Berani Bunuh Orang

Saat ini virus Corona telah diklasifikasikan menjadi epidemi, karena sebagian besar kasus virus Corona dilaporkan hanya di China.

Namun dengan jumlah kasus yang meningkat pesat di negara lain seperti Iran, Korea Selatan dan Italia, telah membuat banyak pihak takut jika virus ini bisa menjadi pandemi.

Sebelum ketakutan ini semakin alihkan fokus Anda dari menjaga kesehatan, mari bandingkan wabah Covid-19 dengan salah satu wabah paling mematikan di sejarah manusia.

Wabah pes bubo adalah salah satu wabah yang tercatat sangat mengerikan.

Baca Juga: Anak dengan 2 Unyeng-unyeng Punya Sifat Nakal? Simak Kebenarannya dan 5 Fakta Lain Seputar Unyeng-unyeng di Kepala Ini

Pes bubo telah ciptakan epidemi mengerikan bernama The Black Death.

The Black Death adalah epidemi dari pes yang hampir musnahkan seluruh umat manusia di Eropa saat abad ke-14.

Sejauh yang dicatat sejarah, Black Death berasal dari China, sebelum menyebar ke Timur Tengah dan Eropa.

Penyebaran tersebut berasal dari rute perdagangan lewati Italia.

Baca Juga: Viral Anak Gadaikan Rumah Mewah Rp 60 Miliar Menjadi Sangat Murah Demi Pesta Narkoba, Rupanya Anak ini Gunakan Akal Bulusnya Seperti ini, Dua Orang Diajak untuk Lancarkan Aksinya

Pes secara dramatis kurangi populasi Eropa, dengan prediksi para ahli sebutkan 60 persen populasi meninggal dunia.

Pes ini menyebar ke manusia lewat hama seperti tikus dan tikus tanah.

Pes bubo disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, yang biasanya disebarkan oleh kutu pada hewan-hewan yang bisa tularkan bakteri tersebut.

Pes masih ada sampai saat ini, tetapi sekarang sudah ada cara efektif untuk sembuhkan penyakit ini.

Baca Juga: Cerita 'Mbak' TKW Asal Blitar Yang Dinikahi Oleh Bule Eropa, Sekarang Hidup Bahagia di Australia, Berawal dari Kejar Mimpi Cita-cita dari Kecil untuk Jadi Pemandu Wisata

Hampir semua negara di dunia telah saksikan epidemi pes bubo di suatu waktu, tetapi kasus ini sekarang sebagian besar terjadi di Afrika.

Tiga negara endemi untuk pes saat ini adalah Republik Kongo, Madagaskar dan Peru.

Mana yang Lebih Buruk?

Sampai saat ini, wabah Covid-19 memiliki tingkat kefatalan lebih rendah daripada Black Death.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Gejala Infeksi Virus Corona, Beginilah Beda Batuk Biasa dan Batuk Orang yang Terkena Virus Corona

Menurut WHO, Black Death pada abad ke-14 membunuh lebih dari 50 juta jiwa.

Pes bubo, pes yang paling umum, memiliki ciri pembengkakan di kelenjar limfa.

Orang yang terinfeksi dengan pes bubo memiliki 50 persen kemungkinan meninggal dunia.

Sementara itu dari 107.351 kasus virus Corona yang terkonfirmasi, ada 60.558 orang yang sembuh dari virus ini.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Anaknya Sakit Kanker Tapi Orang Tua ini Dipaksa Bayar Tagihan Parkir Sampai 100 Juta Rupiah, Simak Mengapa Demikian

Para ahli juga yakin jika Covid-19 memiliki tingkat kefatalan antara 1 sampai 3 persen.

Wabah lain di beberapa tahun belakangan ini memiliki tingkat kefatalan lebih tinggi daripada Covid-19.

Artikel Terkait