Penulis
Intisari-online.com -Mengutip thehealthy.com, seorang wanita yang alami demam dan sakit bagian punggung bawah didiagnosa dokter jika sakitnya adalah gejala penyakit langka.
Wanita tersebut alami kelelahan konstan yang sampai sebabkan ia tidak bisa bekerja berminggu-minggu.
Setiap malam, ia selalu berkeringat berlebih sampai-sampai ia harus mengganti semua pakaian dan seprainya.
Sebulan dari gejala-gejala aneh tersebut, wanita tersebut mengalami penurunan berat badan lebih dari 3 kilogram.
Saat itu ia juga alami sakit di dada yang sangat ekstrim yang berlangsung dua kali.
Hasil rontgen dada tunjukkan jika tidak ada tanda sakit apapun, tetapi hasil uji lab tunjukkan hal sebaliknya.
Hasil dari pengujian lab menunjukkan jika protein C-reaktif atau CRP dalam tubuhnya termasuk tinggi.
Hal tersebut tandai jika ada peradangan di bagian tubuhnya.
Baca Juga: Sedih! Kirim Pesan ke Gebetan, Gadis Ini Baru Dapat Balasan 8 Tahun Kemudian
Demam tanpa sebab memiliki nama sendiri dalam bidang medis, yaitu FUO (fever or unknown origin).
FUO adalah salah satu tantangan diagnosa dalam bidang kesehatan.
FUO adalah kondisi demam permanen lebih dari tiga minggu yang tidak bisa dijelaskan bahkan setelah pengecekan di rumah sakit.
Ada lebih dari 200 penyebab potensial FUO, yang paling umum adalah infeksi, penyakit radang, dan keganasan, menurut sebuah studi 2015 di The American Journal of Medicine.
Banyak kasus yang tidak pernah terselesaikan, dan sebagian kecil pasien bahkan meninggal setelah mengalaminya, seringkali karena kanker.
Dokter yang obati wanita tersebut kemudian temukan jika sang wanita memiliki beberapa gigi diekstraksi beberapa bulan sebelumnya, meninggalkannya dengan gusi sakit yang mengeluarkan nanah selama beberapa hari sesudahnya.
“Sinus dan gigi adalah tempat umum infeksi kronis yang dapat dilewatkan,” katanya, tetapi rontgen mulut menunjukkan semuanya telah sembuh.
Wanita itu juga menghabiskan waktu di area taman yang diketahui memiliki kutu, tetapi dia dinyatakan negatif untuk penyakit Lyme.
Pemindaian menunjukkan bahwa aorta si wanita, pembuluh darah besar yang membawa darah beroksigen dari jantung ke seluruh tubuh, menebal akibat peradangan.
Karena wanita itu telah menggambarkan nyeri dada, dokternya kemudian menjalankan elektrokardiogram (EKG) dan memeriksa kadar enzimnya, tetapi tidak menemukan petunjuk.
Pada hari ke delapan dari pekerjaannya mengenai kasus ini, ia memerintahkan pemindaian positron emission tomography (PET), yang menggunakan pelacak radioaktif untuk menyoroti masalah dengan aliran darah atau fungsi organ lainnya.
"Ketika Anda melakukan pemindaian ini karena Anda belum menemukan apa-apa, itu membuat frustrasi," kata sang dokter.
Namun, sering kali PET akan mengungkap penyakit radang atau kanker yang sebelumnya tidak terdeteksi.
Dan memang, dalam kasus ini, itu mengungkapkan petunjuk penting.
Pemindaian menunjukkan bahwa dinding aorta si wanita menebal dengan peradangan, dari jantung ke perutnya, dan ke dalam arteri iliaka di panggulnya.
Dengan itu, dokter dapat mempersempit kemungkinan.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Berikan Obat untuk Menurunkan Panas pada Anak, Ini Waktu yang Disarankan
Salah satunya adalah sifilis, dengan cepat dikeluarkan setelah tes antibodi, dan yang lainnya adalah jenis vasculitis yang disebut giant cell arteritis (GCA), atau penyakit Horton.
Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka, GCA memengaruhi 24 dalam 100.000 orang di atas 50, dan lebih banyak wanita daripada pria.
Jika tidak diobati, pasien berisiko kehilangan penglihatan mereka.
Penyakit Horton telah diberhentikan dalam kasus ini karena dia melaporkan tidak ada gejala yang relevan dan biopsi arteri kembali negatif untuk itu, tetapi si dokter menduga dia mungkin memiliki presentasi yang tidak biasa. (Biopsi negatif dapat terjadi karena lokasi peradangan tidak selalu dapat diprediksi.)
Perawatan yang paling umum adalah prednison, kortikosteroid.
Dalam 24 jam setelah diresepkan obat, gejala si wanita membaik, mengonfirmasi diagnosis dokternya benar.
“Nyeri perut yang hebat yang dia keluhkan itu sebenarnya adalah nyeri punggung bawah,” katanya.
Resep obat akan dikurangi secara bertahap selama satu hingga dua tahun.
Kambuh dapat terjadi tetapi dikelola dengan menyesuaikan dosis obat.
"Untuk saat ini, dia kembali ke kantor, dan sangat berterima kasih," kata dokternya.