Penulis
Intisari-Online.com - Virus corona telah menginfeksi 92.223 orang di seluruh dunia dan menewaskan 3.128 orang hingga Selasa (3/3/2020).
Dengan jumlah infeksi yang melonjak di seluruh dunia, Korea Utara mengklaim belum melaporkan adanya temuan positif virus corona.
Padahal tetangganya Korea Selatan memiliki 5.186 kasus positif, China 80.151 kasus dan Jepang 284 kasus.
Namun negara yang berbatasan dengan Korea Selatan itu bukannya tidak waspada.
Terbukti, pada bulan Januari, Korea Utara memberi tahu agen perjalanan bahwa mereka menutup perbatasannya dengan warga negara asing.
Media pemerintah seperti dukutip Time, mengatakan pemerintah Korea Utara memantau 7.000 orang yang telah menunjukkan gejala virus yang berasal dari China.
Sementara Senior Fellow for Korea Studies dan Direktur Program tentang Kebijakan AS-Korea Scott Snyder menyebut Korea Utara secara diam-diam mengajukan permohonan bantuan, sambil secara terbuka masih menyatakan tidak ada kasus virus korona di negara itu.
1.500 alat tes virus corona
Pada 26 Februari, kementerian luar negeri Rusia mengumumkan bahwa mereka, atas permintaan Pyongyang, memberi Korea Utara 1.500 alat uji virus corona.
"Karena risiko yang berkelanjutan dari infeksi Covid-19 yang baru, Rusia telah menyumbangkan 1.500 alat tes diagnostik coronavirus ke Pyongyang atas permintaan Republik Rakyat Demokratik Korea.
Kami berharap langkah ini akan membantu Korea Utara mencegah penularan dari negara itu," kata rilis Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sementara DW.com mengutip Daily NK mengatakan ada 20 orang yang meninggal diduga karena virus corona sejak Januari 2020.
Sedangkan Yonhap News Korea Selatan melaporkan sekitar 7.000 orang dimonitor untuk gejala-gejala virus corona, sementara pemerintah Korea Utara mendorong para diplomat asing yang ditempatkan di Pyongyang untuk meninggalkan negara itu dalam waktu dekat.
Dilansir dari CNN, Kedutaan Besar Jerman, Kantor Kerjasama Prancis, dan Kerjasama Pembangunan Swiss akan menutup operasi di ibukota Pyongyang sepenuhnya.
Negara-negara lain dengan misi diplomatik di Korea Utara berencana mengurangi operasi.
Meskipun virus itu telah menyebar hingga ke Brasil, Israel, dan Nigeria, Korea Utara, yang berbagi perbatasan dengan China tetap mengklaim bahwa tidak ada kasus yang dikonfirmasi.
Namun demikian, Zhang Jun, duta besar China untuk PBB, mengatakan pada hari Senin (2/3/2020) bahwa Korea Utara menderita efek negatif dari Covid-19.
Sistem kesehatan Korea Utara menderita karena kurangnya dana dan peralatan, dan cakupan medis sangat buruk di daerah pedesaan yang miskin di negara itu.
“Korea Utara merupakan negara berisiko tinggi, sebagai negara dengan sistem kesehatan yang lemah, untuk virus yang menimbulkan bahaya besar,” ujar Kee B.
Park, Direktur Proyek Kebijakan Kesehatan Korea dan Dosen Kesehatan Global dan Kedokteran Sosial di Harvard Medical School, kepada Time.
Sistem kesehatan lemah Park telah melakukan lebih dari 20 perjalanan ke Korea Utara, bekerja bersama dokter-dokter Korea Utara dan berusaha memperbaiki sistem kesehatan negara itu.
Dia mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sanksi semakin mempersulit petugas kesehatan untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan pasien.
Baca Juga: Ini 10 Manfaat Buah Plum untuk Kecantikan, Salah Satunya untuk Membuat Kulit Wajah Tampak Lebih Muda
“Bekerja bersama dokter Korea Utara di dalam rumah sakit di Pyongyang, mereka menggunakan kembali hampir semuanya sampai menjadi tidak dapat digunakan."
"Mereka adalah ahli dalam memperbaiki dan memelihara peralatan medis,” kata Park.
Keadaan saat ini akan membuat menjadi sangat sulit bagi Korea Utara untuk menangani wabah virus yang besar.
Park menyebut, Korea mungkin dapat berhasil mengobati sejumlah kecil kasus Covid-19 yang parah.
Namun kapasitas mereka untuk mengobati wabah akan kewalahan.
"Jika virus itu sampai di Korea utara, di mana ada banyak kekurangan perawatan kesehatan, angka kematian akan lebih tinggi," kata Dr John Linton, direktur Pusat Perawatan Kesehatan Internasional di Universitas Yonsei di Korea Selatan .
"Dengan populasi umum mereka yang kekurangan gizi, itu akan jauh, jauh lebih buruk daripada China."
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korea Utara Minta Bantuan 1.500 Alat Tes Virus Corona ke Rusia"