Penulis
Intisari-Online.com -Seorang ayah tiri yang jahat diduga memukuli anak tirinya yang berusia lima tahun.
Sebelumnya, dia juga menyuruh putranya jongkok dan makan makanan dari tempat sampah.
Murat Shkhanukov (38) dituduh menganiaya bocah yang menangis itu saat ibunya pergi, seperti dilansir dari Daily Mirror, Jumat (7/2/2020).
Rekaman mengerikan direkam oleh bibi si anak.
Bibinya mengatakan dia terlalu takut untuk campur tangan menolong anak itu.
Dalam rekaman itu, ayah tiri, dari Moskow, terlihat menyuruh bocah itu melakukan gerakan squat thrusts (jongkok - berdiri).
Sesekali, dia berhenti dan pria itu memukul wajahnya dan menarik lengannya.
Kekerasan itu dilakukan karena bocah lelaki itu tidak mau tidur.
Setelahnya, bocah itu dibawa ke rumah sakit ketika petugas medis menemukan bahwa ia kehilangan gigi.
Laporan menyatakan bahwa pria itu pernah melakukan tindakan yang sama pada bocah itu sebelumnya.
Setelah mengetahui tindakan kejam suaminya, sang istri pun membuatnya berjanji bahwa dia tidak akan melakukannya lagi.
Kakak perempuan sang ibu (28), yang berada di flat pada waktu itu, mengatakan, ”Saya terlalu takut untuk ikut campur karena dia sangat marah. Dia memukulinya, membuatnya lapar sepanjang hari dan kemudian membuatnya melakukan jongkok.
“Dia kemudian menyuruh bocah itu makan makanan yang dia buang ke tempat sampah tadi. Dia bukan manusia, dia adalah binatang.”
Menurut media setempat, dokter memeriksa bocah itu setelah insiden yang difilmkan.
Dokter mengatakan bahwa bocah itu kehilangan satu gigi sementara dua lainnya rusak parah.
Petugas medis juga dilaporkan menemukan memar dan bengkak di kepala anak itu.
Sementara itu, ayah tiri ditangkap dan kemudian dibebaskan saat penyelidikan berlanjut.
Karena tersangka tetap bebas, sang ibu memutuskan untuk merilis rekaman di media sosial untuk menarik perhatian publik.
Hingga saat ini, investigasi sedang berlangsung.
Dampak kekerasan pada anak saat tumbuh dewasa
Saat seseorang memiliki pengalaman kekerasan di masa kecilnya, luka fisik mungkin sudah sembuh, namun luka emosional mungkin masih tinggal tetap.
Kemungkinan besar, seperti yang dikutip di Psychologytoday.com, penyebab utamanya adalah efek stres berlarut-larut karena pengalaman kekerasan yang dialami di masa kecil.
Anak yang pernah mengalami penyiksaan fisik maupun psikis dapat mengalami gangguan emosional atau trauma.
Luka fisik mungkin membaik dan sembuh, namun reaksi emosional terhadap trauma ini sering kali masih aktif dan kuat.
Rasa takut, ketidakpastian, kemarahan, frustasi, dan sedih ia rasakan hingga dewasa akibat ingatan akan pengalaman menyedihkan itu.
Dan ketika ia mencoba untuk melupakan kenangan pahit itu, ingatan kekejaman di masa lalu itu seolah terulang kembali.
Jantungnya berdebar kencang, telapak tangan mulai berkeringat, dan rasanya tubuh bereaksi tidak biasa ketika berupaya menghapus ingatan masa kecil.
Seseorang yang mengalami peristiwa traumatis di masa kecilnya biasanya sering mengalami tekanan stres yang tinggi.
Kadang-kadang ia merasa terancam dengan keadaan atau kehadiran orang lain. Sehingga ia selalu berusaha berhati-hati dan waspada.
Sayangnya, kondisi ini, jika tidak dipulihkan bisa merembet ke kondisi fisik juga. Hidup dalam kondisi stres yang aktif dapat menyebabkan penyakit di kemudian hari.
Misalnya ia menjadi mengalami tegang otot, asma, serangan kecemasan, masalah kardiovaskular, sakit kepala, peradangan, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, mudah lelah, masalah pencernaan, dll.
Anak yang masa kecilnya mengalami kekerasan atau pelecehan itu memasuki fase stres yang mendalam.
Hal ini juga mempengaruhi kinerja otaknya untuk menghadapi kesulitan dan faktor stres lain di masa mendatang.
Karena itu, penting sekali untuk menangani kondisi ini sedini mungkin.
Seperti dengan konseling dengan ahlinya. Atau bahkan mengikuti terapi pemulihan trauma.