Menyamar Sebagai Orang Gila Supaya Bisa Masuk ke Rumah Sakit Jiwa, Wartawan Ini Temukan Kenyataan Mengerikan Pasien Sakit Jiwa Diperlakukan

Afif Khoirul M

Penulis

Hampir tak ada seorangpun yang dirawat di Rumah Sakit Lunatic Wanita tidak ada yang tersisa, dan kembali.

Intisari-online.com - Elizabeth Cochran Seaman wanita yang lahir 5 Mei 1864 dikenal sebagi jurnalis Nellie Bly.

Tumbuh di Pennsylvania Elizabeth adalah perempuan yang memiliki gagasan luas bahwa perempuan harus memiliki manfaat bagi masyarakat.

Jadi dia memutuskan untuk menyuarakan apapun yang dia inginkan untuk membuat perbedaan pada dunia.

Suatu ketika, setelah membaca sebuah kolumme di Pittsburgh Dispatch bernama "What Girls Are Good For," Elizabeth menjadi sangat kesal sehingga dia menulis surat kepada editor.

Baca Juga: Virus Corona Tak Ada Apa-apanya, 1,5 Juta Penduduk Indonesia Meninggal dari 100 Juta Penduduk Dunia Mati, Penyakit Ini Nyaris Membawa Umat Manusia Diambang Kepunahan

Editor, George Madden, pada gilirannya, sangat terkesan dengankritikan Elizabeth sehingga dia memintanya untuk menulis artikel untuk surat kabar.

Dia melakukannya, dan setelah Madden membacanya, dia menawari Elizabeth pekerjaan tetap dan memberinya sebuah pena bernama: Nellie Bly.

Sebagi jurnalis Nellie Bly dia menulis tentang isu-isu perempuan dan hak-hak perempuan.

Dia juga menulis karya investigasi di mana dia pergi menyamar ke tempat-tempat seperti pabrik untuk mengekspor kondisi buruk tempat wanita bekerja.

Baca Juga: Ubah Pemulung Jadi Miliarder, Siapa Sangka Tanaman yang Dulu Dibuang-buang Ini Ternyata Dapat Bikin Kaya Raya: Hasilkan Rp 12,5 Juta Per Hektar

Tetapi beberapa saat dia meninggalkan Pittsburg untuk ke New York.

Pindah ke kota besar dia mendapatkan pekerja di koran New York Word, dan salah satu tugas paling terkenal adalah menyamar menjadi orang gila untuk masuk ke rumah sakit jiwa.

Hampir tak ada seorangpun yang dirawat di Rumah Sakit Lunatic Wanita tidak ada yang tersisa, dan kembali.

Karyawan di rumah sakit itu terkenal kasar, namun tak ada satupun yang berani bersaksi tentang perlakukan mereka di sana.

Sampai Elizabeth memutuskan untuk mencari tahunya sendiri.

Rumah sakit itu menampung dua kali lebih banyak pasien daripada ruang yang tersedia.

Baca Juga: Indonesia Menjadi Satu-satunya Negara Besar Asia yang Bebas dari Virus Corona, Organisasi Kesehatan Dunia WHO Justru Khawatir, Mengapa?

Makanan terdiri dari roti mentah kering, daging busuk, kaldu berair, dan air kotor.Dan ada tikus di mana-mana.

Selain itu, Elizabeth bertemu dengan beberapa wanita yang sama sekali tidak sakit mental, tetapi hanya miskin atau tidak mampu berbahasa Inggris.

Pasien dilecehkan, dipukuli, diikat, dan dipaksa untuk bertahan disiram dengan air es sebagai ganti mandi.

Dokter menolak untuk percaya pasien yang mengeluh tentang pelecehan, dan mereka yang mengeluh akan dihukum.

Wanita yang sebenarnya sakit mental tidak diberi perawatan yang mereka butuhkan.

Baca Juga: 6 Manfaat Buah Plum Merah untuk Kecantikan yang Mungkin Belum Pernah Anda Dengar

Namun setelah kebenaran itu terungkap 10 hari kemudian, Elizabeth membawa seorang pengacara dan menerbitkan buku berjudul "Sepuluh Hari di Rumah Mad"

Setelah buku itu diterbitkan pemerintah meberlakukan perubahan dan situasi, pasien mulai membaik secara signifikan.

Elizabeth menjadi terkenal dan menulis artikel penting, sebelum akhirnya dia meninggal tahun 1922 pada usia 57 karena stroke.

Artikel Terkait