7 Penemuan dalam Bidang Kesehatan Paling Luar Biasa Tahun 2018: dari Vaksin Antikanker hingga 'Update' Memori Otak!

Editorial Grid

Penulis

Para ilmuan selalu mengembangkan temuannya, kesehatan manusia semakin terjamin di masa depan!

Intisari-Online.com - Semua orang ingin hidup sehat dan panjang umur.

Namun kenyataannya, masih saja banyak orang yang sakit. Tak hanya para manula, tapi anak-anak muda juga.

Seiring berjalanannya waktu, penyakit baru bermunculan, membuat manusia semakin menderita penyakit yang beragam.

Namun, para peneliti terus mengembangkan penelitian dalam bidang kesehatan untuk kesejahteraan umat manusia.

Dengan penemuan-penemuan baru, penyakit yang awalnya belum diketahui obatnya pun akhirnya muncul obatnya.

(Baca Juga:Tumpahan Minyak Mematikan Terus Menyebar di Laut Kalimantan, 4 Orang Tewas, Belasan Orang Alami Masalah Kesehatan)

Berikut ini adalah penemuan-penemuan yang sangat luar biasa dalam bidang kesehatan pada tahun 2018.

1. Kulit Elektronik: Menampilkan Data Pada Kulit Anda

Pada Februari tahun ini, tim peneliti dari Universitas Tokyo meluncurkan teknologi semikonduktor yang dapat membaca tanda-tanda vital pada tubuh.

Pasti kalian menjadi teringat film In Time, di mana nyawa manusia ada dalam bentuk layar LED pada tangan manusia.

Bahkan sistem uang diubah menjadi waktu bukan mata uang lagi.

Penemuan ini hampir mirip dalam film, namun kegunaannya hanya untuk mendeteksi alat vital saja.

Berbahan bahan plastik tipis yang diletakkan di atas kulit Anda.

Layar ini terdiri 16 dari 24 LED mikro dan dapat digunakan untuk membaca detak jantung Anda.

Informasi juga dapat dilihat di perangkat pintar Anda atau dikirim langsung ke profesional medis.

2. Vaksin Kanker: Pengujian untuk Manusia Dimulai

Para peneliti di Standford University mengumumkan pada Februari lalu bahwa mereka akan memulai uji coba manusia pertama untuk terapi kanker yang terbaru.

Tes sebelumnya yang dilakukan pada tikus, menemukan bahwa suntikankekebalan yang merangsang mampu menghilangkan semua 'jejak' kanker.

Dipimpin oleh Dr. Ronald Levy, profesor onkologi di Stanford, uji coba pada manusia akan dimulai oleh 15 pasien limfoma yang diobati dengan suntikan.

Ini adalah terobosan luar biasa, yang bisa menghadirkan pengobatan baru untuk pemberantasan kanker.

(Baca Juga:Melihat Keperawanan Wanita Dari Cara Berjalannya? Ini Jawaban Dokter)

3. Brain Implants: Meningkatkan Memori Manusia Hingga 15 Persen

Sebuah penemuan baru 'alat pacu jantung'untuk otak manusia didanai Februari 2018 oleh Departemen Pertahanan AS.

Alat itu diyakini bisa meningkatkan memori penderita epilepsi, parkinson, dan penyakit Alzheimer.

Alat ini dioperasikan melalui stimulasi otakyang diciptakan oleh pulsa listrik.

Meskipun ini bukan perangkat pertama dari jenisnya, namun memiliki fungsi potensial yang lebih luas daripada upaya sebelumnya.

Alat pacu jantung dikembangkan untuk penyakitAlzheimer di Ohio State University.

4. Bersepeda untuk Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh: Terbukti Meningkatkan Produksi T-Sel

Bersepeda dapat membuat lansia tetap sehat seperti orang berusia 20-an, menurut penelitian terbaru dari para ilmuwan Inggris.

Maret ini mereka menemukan bahwa aktivitas fisik secara teratur di masa dewasa dapat meningkatkan produksi T-Sel, melindungi dariserangan sistem kekebalan tubuh.

Tim itu mempelajari 125 pesepeda senior, dan menemukan bahwa sistem kekebalan mereka menyaingi orang-orang yang 50 tahun lebih muda dari mereka.

Sudah lama diketahui bahwa gaya hidup kita cenderung buruk bagi kesehatan kita, tetapi penelitian ini memberikan data penting yang membuktikan bahwa gaya hidup yang lebih aktif dapat melindungi Anda dari penyakit.

(Baca Juga:Kenapa Selingkuh Terasa Menyenangkan dan Bikin Ketagihan?)

5. Lensa Kontak Obat: Pemenang Hadiah Inovasi MIT Sloan Healthcare

Dibuat oleh para peneliti di Harvard Medical School, Theraoptix adalah lensa kontak baru yang perlahan-lahan melepaskan obat saat dipakai.

Lensa dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit mata, termasuk glaukoma.

Theraoptix memenangkan hadiah tertinggi yaitu 25 ribu dollar (sekitar Rp 300 juta)di MIT Sloan Healthcare Innovation Prize tahun ini.

Bahan dari lensa kontak ini dibuat dari bahan yang sepenuhnya disetujui FDA (semacam BPOM namun bersifat Internasional).

Lensa dapat dipakai hingga maksimal dua minggu, dan menyajikan metode yang jauh lebih efektif untuk mengobati penyakit mata.

6. Membunuh Virus dengan Sinar UV: Cara Baru Melawan Flu

Apakah Anda masih berfikir bahwa flu dan pilekitu ada obatnya?

Berarti selama ini Anda salah.

"Flu dan pilek itu obatnya (untuk menyembuhkan) enggak ada. Obat itu fungsinya mengurangi gejalanya saja," kata Medical Manager Bayer Consumer Care, Tina Suksmasari di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat mengutip dari CNN.

Jadi sebenarnya selama ini yang menyembuhkan fludan pilek itu adalah sistem kekebalan tubuh manusia sendiri.

Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Laporan Ilmiah edisi Februari 2018telah menunjukkan bahwa sinar ultraviolet C (Far-UVC) dapat membunuh virus flu.

Temuan menunjukkan bahwa penggunaan sinar UVC di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, sekolah, dan bandara dapat secara drastis mengurangi infeksi flu.

Sementara sinar UV konvensional efektif dalam membunuh virus, itu juga berbahaya bagi manusia.

Sinar Far-UVC, di sisi lain, sama efektifnya dalam memusnahkan virus namuntidak ada risiko pada kesehatan pada manusia.

Ini bisa menghadirkan tren penting dan baru dalam menghentikan penyebaran virus.

(Baca Juga:Kota yang Aneh, Warga Dilarang Meninggal dan Dikubur di Kota Ini)

7. Sensor Gigi: Diet yang Nyata

Sebuah tim dari Tufts University School of Engineering telah mengembangkan sebuah sensor yang dapat dipakai pada gigi Anda.

Sensor inimenyediakan data real-time pada konsumsi saat diet Anda.

Perangkat ini diumumkan pada Maret 2018, dan dapat memonitor asupan natrium, glukosa, dan alkohol dan secara nirkabel mengirimkan data.

Meskipun bukan sensor gigi pertama yang dikembangkan, sensor inimemiliki aplikasi yang paling komprehensif dari teknologi serupa.

Alat itu bisa sangat bermanfaat bagi para profesional medis ketika merawat pasien. (Adrie P. Saputra)

Artikel Terkait