Find Us On Social Media :

Sang Pemburu dan Pemenang di Perang Dunia I Itu Tetap Saja Meminta Korban Pesawat Tempur

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 4 April 2018 | 17:15 WIB

Intisari-Online.com – Tahun 1917 sebagai bagian dari babak Perang Dunia I (1914-1918) menjadi ajang dimulainya peperangan modern di kawasan Eropa.

Hal ini ditandai dengan digunakannya secara masif armada kapal selam di laut, tank di darat, dan pesawat tempur di udara.

Untuk pesawat, yang awalnya hanya digunakan terbatas sebagai pengintai dan pengebom ringan, tahun 1917 mulai berubah peran sebagai penempur atau scout yang ditakuti musuh.

Istilah scout lebih populer saat itu dibanding fighter.

Dimensi kedirgantaraan yang menjadi ruang baru medan pertempuran, mulai dipandang akan lebih memberikan tingkat evektivitas yang tinggi dalam menghancurkan kekuatan musuh.

(Baca juga: Kisah Stubby, Anjing Bulldog Prajurit Perang Dunia I Berpangkat Sersan yang Pernah Memergoki Mata-mata Jerman)

Namun, klausul ini jelas tidak langsung diterima begitu saja oleh banyak kalangan. Terlebih pada saat itu pun belum ada matra khusus bernama Angkatan Udara.

Pesawat tempur dioperasikan Inggris oleh Korps Penerbangan Angkatan Darat (RCF) dan Dinas Penerbangan Angkatan Laut (RNAS). Tahun 1918, Inggris baru melebur RCF dan RNAS menjadi Angkatan Udara (RAF), sekaligus menjadikannya AU tertua di dunia.

Pesawat tempur telah digunakan Inggris maupun Perancis saat meraih kemenangan di musim gugur tahun 1916. Namun, kedua negara kurang antisipatif terhadap langkah Jerman yang kemudian membuat pesawat-pesawat tempur yang lebih unggul.

Inggris dan Perancis kalah dalam jumlah dan superioritas pesawat. Demikian juga dengan taktik perang udara, dimana Jerman mempelajari banyak hal untuk mengalahkan kedua musuhnya tersebut.

Jerman membangun 37 skadron tempur (Jagdstaffeln atau Jasta) yang masing-masing diperkuat 14 pesawat Albatros D.III. Pesawat ini lebih unggul daripada B.E.2e, F.E.2b, F.E.8 buatan Royal Aircraft Factory maupun generasi terbaru Sopwith Pup, Sopwith Triplane, dan SPAD S.VII.

Ketiga pesawat terakhir hanya dipersenjatai satu senapan mesin, sementara Albatros D series telah menggunakan dua senapan mesin. Dari sisi performa terbang pun, Albatros seri D lebih unggul.