Setelah 13 Tahun Bekerja di Bank Dunia, Muslahuddin Pulang Kampung Memutuskan Jadi Petani dan Ubah Hidup Penanam Ganja

Moh Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com -Dengan pengalamannya bekerja selama 13 tahun di Bank Dunia, Muslahuddin Daud mampu meyakinkan sejumlah petani ganja di Aceh.

Kini, para petani yang tinggal di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, itu banting setir dengan menanam palawija.

“Saya memilih menjadi petani karena ingin mengubah kelompok marjinal untuk dapat hidup yang lebih layak,” kata Muslahuddin Daud.

Dia juga merupakan mantan aktivis Forum LSM Aceh yang fokus pada program resolusi konflik sejak tahun 1999.

Selama berkarier di Bank Dunia, Muslahuddin mengaku banyak mendapatkan kesempatan untuk berkeliling ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan ke sejumlah wilayah di dunia.

(Baca juga:Wajah Pria Ini Gosong karena Terkena Ledakan saat Mencuri Kabel, Akibatnya Listrik ke Aceh Mati Total!)

Hal itu membuat ia menemukan sejumlah indikasi yang menjadi faktor para petani di Tanah Air terus tertinggal dan termarjinalkan.

“Faktor yang membuat petani terus tertinggal di antaranya infrastruktur, pemasaran, akses keuangan, dan kelembagaan. Banyak sekali ruang yang belum terisi oleh pemerintah. Selama ini yang terjadi pembangunan berdasarkan ego sektoral sehingga aspek kegunaan terhadap petani tidak tepat,” ujarnya.

Di Desa Lamteuba, setidaknya Muslahuddin telah memiliki lahan sekitar 20 hektar yang ditanami berbagai jenis tanaman palawija, seperti pepaya, jagung, cabai, dan bawang.

Sejak dua tahun lalu, lahannya itu dikelola oleh empat keluarga mantan petani ganja.

“Ada empat keluarga yang mengelola lahan saya. Mereka saya ajak untuk ikut saya menanam palawija, yang saya tawarkan ke mereka konsep petani cerdas. Artinya, semua petani memiliki potensi, tapi selama ini mereka tidak diberdayakan,” ucap Muslahuddin.

Salah satunya Jafaruddin (31). Warga Desa Lamteuba yang sebelumnya menanam ganja itu kini dipercaya Muslahuddin untuk mengelola kebun pepaya dan jagung miliknya sejak awal proses tanam dua tahun lalu.

Kini, setiap bulannya Jafaruddin berpenghasilan rata-rata Rp3.500.000.

(Baca juga:Penuh Dedikasi, Guru di London Ini Diganjar dengan Hadiah Sebesar Rp13 Miliar dan Mengalahkan 30 Ribu yang Lain)

“Alhamdulillah sekarang sudah enak bertani dengan Muslahuddin, setiap bulan rata-rata penghasilan sekitar Rp3.500.000, tergantung dari hasil panen,” ujarnya.

Sebelumnya, Jafaruddin mengaku sempat beberapa kali menanam ganja di kawasan pegunungan Seulawah, Aceh Besar, dengan alasan tak memiliki modal dan lahan untuk menanam palawija.

Meski sempat berhasil panen dan mendapat uang hingga puluhan juta dari tanaman ganja, Jafar mengaku selalu dalam kondisi tidak nyaman karena dihantui penangkapan oleh polisi.

“Sekarang sudah enak saya ikut Pak Mus. Selain sudah mendapat penghasilan dan banyak ilmu untuk bertani, kalaupun nanti saya tidak lagi bekerja dengan Pak Mus, insya Allah sudah mengerti untuk bertanam. Kalau dulu waktu menanam ganja punya uang banyak, tapi hidup tidak tenang, dan uang hasil ganja pun tidak berkah,” ujar Jafaruddin.

(Baca juga:Ditanya Soal Sri Mulyani, Ini Pandangan Presiden Bank Dunia)

(Artikel ini sebelumnya pernah tayang di Kompas.com, baca selengkapnya di sini)

Artikel Terkait