Find Us On Social Media :

Kisah para Pemeran Pengganti Adegan ‘Panas’ di Film ‘Panas’ Era ’90-an, Benarkah Hanya Demi Uang?

By Ade Sulaeman, Minggu, 1 April 2018 | 16:15 WIB

Intisari-Online.com - Para pemeran pengganti untuk adegan berbahaya, rasanya tidak terlalu banyak diungkapkan.

Yang justru sering diekspos adalah mereka yang bersedia menggantikan pemeran utama untuk adegan-adegan "syur".

Tapi tak semua bintang mau menggunakan jasa stand-in

Yang menggunakan, biasanya yang bagian tertentu tubuhnya sudah kendur, cacat fisik atau bentuk bodannya tak proporsional.

(Baca juga: Setelah WiFi, Sebentar Lagi Akan Muncul LiFi. Apa Perbedaan LiFi dengan WiFi?)

--

“Waduh hebatnya si Anneke. Dia bisa salto dan terjun dari atas atap!"

Begitu reaksi para penggemar dan rekan-rekan Anneke Putri (23) setelah melihat permainannya di Saur Sepuh.

Bagaimana reaksi si bungsu dari 8 bersaudara ini sendiri?

(Baca juga: Begini Rupa 5 Bongkahan Emas Terbesar di Dunia, Beratnya bahkan Mencapai Puluhan Kilogram!)

"Rasanya sih malu harus dengar pujian itu. Soalnya adegan bersalto dan terjun dari atap itu kan bukan saya yang memainkan. Melainkan digantikan orang lain yang memang lebih mahir melakukannya."

Dan yang pasti, lanjut Anneke, ia tak pernah lupa mengucapkan terima kasih pada pemeran penggantinya.

"Prinsip saya, kami sama-sama kerja demi kebaikan film yang kami bintangi. Bukan cuma saya dong yang pantas disebut punya andil."

Tiap si pemeran pengganti tengah beraksi, Anneke yang cantik ini pun setia menunggui.

(Baca juga: (Foto) Kocak dan Berlebihan, Beginilah 8 Hal Lucu yang Orang Lakukan untuk Tujuan Tertentu)

Begitu selesai, "Langsung saya ucapkan terima kasih dan ucapan selamat atas kehebatannya. Sampai-sampai ia merasa mendapat perhatian khusus."

Pemeran pengganti, tambahnya, lebih berfungsi untuk kepentingan film.

"Tepatnya, memperbagus film. Dan boleh dibilang, saya malah ngalah untuk kebaikan film."

Sebagai jagoan cewek dalam film Kelabang Seribu yang dibintanginya, misalnya, "Mana mungkin saya berlatih salto sampai mahir dalam waktu singkat? Maunya sih melakukan adegan sendiri. Jadi, bukan karena saya takut lecet atau keseleo Iho," kata bintang yang lebih sering muncul untuk film action ini.

(Baca juga: Hidup Borju dari Hasil Menipu: Menengok Kisah Hidup Angela Lee, Cak Budi, hingga Anniesa Hasibuan)

Adegan Panas

Nah, itu tadi salah satu contoh dari pemeran pengganti yang membantu pemeran utama untuk sebuah film action. Jelas, ia punya kemahiran khusus.

Lalu bagaimana dengan para pemeran pengganti untuk adegan panas alias merangsang yang nampaknya malah lebih sering disorot?

"Saya selalu menggunakan standin untuk adegan yang tak berani saya lakukan sendiri," ujar Wenny Rosaline.

Ia berkisah, pernah diganti tiga orang stand-in sekaligus untuk sebuah filmnya, Jaringan Terlarang.

Adegan itu, katanya, menggambarkan penutup auratnya direnggut karena akan diperkosa.

Adegan lain yang juga diserahkan pemeran pengganti adalah mandi bugil.

"Jadi, paha yang terlihat di layar film, sebenarnya bukan milik saya. Hanya karena wajah yang tampil adalah wajah saya, orang menyangka saya berani beradegan panas."

Satu lagi adegan lain yang tak kalah panas, ujarnya, "Adegan main cinta untuk konsumsi luar negeri. Saya terus terang tak berani, jadi digantikan stand-in."

Konon filmnya itu dibuat dua versi: untuk konsumsi dalam dan luar negeri.

Nah, yang untuk luar negeri, adegannya lebih "panas".

Saat itu, katanya, ia digantikan Nilam Sari, penyanyi sekaligus model kalender.

Beberapa sumber yang menyaksikan pengambilan adegan yang dilakukan Nilam, mengaku cukup terperangah akan keberanian wanita ini.

"Dia tak malu-malu membuka busananya di muka kru film," kata para sumber itu.

Sakit Hati

"Siapa bilang saya bugil? Saya masih bercelana dalam kok," sergah Nilam ketika ditemui.

Lagi pula, lanjutnya, "Bagian tubuh yang disorot cuma sebatas paha. Itu pun karena memang kaki saya bagus."

Ia mengaku merasa terpojok dengan berita-berita di media cetak yang menulis soal keberaniannya yang oleh Nilam dibantah habis-habisan.

"Saya sendiri melihat film itu dan tak melihat adegan yang disebut-sebut."

Menurut Nilam, ia kemudian banyak mendapat telepon dari para pria iseng.

"Karena pemberitaan itu, banyak yang menelepon saya untuk mengajak tidur. Bahkan ada yang menawarkan rumah segala. Memangnya saya ini perempuan murahan? Dibayar semilyar pun, saya tak sudi karena jalannya sudah jelas tidak benar!"

Tapi kenapa mau jadi stand-in?

"Kalau mau jujur, sebenarnya stand-in tak ada gunanya. Sudah capek-capek memerankan adegan, wajah kita tetap tak nampak. Apalagi berharap nama kita ditulis di poster film. Padahal saya juga ingin menonjol."

Kalaupun Nilam tetap menjalani profesi itu, "Karena honornya bisa tiga kali lebih besar dibanding kalau saya menerima peran-peran kecil. Dan saya juga berpikir, adegan itu toh bukan untuk konsumsi dalam negeri. Jadi, saya terima saja."

Hanya sekarang ini, "Saya sudah jera. Hasilnya tak seberapa, sakit hatinya lama sekali."

Honor Besar

Lain lagi cerita Rosma yang pernah menggantikan Suzana dalam Santet dan Wenny Rosalina di Jaringan Terlarang.

"Saya mau jadi stand-in, supaya bisa dekat dengan orang film saja. Buat figuran seperti kami, kalau tak berani berakting mana bisa terkenal?"

Harapannya yang lain, jika sudah menjalin hubungan baik dengan orang film, tawaran syuting akan terus mengalir.

Adegan panas baginya, bukan hal aneh lagi. Karena itu, ia tak keberatan kendati adegan yang ditawarkan, seputar buka dada dan paha.

"Kali aja nanti bisa setenar Enny Beatrice, Meriam Bellina atau Yati Octavia. Mereka kan terkenal karena keberaniannya berakting," ungkap Rosma yang sudah main di 9 film.

Ia sadar, kemolekan tubuhnya saat ini memegang peranan penting.

"Makanya saya rajin senam dan minum jamu."

Alasan lain kesediaannya menjadi stand-in, adalah honor yang cukup besar, sekitar Rp300 ribu.

"Kalau jadi figuran, paling dapatnya Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. Kalau perannya lumayan, dibayar Rp75 ribu."

Lagi pula, tambahnya, pengambilan adegan dilakukan dengan rapi.

“Tubuh saya hanya terlihat bagian belakangnya saja. Ditambah lagi, syuting dilakukan di tempat tertutup. Cuma kru film yang hadir."

Kendati honornya lumayan besar, Rosma tak terlalu menyukai pekerjaan sebagai stand-in.

"Soalnya wajah tak terlihat, cuma badan doang. Orang mana tahu kita main di film itu."

Tak Guna

Sementara pendatang baru yang cukup berani, Lela Anggraini tak pernah mau menggunakan pemeran pengganti untuk beradegan panas.

Bicara soal stand-in, ia berkomentar, "Itu termasuk pekerjaan berani malu kok. Cari uang hanya sekadar mengandalkan tubuh. Biasanya yang memanfaatkan mereka adalah film-film tak berbobot, sekadar barang dagangan."

Dan sebetulnya, lanjut Lela, "Kalau orang film mau bicara jujur, adegan panas tak ada gunanya karena pasti disensor."

Tidak semua artis film menghendaki perannya digantikan stand-in. Misalnya, Lina Budiarti.

Menurut sang suami, Budiyanto, "Saya tak pernah mengizinkan Lina memakai stand-in meski untuk adegan tergolong panas."

Alasannya, para stand-in sering lepas kontrol. Jadilah mereka melakukan adegan lebih berani dibanding jika dimainkan sendiri oleh si pemeran yang digantikan.

"Mereka kan tidak punya risiko, selain ditonton kru film. Nah, kalau si artisnya sendiri pasti akan berpikir lebih jauh, bagaimana kalau film itu lolos sensor. Bagaimana nanti tanggapan penonton yang hanya tahu, si artislah yang memerankan adegan itu."

Menurut Budiyanto stand-in pasti digunakan si pemeran sesungguhnya, karena ia memiliki cacat fisik, bagian-bagian tertentu tubuhnya sudah kendur atau tak proporsional.

"Nah, istri saya badannya masih padat, berisi dan proporsional. Jadi untuk apa ia pakai stand-in?" Asyik... (Bambang, Maman, Yanti)

Artikel ini pernah terbit di Tabloid Nova No. 106/III 4 Maret 1990 dengan judul Kisah Pemeran Pengganti Adegan Panas: Kalau Tak Berani, Mana Bisa Terkenal?

(Baca juga: Bukannya Bikin Ngeri, 'Mayat' dalam Selokan Hitam Penuh Sampah Ini Malah Bikin Orang Tertawa)