Rudal Rancangan Nazi Inilah Cikal Bakal Terciptanya Rudal Balistik Paling Mematikan di Dunia

Yoyok Prima Maulana

Penulis

Ketika pasukan AS dan Rusia berhasil menyita pesawat bermesin roket Me 163B dan Natter, mereka terkagum-kagum dengan teknologi peroketan Nazi yang sudah jauh lebih maju.

Intisari-online.com - Untuk menyergap pesawat-pesawat pengebom Sekutu, pasukan Nazi Jerman yang pada tahun 1944 makin terdesak ternyata sudah menyiapkan rudal berawak untuk melancarkan serangan balasan.

Rudal berawak bermesin roket itu dinamai Ba-349 Natter dan dirancang oleh teknisi AU Nazi Jerman (Luftwaffe), Erich Bachem.

Bachem terinspirasi membuat Natter, ketika pada tahun 1944 diirinya menyaksikan armada pesawat pengebom Sekutu bisa seenaknya melepaskan bom ke wilayah Jerman tanpa perlawanan.

Konvoi pengebom Sekutu itu menurut Bachem, bisa dilawan menggunakan pesawat bermesin roket yang telah dimuati peledak dan diluncurkan secara vertikal.

BACA JUGA:Mengintip Hwasong 15, Rudal Nuklir Kesayangan Jong Un yang Bisa Ratakan Washington dan Israel

Natter dibuat dari bahan kayu dan secara militer berfungsi sebagai pesawat penyergap dengan moto, satu Natter menghancurkan satu pesawat pengebom musuh.

Natter dioperasikan menggunakan peluncur yang bisa digerakkan di atas rel, melesat secara tegak lurus, dan pilot yang mengemudikan Natter lalu mengarahkanya ke pesawat pengebom Sekutu.

Butuh waktu 12 menit bagi Natter yang telah diluncurkan untuk terbang normal dan melesat pada kecepatan 600 km/jam.

Pilot lalu mengarahkan Natter kepada konvoi pesawat pengebom Sekutu dan kemudian menembakkan senjatanya, yakni roket Fohn 7.3 cm.

BACA JUGA:Inilah Kugelpanzer, Tank Bulat Misterius Rancangan Nazi

Setelah melancarkan serangan, Natter yang kehabisan bakar lalu bergerak menghujam ke tanah seperti pesawat glider dan kemudian ‘mendarat’ dengan bantuan parasut.

Pada tanggal 22 Desember 1944, untuk pertama kalinya, Natter diluncurkan tanpa pilot dan sukses.

Bulan Februari 1945 seorang pilot Luftwaffe yang sudah sangat pengalaman, Hans Zubert memberanikan diri mengawaki Natter dan berhasil terbang dengan selamat.

Beberapa hari beriktunya, Oberleutnant Lothar Siebert yang sangat antusias dengan Natter merelakan diri menerbangkan rudal itu. Tapi ia gagal melontarkan diri dari ketinggian 1800 kaki ketika ada masalah pada bagian kokpit.

Siebert tewas ketika Natter yang dipilotinya jatuh menghujam dan meledak di tanah. Kendati telah memakan korban jiwa dalam uji coba terbang, Bachem berhasil memproduksi 30 unit Natter.

BACA JUGA:Obor, Pisang Goreng, dan Kopi Pahit, ‘Senjata’ Tak Terlupakan Pilot AURI saat Tumpas Permesta

Tapi hampir semua unit Natter itu belum sempat digunakan dalam perang karena Nazi Jerman keburu lumpuh akibat dihajar Sekutu.

Ketika pasukan AS dan Rusia berhasil menyita pesawat bermesin roket Me 163B dan Natter, mereka terkagum-kagum dengan teknologi peroketan Nazi yang sudah jauh lebih maju. Natter bahkan dianggap sebagai senjata efektif di masa depan.

Natter bahkan menginspirasikan munculnya rudal jarak jauh (balistik) yang kemudian menjadi ajang lomba senjata paling mematikan antara AS serta Rusia.

Para ahli peroketan AS dan Inggris juga memanfaatkan Natter rampasan Nazi untuk dikembangkan lebih jauh.

Rusia juga tak ketinggalan, mereka bahkan memanfaatkan para tawanan Jerman yang ahli peroketan untuk dipaksa bergabung dalam program pesawat bermesin roket.

BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

Artikel Terkait