Penulis
Intisari-Online.com -Pada 1986 di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanudin, Makassar, pernah terjadi accident yang cukup serius.
Salah satu jet tempur F-5E Tiger TNI AU yang sedang melakukan pendaratan terjerembab lantaran roda pendarat (landing gear) tak mau keluar.
Akibat kecelakaan itu, F-5 keluar landasan dan bagian bawah pesawat (fuselage) serta bagian sayap mengalami kerusakan yang cukup parah.
Untuk bisa terbang lagi F-5 yang rusak harus diperbaiki dan dibawa ke Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur yang merupakan home base-nya F-5.
Tapi untuk membawa F-5 dari Makassar ke Madiun tidak mudah.
(Baca juga:Bagian Tangan Hercules Ditemukan, Dimanakah Tempat Peristirahatan Terakhirnya?)
Sebab, jika menggunakan kapal laut membutuhkan waktu lama serta memunculkan persoalan ketika dibawa lewat jalan darat menuju pelabuhan.
Depo Pemeliharaan (Depohar) 30 yang berada di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur, kemudian ditugaskan untuk melakukan operasi penyelamatan (salvage) menggunakan satu unit pesawat angkut berat C-130 Hercules.
Membawa F-5 menggunakan Hercules sebenarnya bisa memunculkan masalah baru.
Pasalnya belum pernah ada negara manapun termasuk AS, mengangkut F-5 menggunakan Hercules.
Apalagi untuk mengangkut F-5 lewat udara sudah ada pesawat angkutnya tersendiri, yakni C-5 Galaxy.
Tapi para personel Depohar 30 tetap yakin bisa membawa F-5 menggunakan Hercules dengan cara ‘diakali’.
Berbagai cara teknis pun ditempuh oleh para teknisi Depohar 30 seperti membuat cradle penyangga guna menyangga fuselage dan sayap F-5.
Latihan simulasi untuk memasukkan dan mengeluarkan F-5 dari perut Hercules pun dilakukan beberapa kali sampai matang.
Setelah semua persiapan dilakukan secara maksimal dan tidak ada lagi kemungkinan yang menimbulkan masalah teknis, tim penyelamatan Depohar 30 yang dipimpin Mayor Teknisi Soebagio Sutomo pun diberangkatan menuju Lanud Hassanudin.
Tiba di Makassar, proses pengangkutan F-5 ke perut Hercules pun dilaksanakan dengan sangat hati-hati.
Mula-mula F-5 dilepas sejumlah komponennya (disassembled) sehingga fuselage dan sayap pesawat bisa ditaruh di atas cradle secara presisi.
Ketika F-5 sudah berada di dalam perut Hercules ternyata jarak bebas dan aman (clearance) dengan pintu belakang Hercules (ramp door) hanya tersisa 15 cm sehingga rawan terbentur.
Tapi meski dalam kondisi serba darurat itu, penerbangan mengangkut F-5 dari Makassar hingga Lanud Iswahyudi, Madiun berjalan lancar.
Sejumlah perwakilan dari Northrop AS, yang merupakan produsen F-5 yang telah berada di Lanud Iswahyudi tampak tercengang ketika menyaksikan F-5 keluar dari perut Hercules.
Pasalnya peristiwa salvage F-5 menggunakan Hercules saat itu merupakan yang pertama kali di dunia.
Atas keberhasilan itu, Northrop kemudian menganugerahkan piagam Certificate of Recognation kepada Depohar 30.