Pantas Banyak Orang Jawa Bernama 'Su', Filosofi Artinya Luar Biasa!

Aulia Dian Permata

Penulis

Banyak sekali orang Jawa bernama 'Su', misalnya Sukarno, Suharto, Susilo, dan Subagyo. Inilah arti dan filosofi di balik nama 'Su'.

Intisari-Online.com - Coba ingat-ingat, apakah Anda punya saudara atau kenalan yang berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur?

Kebanyakan, nama orang Jawa pasti diawali dengan kata 'Su'.

Sukarno, Suharto, Supriyadi, Sutrisno, Suharmi, Suparno, atau Susilo.

Istilah nama adalah doa memang sangat dipegang erat oleh orang Jawa.

(Baca Juga:Seluruh Dunia akan Berakhir di Tahun 5079! Ini Ramalan tentang Perjalanan Manusia oleh Peramal Buta Baba Vanga)

Selain itu, zaman dulu, orangtua sering memberi nama berdasarkan bahasa Sansekerta yang artinya sesuai dengan doa dan harapan mereka untuk anaknya kelak.

Nama 'Su' juga diambil dari bahasa Sansekerta.

'Su' artinya sangat, lebih, selalu, paling, unggul dan terbaik.

Nama ini unisex, bisa digunakan untuk laki-laki maupun perempuan.

(Baca Juga:8 Foto Ini Diambil Tepat Sebelum Terjadi Tragedi Mengerikan. Nomor 8 Paling Tragis!)

Tidak hanya 'Su' saja tapi kata selanjutnya juga punya nama.

Misalnya, nama Subagya diambil dari Su yang berarti paling, dan Bagya yang artinya bahagia.

Subagya punya arti orang yang paling bahagia.

Sugeng artinya orang yang namanya besar.

Sugeng jika dipisah berarti 'Su' dan 'Ageng'.

(Baca Juga:Realita Bekerja di Kapal Pesiar: Saat Beban Kerja Tidak Semanis Gajinya!)

Suharto artinya orang yang paling banyak hartanya.

Tidak hanya murni bahasa Sansekerta, orang Jawa punya kebudayaan yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa dan Arab.

Ini menghasilkan nama-nama orang Jawa juga sedikit banyak mengandung kata serapan dari kedua bahasa itu.

Slamet, misalnya. Slamet adalah nama dari bahasa Arab 'salam' yang artinya kedamaian dan keselamatan.

Dengan arti yang baik itulah, orangtua berharap anak mereka bisa seperti namanya.

Sehingga orang Jawa kuno sering percaya dengan istilah "kabotan jeneng".

Kabotan jeneng artinya nama yang diberikan terlalu berat.

Doa dan harapan orangtua tidak cocok dengan keadaan anak-anak mereka.

Anak-anak yang dipercaya mengalami "kabotan jeneng" ini harus dirubah namanya dengan prosesi adat seperti tumpengan bahkan diruwat.

Begitu istimewanya arti nama bagi orang Jawa dan filosofi di baliknya.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, lebih sedikit orang Jawa modern yang memberi nama berawalan 'Su' pada anak-anaknya.

Namun, pedoman nama adalah doa masih terus dipertahankan.

(Baca Juga:Lucu! Gara-gara Nama, Eks Pemain Arsenal Ini Diberi Kartu Merah Oleh Wasit!)

Artikel Terkait