Find Us On Social Media :

Kerajaan Catur yang Tak Pernah Mati, Meski Sang Raja Terus Saja Membisu

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Maret 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com – Kerajaan mana yang teritorinya tak pernah berkurang, meski diinvasi musuh berkali-kali?

Jangan cari jawabannya di buku sejarah. Kerajaan itu persisnya bernama Kerajaan Catur; mungkin saat ini sedang Anda pelototi di atas meja.

Kalau bisa ngomong, sang raja yang dibantu satu perdana menteri, dua gajah, dua kuda, dua benteng, dan delapan pion itu pasti akan berteriak, "Akulah. satu-satunya raja yang ribuan kali bangkit dari kematian."

Kapan dan di mana persisnya catur bermula, para sejarawan masih bersilang sengketa. Ada yang percaya, nenek moyang olahraga otak ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mesopotamia, sekitar abad- ke-6 SM.

(Baca juga: 'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat)

Versi lain, berdasarkan terhuan arkeologi, menyimpulkan catur sudah dimainkan orang India, Cina, atau Persia   Kuno sejak sekitar abad ke-5 M.

Dari pusat-pusat kebudayaan tertua Asia, catur lantas menyebar ke Afrika dan Eropa. Menurut Columbia Encyclopedia, para peneliti yakin catur  mulai berkembang  di Eropa sejak awal abad ke-12.   Buktinya, para sejarawan menemukan fosil bidak terbuat dari gading di Skotlandia dan selatan Italia.

Baru-baru ini, bidak sejenis ditemukan oleh sebuah tim ekspedisi  dari Universitas Anglia, Inggris di areal bekas Kerajaan Byzantine (kini Albania Selatan). Temuan tadi diperkirakan berasal dari abad ke-6 atau ke-7.

Prof. Richard Hodges yang memimpin ekspedisi menyatakan, penggalian di kota kuno Butrint itu membuktikan, catur telah dimainkan di pusat Mediterania 500 tahun lebih awal.

Lepas dari kontroversi hari kelahirannya, teknik dan aturan permainan catur sendiri terus berkembang. Baru sekitar abad ke- 1 8, aturannya mulai mendekati bentuk sekarang.

Salah satu aturannya, memberi angka khusus buat pemain yang sukses memenangkan turnamen tertentu. Angka yang di kemudian hari dinamai rating ini menentukan kelas seorang pemain catur.

Beberapa nama beken yang turut berjasa mengembangkan teori permainan catur modern di antaranya Francois Philidor (Prancis, juara dunia 1747 - 1795), Alexandre Deschappelles (Prancis, 1815 - 1820), Louis de la Bourdonnais (Prancis, 1820 -1840), Howard Staunton (Inggris, 1843 - 1851), Adolph Anderssen (Jerman, 1851 - 1858 dan 1862 - 1866), Paul C. Murphy (AS, 1858 -1862), Wilhelm Steinitz (Austria, 1866 -1894), Emanuel Lasker (Jerman, 1894 - 1921) dan Jose R. Capablanca (Kuba, 1921 -1927), Alexander A. Alekhine (Prancis, 1927 - 1935 dan 1937 - 1946), serta Mikhail M. Botvinnik (Uni Soviet, 1948 - 1957, 1958 -1960 dan 1961 - 1963).