Intisari-Online.com - Tentu Anda sudah familiar dengan istilah "alay" yang sudah booming sejak tahun 2011 dulu.
Contoh, melihat orang dengan gaya kemayu dan norak, dibilang "alay".
Orang yang nongkrong ramai-ramai di food court sebuah mall, disebut "alay" juga.
Namun tahukah Anda asal-usul dipakainya kata "alay" ini?
(Baca Juga: Genius! Ayah Ini Dapat Ide Unik Agar Anaknya Mau Menyusu dan Tidak Rewel Saat Ditinggal Ibunya)
"Alay" merupakan singkatan dari anak layangan.
Tentu bukan merujuk pada anak-anak di pinggiran kota yang sibuk menaiki atap rumah mereka untuk main layangan.
Kalau itu sih, tidak ada sangkut pautnya dengan gaya yang norak dan selera busana yang nyentrik, ya!
Filosofi layangan adalah dia bergerak mengikuti arah angin dengan seseorang mengendalikan senarnya.
Nah, begitulah yang disebut dengan anak layangan adalah kelompok orang yang selalu ingin mengikuti tren.
Namun, mereka tidak sadar bahwa dalam mengikuti tren itu, sesungguhnya mereka dikendalikan oleh kekuatan yang cukup besar.
Mari mundur sejenak ke beberapa tahun yang lalu saat media sosial bernama Friendster mulai menguasai remaja Indonesia.
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR