Kegelisahan Hidup
Soraya, kelahiran Plaju, Sumatra Selatan, 7 Februari 1965, sejak kecil memang suka merenung.
Dibandingkan dengan dua saudaranya, sang kakak Marissa Grace dan sang adik Shahnaz Natasya, ia lebih suka mengamati sekeliling daripada bicara. Juga lebih mendalam menyikapi segala sesuatu.
"Sejak umur delapan tahun saya sudah suka memperhatikan semut yang berjalan berarakan, tertib berbaris saling menunggu giliran. Saya memperhatikan ulat pohon yang berubah jadi kepompong dan kemudian kupu-kupu. Kepada semut, manusia mesti belajar soal aturan dan urutan. Kepada ulat, manusia bisa belajar mengenai tahapan hidup, proses."
la pun mengikuti proses hidup. Terjun ke dunia model, menamatkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta, mengajar di sekolah modeling, memberikan pelatihan tentang kepribadian, memproduksi acara televisi, juga menjadi pembawa acara.
Menikah dengan penata musik Ekki Soekarno pada 1991, keduanya bagai saling melengkapi.
"Ekki itu guru saya. la yang melatih saya untuk sabar, nrimo, dan menyikapi berbagai persoalan hidup," kata Aya.
Dua peristiwa duka membawa Aya pada kegelisahan hidup. Yang pertama saat ibunya meninggal, 1991, dan yang berat adalah saat ayahnya meninggal tahun 2000.