Penulis
Intisari-online.com - Beberapa waktu ini mendadak viral munculnya Kerajaan Agung Sejagat (KAS) di Purworejo.
Uniknya pemimpin Kerajaan Agung Sejagat itu mengaku memiliki kekuasaan di seluruh dunia.
Karena itulah mereka mendirikan keraton di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo.
Kerajaan itu kini dipimpin oleh Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja, dan mengaku memiliki 425 pengikut.
Keberadaan Kerajaan Agung Sejagat itu dianggap menunaikan janji 500 tahun runtuhnya kerajaan Majapahit tahun 1518.
Kemunculan Kerajaan Agung Sejagat itu mengaku untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke tanah Jawa.
Saat ini pengikut KAS disebut dengan istilah 'punggawa kerajaan'.
Kerajaan itu juga memiliki sebuah prasati yang merupakan sebuah batu besar yang konon menjadi penanda perubahan zaman.
Seperti dikutip dari akun Facebook Yosaphat Samar menulis pada Minggu (13/1)"#BATU PRASASTI PENTAGONG....Pusat Pemerintahan Dunia Kerajaan Mataram Majapahit Nusantara......(kirab budaya)....Amun Ra,"
Ia mengunggah foto batu besar yang terdapat tulisan aksara Jawa, cap jejak kaki, dan lambang KAS. Terdapat gambar seperti naga di bagian bawah batu itu.
Konon katanya batu besar itu berasal dari Desa Plipiran, Kecamatan Bruno, Purworejo, Jawa Tengah.
Batu itu dipindahkan ke Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan pada akhi bulan September.
Batu itu juga diklaim bukan batu sembarangan, dan merupakan bagian dari pembangunan World Empire atau Keraton Agung Sejagat.
Bahkan proses pemindahannya juga diwarnai kisah mistis.
Upaya pemindahannya, diwarnai sebuah ritual khusus bahkan hingga menyebabkan orang-orang kesurupan.
Selain itu penduduk sekitar juga menceritakan bagaimana batu itu bisa sampai ke Desa Pogung.
Sumarni seorang warga di Desa Pogung mengatakan jika kegiatan mulai ramai dan mendatangkan berbagai orang dari luar adalah sekitar 14 Agustus 2019.
Orang-orang datang berdatangan menggunakan kain-kain tradisional seperti kerajaan.
Orang-orang itu datang bukan dari Purworejo atau orang asli disitu, melainkan mereka datang dari luar seperti Bantul, Imogiri, dan lainnya.
Baca Juga: Sama-sama Cirinya Pendek, Tapi Stunting dan Kerdil Jauh Berbeda
Aktifitas mereka dimulai pada pukul 17.00 WIB sore, dan acaranya adalah sekitar pukul 22.00 WIB.
Acara yang mereka selenggarakan menggunakan tatacara upacara ala manten jawa.
Ada tarian gambyong, cucuk lampah hingga prosesi pecah telor.
Warga yang melihat prosesi tersebut menjadi terheran-heran ada kegiatan apa seperti itu.
"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malem-malem seperti itu," katanya.
Rasa penasaran dan keanehan yang dialami oleh warga semakin bertambah mana kala pada Minggu kedua Oktober,
Tiba-tiba datang sebuah batu besar pada malam hari.
"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya," ungkapnya.