Perang Dunia 3 Mungkin Tidak Terjadi Antara Iran dan Amerika, Tapi Bisa Saja dengan Israel yang Pasukannya Sudah 'Siaga Tingkat Tinggi', Kok Bisa?

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Warga Amerika ketar-ketir menunggu balasan karena perbuatannya sendiri yang telah bunuh pemimpin Pasukan Quds Iran Qassem Soleimani.

Intisari-Online.com - Warga Amerika ketar-ketir menunggu balasan karena perbuatannya sendiri yang telah bunuh pemimpin Pasukan Quds Iran Qassem Soleimani.

Namun sepertinya Israel tanpa malu-malu dan dengan senang hati bergembira atas kabar kematian tersebut.

Kepemimpinan Israel, terutama Naftali Bennett, telah menyambut kematian seorang pria yang mereka anggap paling berbahaya dan musuh utama Israel.

Bagi Israel, rezim Iran telah menyalahkan Israel seperti halnya Amerika Serikat.

Baca Juga: Nikahi Milyader Tua, Wanita Muda Ini Malah diajak Tinggal di Gubuk Reot Tanpa Listrik, Setelah Meninggal Wanita Ini Terkejut Membaca Surat Wasiatnya

Demikian juga dengan Hassan Nasrallah yang memimpin Hizbullah, kolaborator Iran di Libanon, Suriah, dan Yaman.

Patut dicatat bahwa seorang mantan kepala Korps Pengawal Revolusi Islam, Mohsen Rezaee, sebelumnya menyatakan bahwa Israel telah memberikan informasi kepada Amerika Serikat tentang keberadaan Soleimani.

Times Teheran, melaporkan bahwa secara tidak langsung Israel telah terlibat dala pembunuhan Jenderal Soleimani.

Baca Juga: Kematiannya Bisa Sebabkan Perang Iran-AS, Rupanya Orang dari Dua Negara Tetangga Iran Inilah yang Bantu AS Bunuh Jenderal Soleimani

Atas insiden ini, Teheran tentu akan menghindari operasi langsung terhadap pasukan Amerika.

Dan Trump jelas enggan menyeret Amerika Serikat ke dalam imbroglio Timur Tengah lainnya.

Namun perang antara Israel dan Hizbullah, atau bahkan Iran sendiri, adalah masalah lain.

Menanggapi ancaman tegas dari Hizbullah dan Teheran, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya secara resmi mengungkapkan bahwa Israel memiliki kekuatan nuklir.

Kabinet perang negara telah bertemu secara teratur, dan pasukannya berada pada siaga tingkat tinggi.

Baca Juga: Setengah Tubuhnya Terpotong, Sapi yang Tengah Hamil Ini Masih Hidup dan Ditemukan dalam Kondisi Menyedihkan, Kekejaman Ini yang Jadi Sebabnya: 'Dimutilasi di Jurang'

Terlebih lagi, Netanyahu berbeda dari Donald Trump.

Trump memiliki setiap insentif untuk menghindari konflik, yang dapat membahayakan prospek terpilihnya kembali dirinya dalam pemilihan presiden nanti.

Di sisi lain, Netanyahu, berjuang untuk kehidupan politiknya dan berusaha untuk mendapatkan kekebalan dari penuntutan karena menerima suap dan melakukan kejahatan lainnya.

Mungkin sebenarnya Israel menikmati ketegangan yang berkepanjangan dengan Teheran.

Baca Juga: Anjingnya Mengendus Bagian Perutnya, Wanita Ini Akhirnya Menyadari Fakta Mengerikan Ini, 'Saya Berhutang Nyawa pada Anjing Saya'

Patut dicatat bahwa pada saat menjelang Perang Teluk 1991, Washington mengirim Wakil Sekretaris Negara Lawrence Eagleburger ke Yerusalem untuk memohon kepada Perdana Menteri saat itu Yitzhak Shamir untuk tidak membalas terhadap Saddam jika Irak menembakkan rudal ke negara Yahudi.

Baca Juga: Bikin Geger, Warga Ambon Tak Sengaja Temukan Ikan dengan Tulisan 'Ambon', Kemunculan Ikan Itu Juga dengan Cara Aneh

Shamir menyetujui permintaan Eagleburger, sebagian karena Washington mengirim rudal Patriot untuk membantu membela Israel melawan rudal Scud Irak (terbukti tidak efektif), tetapi yang lebih penting karena Shamir tidak ingin mengganggu aliran besar imigran ke Israel.

Uni Soviet, yang tentunya akan menjadi masalah jika Israel berperang dengan Iran.

Baca Juga: Takut Suaminya Menikah Lagi Setelah Dirinya Meninggal, Wanita Penderita Kanker Ini Lakukan Hal Mengerikan Pada Suaminya

Artikel Terkait