Penulis
Intisari-Online.com - Meski kini hubungan AS dan Iran makin memanas pasca kematian Jenderal Qassem Soleimania, ternyata dulu keduanya sempat menjalin kerjasama.
Ini terjadi saat Iran berada di bawah kepemimpinanMohammad Reza Pahlavi.
Mohammad Reza Pahlavi merupakan seorang Shah, atau raja terakhir yang berkuasa di Iran dengan gelar Shahanshah atau Raja Segala Raja.
Meski dinobatkan pada 26 Oktober 1967, Pahlavi bertahta di Iran sejak 16 September 1941, atau ketika ayahnya, Reza Shah Pahlavi, dilengserkan.
Kekuasaan Pahlavi berakhir pada 1979 menyusul Revolusi Iran di bawah pimpinan Ayatollah Khomeini, sekaligus mengakhiri masa kerajaan berusia 2.500 tahun itu.
Pahlavi lahir di Teheran pada 26 Oktober 1919 dari Reza Shah Pahlavi, seorang Brigadir Jenderal yang menjadi raja, dan mendirikan Dinasti Pahlavi.
Setelah dinobatkan sebagai Putra Mahkota, Pahlavi dipaksa lepas dari ibu dan saudara-saudaranya untuk mendapat pelatihan yang lebih "jantan".
Ketika usianya menginjak 11 tahun, atas saran Menteri Kehakiman Abdolhossein Teymourtash, dia dibawa ke Institut Le Rosey, Swiss.
Pada hari pertamanya bersekolah September 1931, Pahlavi sudah disiksa oleh teman sekelasnya yang berasal dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Bagini Cara Jernihkan Minyak Goreng Bekas dengan Bahan yang Tersedia di Dapur Anda!
Sebabnya, sebagai seorang calon pewaris tahta, dia harus mendapat hormat. Murid AS itu berkata bahwa di Swiss, semua orang setara.
Pahlavi menjalani pendidikan di Swiss hingga 1936. Pada saat itu, dia bertemu Ernest Perron yang kelak menjadi tangan kanannya.
Selepas lulus dari Le Rosey, dia kembali ke Iran untuk masuk ke akademi militer, dan lulus pada 1938 dengan pangkat Letnan Dua.
Namun, saat upacara kelulusan, pangkatnya menjulang dua tingkat menjadi Kapten, dan tetap bertahan hingga dia berkuasa.
1. Masa Pemerintahan Pahlavi
Di bawah kepemimpinan Pahlavi, Iran mulai memasuki masa "Revolusi Putih" dengan bantuan Negeri "Paman Sam".
Revolusi itu mencakup pembangunan jalan, jalur kereta, bandara, sejumlah proyek pembangunan bendungan dan irigasi.
Di 1970-an, rerata pertumbuhan ekonomi Iran sama dengan Korea Selatan (Korsel), Turki, hingga Taiwan, dan diprediksi bakal menjadi negara Dunia Pertama.
Salah satunya adalah perusahaan yang dikelola Khayami Bersaudara menjadi produsen mobil terbesar di Timur Tengah dengan 136.000 unit setiap tahun.
Di bawah kekuasaannya, Iran menjadi tempat yang toleran bagi kalangan minoritas, salah satunya adalah komunitas Yahudi.
Prestasi Pahlavi selain ekonomi adalah menumbuhkan kesadaran politik perempuan, serta meginstruksikan agar makanan bagi siswa di sekolah gratis.
2. Revolusi Iran dan Pelengseran dari Tahta
Meski menuai perkembangan, Pahlavi juga menerima kritik yang menyatakan bahwa Revolusi Putih yang dicanangkan tidak maksimal.
Selain itu, sejumlah kaum religius mengatakan bahwa Westernisasi yang dilakukan Pahlavi merupakan anti-tesis dari ajaran agama.
Baca Juga: Jika Perang Terjadi, 10 Perusahaan Ini Justru Akan Untung Besar, Kebanyakan Perusahaan dari AS
Kalangan oposisi juga menuduh pemerintahan Pahlavi korup, pembagian hasil minyak yang tak merata, hingga penekanan kepada lawan politik.
Puncaknya pada 8 September 1978, berlangsung sebuah peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Black Friday.
Saat itu, ribuan orang berkumpul di Lapangan Jaleh untuk menuntut agar Ayatollah Khomeini kembali ke Iran.
Pasukan kerajaan yang tidak terlatih menghadapi demonstran kemudian melepaskan tembakan yang membunuh 89 orang.
Insiden itu menimbulkan dampak yang lebih luas dengan pergerakan aksi unjuk rasa semakin radikal, dan menipiskan peluang terjadinya rekonsiliasi.
Gelombang demonstrasi di berbagai kawasan di mana sekitar sembilan juta orang berbaris menuntut mundurnya Pahlavi terjadi pada Oktober 1978.
Situasi itu membuat Pahlavi menuduh Duta Besar Inggris, Sir Anthony Parsons, dan Dubes AS William Sullivan sengaja menggalang aksi itu.
Pada 16 Januari 1979, Pahlavi membuat kontrak dengan Farboud, dan meninggalkan Iran. Kemudian Khomeini mengambil alih kekuasaan.
Meski Pahlavi tidak memutuskan mundur, sebuah referendum menghasilkan deklarasi berdirinya Republik Islam Iran di 1 April 1979.
Dia mengasingkan diri di sejumlah tempat seperti Mesir, Maroko, Bahama, Meksiko, sebelum ke AS pada 22 Oktober 1979 untuk memeriksakan kanker limfatik yang diderita.
Dua pekan kemudian, tentara Iran menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran, dan menawan 50 staf serta menuntut ekstradisi Pahlavi.
Permintaan itu ditolak, dengan Sang Shah menuju ke Panama, dan Kairo di mana mendapat suaka dari Presiden Anwar el-Sadat.
Baca Juga: Menengok Daftar Rudal Balistik yang Dimiliki Oleh Amerika dan Iran, Mana yang Lebih Unggul?
3. Kematian
Pada 27 Juli 1980, Pahlavi meninggal dalam usia 60 tahun setelah menderita komplikasi Waldenström's macroglobulinemia.
Presiden Sadat memimpin upacara pemakaman yang dihadiri anggota Dinasti Pahlavi, mantan Presiden AS Richard Nixon, dan Raja Yunani Constantine II.
Pahlavi dimakamkan di Masjid Al Rifa'i, di mana di sana juga dimakamkan sang ayah, Reza Shah, dan Raja Farouk, mantan kakak iparnya.
Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Mohammad Reza Pahlavi, Raja Terakhir Iran"