Penulis
Intisari-Online.com – Kematian Goo Hara masih menjadi duka bagi keluarga, teman, dan seluruh penggemarnya.
Diketahui Goo Hara ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di di apartemennya, di kawasan Cheongdam, Seoul pada Minggu (24/11/2019) pukul 18.00 waktu Korea Selatan.
Menurut kepolisian wilayah Gangnam, Seoul, tidak ada tanda-tanda terjadi kejahatan, dan berdasarkan keputusan keluarga, mereka tidak akan melakukan autopsi pada jenazah Goo Hara.
Kematian Goo Hara hanya berselang 40 hari dari kematian sahabatnya, Sulli.
Sulli, mantan anggota girlgroup f(x) dan seorang aktris, ditemukan tewas pada Senin (14/10/2019) di rumahnya pada pukul 15.20 waktu setempat.
Dilaporkan Sulli ditemukan tidak bernyawa di lantai 2 rumahnya di Seongnam, Korea Selatan oleh managernya.
Kepolisian Korea Selatan sendiri sudah mengonfirmasi bahwa Sulli meninggal dunia karena bunuh diri dengan cara gantung diri.
Sebelum kematian Sulli dan Hara, dunia K-Pop juga pernah berduka atas kematian Jonghyun SHINee.
Jonghyun SHINee ditemukan tak sadarkan diri di sebuah apartemen yang disewanya di Cheongdam-Dong, Seoul, Korea Selatan pada 18 Desember 2017 lalu.
Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Agensinya mengonfirmasi kematiannya dan tak lama polisi yang menginvestigasi kasus tersebut menyimpulkan bahwa Jonghyun menginggal karena bunuh diri.
Meninggalnya Jonghyun SHINee, Sulli, dan Hara membuat penggemar khawatir kepada sahabat-sahabat mereka.
Misalnya Taeyeon Girls Generation, IU, dan Heechul Super Junior.
Seperti diketahui, ketiganya sangat akrab dengan mendiang Jonghyun SHINee, Sulli, dan Hara.
Bahkan setelah berita kematian Hara, Heechul Super Junior mengunfollow semua orang di akun Instagramnya dan menguncinya.
Sering kalirasa kesedihan karena kehilangan sahabat mungkin tidak dianggap serius oleh atasan, dokter, atau orang lain.
Hal yang dinamakanhierarki kesedihan, skala yang digunakan untuk menentukan siapa yang dianggap sebagai pelayat yang lebih sah daripada yang lain, menempatkan anggota keluarga di posisi atas, berbeda halnya dengan teman.
Untuk alasan ini, kesedihan akibat kehilangan seorang teman mungkin terabaikan dan juga digambarkan sebagaikesedihan yang tidak diakui.
Belum ada banyak penelitian tentang dampak meninggalnya seorang teman pada seseorang, jadi beberapa peneliti mencoba mengatasi ini dengansebuah penelitian baru.
Hasilnya, rasa kehilangan teman dekatnya sangat terdampak dalam rentang empat tahun setelah kehilangan.
Penelitian yang diterbitkan diPLOS ONE ini menganalisis tanggapan darisurvei rumah tanggaAustralia dengan data dari lebih dari 26.000 orang.
Dari orang-orang yang menyelesaikan survei, lebih dari 9.500 pernah mengalami kematian seorang teman dekatnya.
Dalam analisis mereka menunjukkan bahwa kepuasan hidup orang yang kehilangan menurun tajam dibandingkan dengan kelompok yang tidak kehilangan.
Penurunan besar dan tajam dalam kepuasan hidup ini terlihat dari bulan ketiga hingga kesembilan dan disertai adanya penurunan yang lebih sedikit.
Namun masih cukup besar pada bulan ke-19 hingga ke-21.
Terlihat dampak kehilangan teman terhadap kesehatan secara umum ditunjukkan dengan membandingkan kelompok yang kehilangan dengan kelompok yang tidak kehilangan.
Di mana kelompok yang kehilangan jelas lebih rendah daripada yang tidak kehilangan selama 24 bulan, sebuah efek yang berlanjut selama empat tahun.
Fungsi sosial dan kesehatan mental juga menjadi lebih buruk setelah mengalami kematian seorang teman.
Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kita perlu menganggap kehilangan sahabat karib dengan lebih serius serta mengubah cara kita dalam mendukung orang-orang yang menderita duka cita seperti itu.
Teman merupakankerabat psikologis, yang berarti, Anda bahkan mungkin memiliki ikatan yang lebih kuat dengan teman Anda daripada orang yang terikat karena hubungan darah dan pernikahan.
Jadi ketika seorang teman meninggal, tekanan psikologis dan emosional yang dialami bisa sama buruknya dengan ketika mengalami kematian kerabat.
Dari analisi menunjukkan bahwa jika Anda tidak aktif secara sosial, kematian seorang teman dapat membuat dampak kehilangan menjadi lebih buruk.
Ketika lingkaran sosial Anda mengecil, Anda menjadi kurang tahan terhadap kesedihan karena Anda kehilangan sumber utama dukungan emosional dari jaringan sosial Anda.
Menentang mitos
Mitos bahwa perasaan sedih dan kehilangan berkurang jauh setelah satu tahun juga perlu ditentang.
Meski ada peningkatan dalam kesehatan dan dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari, efek jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidup tidak dapat diabaikan.
Kondisi ini menjadi lebih mengkhawatirkan pada kehilangan yang tidak diakui, sebab yang dirasakan tidak hanya ada efek jangka panjang yang bertahan lama, tetapi juga ditambah dengan sedikitnya pengakuan bahwa kehilangan yang dialami itu signifikan.
Para profesional kesehatan mental dan atasan sekarang ini harus mengakui dampak signifikan kematian seorang teman terhadap seseorang dan menawarkan layanan dan dukungan yang sesuai.
Bantuan psikologis yang diterima orang yang sedang kehilangan tidak sama di seluruh dunia, hal ini perlu diubah setelah kita mulai menerima pandangan bahwa teman dekat dapat dianggap sebagai kerabat psikologis seseorang.
(Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul “Studi: Kematian Teman Dekat Sama Traumatisnya dengan Kehilangan Keluarga”)