Penulis
Intisari-Online.com - Dia memberanikan diri terjun membalah hutan dengan beban seberat 20kg di pundaknya.
Tak hanya itu, nenek ini juga menyelam ke area lumpur menghempaskan medan terjal bersama-sama dengan anggota lain yang berumur sepertiga dari umurnya.
Dilansir dari Asia One, Rabu (20/11/2019), 1st Warrant Officer (1WO) militer Singapura, Margaret Leon adalah nenek berusia 61 tahun.
Dan dia membuat kita semua malu karena semangatnya yang begitu tinggi.
Nenek Margereth bahkan mendapatkan penghargaan emas dari Tes Kecakapan Fisik Individu.
Awalnya, dia bergabung menjadi anggota militer sebagai pada 1976.
Sepuluh tahun kemudian, Margereth yang yang menjadi dipanggil untuk menjadi pelatih tempur dan kemudian ikut menjadi pejuang.
Selama waktu itu, dia menjabat sebagai instruktur Petugas Sekolah Kadet, spesialis Sinyal dan Sersan Perusahaan di Brigade Lapis Baja Singapura ke-8.
Baca Juga: Sebanyak 10 Ton Mayat Disimpan di Gudang Ini, Segini Harga yang Ditawarkan Untuk Beli Organ Manusia
Sebelum akhirnya, dia menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai instruktur di Signal Institute (SI).
Selain itu, Margareth juga menghabiskan tiga bulan di Timor Timur untuk misi kemanusiaan sebagai bagian dari Batalyon Sinyal Pertama.
Setelah bekerja keras selama hampir 30 tahun, dirinya siap pensiun.
Namun, Komandannya memintanya untuk tetap di sana, jadi dia setuju untuk konrak dua tahun.
Namun, dua tahun kemudian memanjang menjadi 5 tahun, sampai pada tahun 2018, dia memutuskan untuk mengakhiri layanannya di Sinyal.
Sekarang, Margaret melatih sebagai Komandan Peleton di Sekolah Dasar Pelatihan Militer.
Sembari memberi pelatiham, dia berteriak:
"Nenek-nenek tua saja bisa! kenapa para pemuda ini tidak becus?!"
Walaupun uraian di atas mungkin membuatnya tampak seperti pelatih yang keras, dia juga punya sisi lembut tersendiri.
Orang-orang yang direkrutnya dengan penuh kasih mengingatnya sebagai "ibu angsa," kata Letnan Kolonel William Ong.
Sebagai instruktur di SI, dia akan secara teratur menulis surat kepada anak-anak lelaki melalui jurnal yang mereka simpan untuk refleksi mingguan, sebuah praktik yang masih dia pertahankan hingga saat ini.
Jurnal mungkin dianggap sudah ketinggalan zaman bagi beberapa orang, jadi Margareth juga membuka pintunya seandainya rekruitmen ada yang membutuhkan seseorang untuk diajak bicara.
Sampai sekarang, Margareth sepertinya belum punya rencana untuk pensiun dalam waktu dekat.
Dia berkata: "Inilah yang paling saya banggakan dalam karier saya: bahwa sampai hari ini, orang-orang mengakui bahwa saya layak berada di Angkatan Darat."