Penulis
Intisari-online.com -Penjara merupakan tempat terakhir yang ingin kita jadikan tempat tinggal.
Namun di beberapa belahan dunia, banyak yang menganggap hidup di penjara lebih terjamin karena mendapat tunjangan kesehatan, perawatan dan makan teratur.
Kali ini, keinginan untuk hidup di penjara meningkat drastis di negara yang justru dianggap tidak akan terjadi hal seperti ini.
Anehnya, tren ini berkembang di antara penduduk lansia yang hdup di negara tersebut.
Dilansir dari businessinsider.com, di tahun 2018 terjadi tren tingginya penduduk lansia yang sengaja melakukan kejahatan untuk masuk penjara.
Saat itu, satu dari lima residivis adalah penduduk senior.
Fenomena ini terjadi karena di negara ini terjadi tren sulitnya mencari perawat yang mau merawat penduduk lansia di sana.
Penduduk lansia di situ mengatakan jika mereka tidak memiliki keluarga atau jarang berhubungan dengan mereka.
Bagi mereka, hidup di penjara terlihat sebagai alternatif yang menyenangkan.
Sedangkan dari Bloomberg dikabarkan jika biaya untuk merawat satu residivis mencapai dua puluh ribu dolar AS per tahunnya, dan residivis lansia membutuhkan biaya yang lebih besar untuk biaya perawatannya meliputi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan khusus mereka.
Staff penjara juga memiliki tugas tambahan yaitu perawatan di rumah tahanan secara teratur.
Tren ini ditemukan di negara Jepang, negara maju yang ternyata mulai mengalami krisis penduduk karena terlalu banyak penduduk lansia yang hidup di negara tersebut.
Lansia wanita yang sering ditangkap mengandalkan modus operandi mengambil barang di supermarket tanpa membayar untuk membuat mereka masuk penjara.
Menariknya, bagi tahanan lansia wanita, mereka seperti mendapatkan komunitas baru di penjara yang tidak pernah mereka dapatkan di luar.
"Aku lebih menikmati hidup di penjara."
"Selalu ada orang di sekitarku, dan aku tidak merasa kesepian di sini."
"Saat aku keluar kedua kalinya, aku berjanji tidak akan masuk lagi, tetapi saat aku di luar, aku tidak bisa menahan rasa rindu dan nostalgia yang muncul."