Penulis
Intisari-Online.com - Hari ini (10/10/2019) pelantikan presiden Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin untuk masa kerja 2019-2024 dilaksanakan.
Prosesi pelantikan ini pun sebelumnya telah dilengkapi dengan keamanan ekstra.
Disebut sekitar 30.000 personil gabungan TNI-Polri akan berjaga di sekitar tempat pelantikan.
Bahkan BIN juga akan ikut menjaga prosesi tersebut.
Tamu undangan kenegaraan yang diundang membuat acara pelantikan tersebut harus dijaga dengan personil yang cukup banyak.
Bahkan 72 kendaraan sudah disiapkan untuk digunakan oleh para tamu undangan.
Panglima TNI Mareskal Hadi Tjahjanto mengatakan, penjagaan akan dibagi dalam beberapa lapisan.
"Beberapa tempat yang menjadi konsentrasi di antaranya adalah Gedung DPR/MPR itu sendiri, dengan perimeter yang sudah kita tentukan.
"Ada beberapa titik kritis yang harus kita perkuat termasuk adalah Istana Presiden," ungkap Hadi Tjahjanto.
Selain penjagaan oleh aparat yang bertugas, ternyata ada penjagaan lain yang akan diterapkan.
Sosok ini ungkap adanya penjagaan dari sisi supranatural yang akan menjaga prosesi pelantikan tersebut.
Sosok tersebut bernama Ki Sabdo yang kini videonya sedang viral di Youtube.
Ki Sabdo mengaku dirinya melakukan gladi bersih untuk nantinya menjaga pelantikan presiden dan wapres.
Dalam video tersebut Ki Sabdo sedang duduk di depan gedung Nusantara V DPR RI.
Baca Juga: Cara Gila Kim Jong-Un Menyiksa Siapa Saja Warga Korea Utara yang Tidak Memandangnya Sebagai Tuhan
Dia mengaku kalau akan mengundang Nyi Roro Kidul untuk ikut menjaga acara pelantikan.
"Pak Jokowi pasti dilantik, enggak ada halangan. Nanti yang menghalangi ya itu urusannya Ratu Selatan, urusan saya, saya yang beresin," ucap Ki Sabdo di videonya.
Namun menanggapi aksi Ki Sabdo, Sekjen MPR Maruf Cahyono kemudian memberikan komentarnya.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Maruf Cahyono menegaskan acara pelantikan hanya akan diamankan oleh TNI, Polri dan BIN.
"Yang jelas yang kita persiapkan adalah hal-hal yang memang satu secara teknis mendukung persidangan.
"Dari Sekjen tidak ada yang seperti itu, apalagi dalam perencanaan," pungkasnya.
Kepercayaan Soekarno Terhadap Nyi Roro Kidul
Dalam pidatonya, Soekarno beberapa kali telah menyebutkan kehebatan sebuah bangsa dan kaitannya dengan Nyi Roro Kidul.
“Ratu Roro Kidul, ratu dari Lautan Selatan, ratu dari samudera yang dulu bernama Samudera Hindia, tetapi kemudian kita robah dengan nama Samudera Indonesia, saudara-saudara,” kata Bung Karno, di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Juli 1959, saat melantik R.E. Martadinata menjadi Kepala Staf Angkatan Laut.
"Tidak bisa sesuatu negara di Indonesia ini menjadi kuat jikalau tidak dia punya raja kawin beristrikan Ratu Roro Kidul.”
Soekarno mengisahkan bahwa sejak zaman Mataram Islam, tradisi mengatakan bahwa raja bisa menjadi besar dan kuat jika beristrikan Nyi Roro Kidul.
Oleh karena itu juga berembus cerita bahwa Soekarno sendiri memiliki hubungan khusus dengan Ratu Pantai Selatan itu.
Namun, pada Musyawarah Nasional Maritim, 23 September 1963, Soekarno kembali berpidato mengenai Nyi Roro Kidul.
Hubungan dengan Nyi Roro Kidul mengandung makna simbolik.
Artinya yakni, Indonesia bisa menjadi kuat jikalau ia juga menguasai lautan.
Baca Juga: Dua Hari Didiagnosis Dokter, Wanita Ini Meregang Nyawa, Ternyata Ini Penyakit yang Dideritanya
“Jikalau negara di Indonesia ingin menjadi kuat, sentosa, sejahtera, maka dia harus kawin juga dengan laut.
Bahwa bangsa Indonesia tidak bisa menjadi bangsa kuat, tidak bisa menjadi negara kuat, jika tidak menguasai samudera, jikalau tidak kembali menjadi bangsa maritim,” tandas Soekarno.