Hotel Tugu Malang: ‘Lupakan’ Kamar dan Makanan, Fokuslah pada Pengalaman

Ade S

Penulis

Menginap di Hotel Tugu Malang benar-benar memberikan sebuah pengalaman tersendiri yang unik sekaligus sulit terlupakan.

Intisari-Online.com -Menginap di Hotel Tugu Malang benar-benar memberikan sebuah pengalaman tersendiri yang unik sekaligus sulit terlupakan.

Bayangkan saja, jika biasanya kita akan fokus pada kenyamanan kamar dan makanan yang disajikan jika sudah berbicara tentang hotel, tidak demikian jika Anda menginap di hotel Tugu Malang.

Kenyamanan kamar seolah terlupakan. Loh?

Lalu, bagaimana dengan makanan yang disajikan? Hhhmm, memang sangat berkesan. Tapi bukan menjadi ‘kenangan’ yang terbawa sesampainya kita kembali di rumah.

Kok, bisa? Yuk, simak pengalaman Intisari bermalam di hotel yang berada tepat di jantung kota Malang tersebut.

Jantung Kota Malang

Tiba pukul 4 pagi di stasiun kota Malang, rasa dingin langsung menyergap. Dengan sepeda lipat yang sudah Intisari bawa sebelumnya, jarak 500 meter ditempuh menuju Alun-alun Tugu Malang.

Sambil merasakan udara dingin yang menembus fleece yang dikenakan, cahaya yang berasal dari Hotel Tugu Malang yang berdampingan dengan Balai Kota Malang, gedung DPRD Malang serta Aula Skodan V Brawijaya, terlihat beberapa saat kemudian.

Sekilas, khayalan terbang ke film-film zaman dulu antara zaman kolonial atau bangunan-bangunan Jawa kuno.

Sambutan petugas di lobi sedikit menghangatkan rasa dingin yang mulai membuat tangan sedikit kaku untuk digerakkan.

Kamar Executive Suite sudah menanti di lantai dua tepat di sudut sayap kiri hotel, jika menatapnya dari Alun-alun Bunder, sebutan untuk Alun-alun Tugu Malang dari arek ngalam.

Sebuah tempat tidur dengan tiang-tiang penyangga kelambu serta sebuah cermin lebar berbentuk seperti mangkuk langsung memberi kesan unik.

Letihnya tubuh setelah menempuh perjalanan selama 6 jam menggunakan kereta api serta nyamannya kamar membuat mata dengan mudah terlelap.

Lebih dari Sekadar Hotel

Rasa lapar kemudian menjadi alarm yang menggiring kaki untuk mandi dan bergegas mengayuh sepeda untuk mencari pengisi perut.

Selepas sarapan semangkuk cui mie dari sebuah restoran legendaris di Kota Malang, Pratiwi Sasotya, Marketing Communication Manager Hotel Tugu, menyambut.

Perbincangan banyak mengulas tentang konsep hotel ini.

“Hotel Tugu Malang memang dihadirkan bukan sekadar hotel, namun juga rumah kedua,” tutur wanita yang akrab dipanggil Tya tersebut.

Dengan mengusung konsep hotel butik (boutique hotel), Hotel Tugu Malang dihadirkan dengan desain dan furnitur, serta pengalaman yang berbeda dengan hotel pada umumnya. Pun dengan jumlah kamar yang terbatas.

Ya, layaknya sebuah butik yang meski jualan utamanya adalah baju, namun pengunjung akan mendapatkan pelayanan eksklusif, meski hanya menjual beberapa baju saja.

Faktor utama yang paling unik dari Hotel Tugu Malang adalah keberadaan koleksi barang antik nan bersejarah yang mengisi hampir seluruh sudut hotel, termasuk ruangan kamar yang masing-masing ‘dibekali’ barang antik yang unik.

Koleksi barang-barang antik ini sendiri tidak lepas dari sosok pemilik sekaligus pendiri Hotel Tugu, yaitu Anhar Setjadibrata.

Sosok yang oleh secret-retreats.com dijuluki “manusia renaisans modern klasik” ini memang terkenal memiliki koleksi barang antik dengan jumlah tak terhitung.

Bahkan, lahirnya Hotel Tugu Malang merupakan “imbas” dari koleksi Anhar.

Maklum, dengan koleksi yang semakin tak tertampung di rumahnya sendiri, dokter sekaligus pengacara ini kemudian memilih untuk membangun sebuah hotel sebagai tempat dirinya menyimpan beragam koleksinya.

Apalagi, Anhar tak berniat sedikit pun untuk memperoleh keuntungan dari barang-barang antik yang dikoleksinya.

“Saya hanya memikirkan cara untuk menyelamatkan harta ini karena mereka terkait dengan sejarah Indonesia, bagian dari sejarah yang dapat saya sentuh dan rasakan,” tutur Anhar.

Selain itu, kehadiran Hotel Tugu Malang ini juga menjadi perwujudan harapan Anhar agar barang-barang koleksinya bisa “berbicara kepada seluruh umat manusia sebagai simbol kekayaan sejarah dan warisan budaya negara.”

Lalu, benarkah apa yang dituturkan Tya? Serta terwujudkah harapan Anhar?

Hotel’s tour yang dipandu oleh Reimanda Azka, Guest Relation and Marketing Communication Hotel Tugu, akan menjawabnya.

Crazy Rich Asians versi Indonesia Zaman 'Doeloe'

Ada tujuh ruangan yang memamerkan koleksi barang antik milik Anhar yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Seperti Ruang Raja, Bangsal Merah Bupati, Ruang Baba, Tirta Gangga, dan Ruang Soekarno.

Namun di antara, semua ruangan tersebut, ada 2 ruangan yang paling menarik perhatian, yaitu Tirta Gangga dan Raja Room.

Ruang Tirta Gangga yang diresmikan oleh Megawati pada 2001 merupakan ruang serba guna.

Di ruang ini sering diadakan Indonesian Cultural Dining Series, di mana pengunjung dapat menikmati makan malam sambil menyaksikan penampilan seni budaya khas Indonesia.

Jadi, setiap tanggal 15 setiap bulannya akan ditampilkan seni budaya Indonesia, mulai dari tarian hingga wayang kulit.

Serupa Tirta Gangga, ada ruang serba guna lain bernama Raja Room, namun dengan predikat yang paling premium di antara ruang serba guna yang lain.

Ruangan ini sendiri memiliki tempat khusus di hati Anhar karena menceritakan tentang Oei Tiong Ham yang tidak lain merupakan kerabat dekat Anhar.

Dia disebut-sebut sebagai raja gula sekaligus orang terkaya di Asia Tenggara pada masanya.

Nah, salah satu hal paling menarik dari ruangan ini adalah lukisan seorang wanita bernama Oei Hui Lan .

Lukisan seorang wanita berambut sangat panjang yang merupakan putri dari Oei Tiong Ham ini cukup terkenal.

Namun, belakangan lukisan tersebut sudah diganti dengan lukisan Oei Hui Lan saat dirinya sudah beranjak dewasa, kali ini dengan rambut pendek.

Kehidupan dari Oei Hui Lan sendiri digambarkan sangat glamour pada masanya. Jauh dari kehidupan rakyat Indonesia di masa dirinya hidup.

Bahkan dirinya pun sangat dikenal dunia. Salah satu buktinya adala dengan tampilnya foto Oei Hui Lan di sampul majalah Vogue di Amerika Serikat pada 1943.

“Kalau Anda ingin membayangkan seperti apa rasanya hidup sebagai ‘crazy rich asian’, maka Oei Hui Lan adalah contohnya,” tutur Manda, sapaan Reimanda.

Oh, tentu saja Anda akan juga akan dibawa melalui lorong waktu di ruangan-ruangan tersebut karena banyaknya barang-barang antik di sana.

Makan Malam di 'Angkor Wat'

Kenyang ‘mengisi jiwa’, kini saatnya kita berbincang tentang fasilitas-fasilitas yang ‘mengisi perut’.

Setidaknya ada lima fasilitas yang menyajikan makanan dan minuman di Hotel Tugu Malang.

Mereka adalah SaigonSan Restaurant, Melati Restaurant, Roti Tugu Bakery, Tugu Tea House, serta Ban Lam Wine Shop & Bar.

Di SaigonSan Restaurant, kita akan merasakan ‘spirit’ Indochina seperti Laos, Vietnam, Burma, Kamboja, Thailand.

Spirit tersebut tidak hanya berupa makanan-makanannya, namun juga suasananya.

Bayangkan saja, di ruangan Royal Angkor yang merupakan bagian dari restoran ini, kita akan merasa seperti berada di dalam reruntuhan kuil Angkor Wat di Kamboja.

Ada pula bagian rooftop dari SaigonSan yang akan terasa syahdu jika dikunjungi malam hari sambil menikmati dinginnya udara Kota Malang.

Sementara di restoran Melati yang buka selama 24 jam, kita dapat menikmati beragam makanan khas Indonesia tempo dulu di tepi kolam renang.

Bagi Anda pecinta roti, jangan sampai mengunjungi Und Corner, di sana tersedia beragam roti rumahan khas Roti Tugu.

Di Ban Lam, interiornya yang elegan membangkitkan budaya salon Eropa, dengan perabotan antik dan suasana intim yang semakin meningkat dengan koleksi seni lokal yang indah, yang sebagian besar berasal dari koleksi pribadi pemilik.

Pengalaman Hati

Jadi, seperti judul artikel ini, ada pengalaman lain yang nilainya jauh dari sekadar kenyamanan kamar atau lezatnya makanan ketika menginap di Hotel Tugu Malang.

Walau kenyamanan kamar, yang jauh dari kesan seram seperti selama ini dibahas, sangat luar biasa. Benar-benar tempat sempurna untuk istirahat dan kembali “menyegarkan” jiwa yang lelah.

Tentu saja dengan suasana yang sangat Indonesia.

Sesuai dengan harapan Anhar, “Kami ingin tamu Tugu tidak hanya menikmati fasilitas hotel, tetapi juga terlibat dalam tradisi Indonesia”. Seperti dilansir Intisari dari secret-retreats.com.

Artikel Terkait