Penulis
Intisari-Online.com - Seorang mahasiswa sejarah ninja di Jepang mengumpulkan kertas kosong tanpa coretan untuk tugas esai.
Namun dia justru mendapat nilai tertinggi di kelas.
Sebelumnya, Eimi Haga telah tertarik dengan dunia ninja sejak kecil.
Tepatnya setelah dia menonton acara TV animasi yang menampilkan ninja.
Baca Juga: Zainal Nur Rizki, Anak Bungsu Wiranto yang Meninggal Dunia di Afrika dalam Usia Muda
Setelah dewasa, dia akhirnya mendaftar di Universitas Mie di Jepang, dan mengambil kelas sejarah Jepang.
Salah satu tugas yang harus dia kerjakan yakni membuat esai seputar kunjungan ke Museum Ninja Igaryu.
Profesor berkata bahwa siapapun yang menulis dengan kreativitas tinggi, maka akan mendapat nilai tinggi.
Terdorong oleh itu, Eimi Haga pun berpikir berencana untuk menulis esai dengan teknik ninja aburidashi.
Eimi pun menghabiskan berjam-jam merendam dan menghancurkan kacang kedelai untuk membuat tinta.
Dilansir dari BBC, Kamis (10/10/2019), Eimi (19) mempelajari teknik tersebut dari sebuah buku saat dirinya masih kecil.
"Saya harap siswa di kelas tidak ada yang menggunakan teknik yang sama dengan saya," katanya.
Prosesnya, setelah merendam kedelai dalam semalam, lalu dihancurkan sebelum meremasnya dengan kain.
Baca Juga: Penculikan Chowchilla, Ketika 26 Anak 'Dikubur' Hidup-hidup dalam Van Bawah Tanah Seperti Oven
Dia kemudian mencampur ekstrak kedelai dengan air, dia juga menghabiskan dua jam untuk mendapatkan konsentrasi yang benar.
Setelah itu barulah dirinya menulis esai menggunakan kuas halus pada "washi" (kertas Jepang tipis).
Setelah huruf-hurufnya kering, mereka akan tidak terlihat.
Tapi, untuk memastikan profesornya tidak membuang esainya ke tempat sampah karena kosong, Eimi meninggalkan sebuah catatan berbunyi "panaskan kertas."
Profesor itu, Yuji Yamada, mengatakan kepada BBC bahwa dia "terkejut" ketika mulai memanaskan kertas di atas kompor dan esai itu mulai muncul.
"Sejujurnya, aku punya sedikit keraguan bahwa kata-kata itu akan keluar dengan jelas.
Tapi ketika aku benar-benar memanaskan kertas di atas kompor gas di rumahku, kata-kata itu muncul dengan sangat jelas dan aku berpikir 'Bagus sekali!'
"Saya tidak ragu untuk memberinya nilai tertinggi di kelas."