Penulis
Intisari-Online.com - Steve Jobs memang telah meninggal 2011 lalu, tepatnya tanggal 5 Oktober, namun sosoknya di balik kebesaran perusahaan teknologi Apple tidak akan pernah berhenti dibicarakan orang.
Apple memang kini menjadi perusahaan yang besar sehingga membuat Steve Job menghasilkan kekayaan sepanjang hidupnya.
Perusahaannya ini, kini bahkan menjadi perusahaan dengan nilai paling mahal di dunia.
Tetapi bagi Jobs, dirinya tidak pernah bekerja untuk menjadi kaya.
Baca Juga: Viral Harga Rokok hingga Rp 50 Ribu Per Bungkus, Benarkah? Simak Tanggapan Berbagai Pihak Berikut
"Aku dapat menghasilkan lebih dari 1 juta dollar AS di usiaku yang ke-23, kemudian lebih dari 10 juta dollar AS aku hasilkan diusiaku yang ke-24. Dan aku dapat menghasilkan lebih dari 100 juta dollar As saat aku berusia 25 tahun, dan itu tidak begitu penting," ujarnya dalam sebuah dokumenter di tahun 1996.
Steve Jobs mendirikan Apple pada tahun 1976 saat usianya 21 tahun, dan dirinya tidak pernah melakukan itu untuk uang.
Bahkan seiring dengan perjalanan karirnya, ketika Jobs berada dalam kondisi kesulitan uang, dirinya tetap teguh pada pendiriannya. Sebagai contoh, ketika terjadi volatilitas terhadap harga saham Apple di tahun 1980-an, Jobs menghabiskan 250 juta dollar AS, dan dia mengatakan kepada majalah Playboy bahwa dirinya tidak peduli.
"Aku tidak akan membuat hal ini menghancurkan hidupku," ujarnya dalam wawancara kepada Playboy pada tahun 1985, dikutip melalui CNBC.
"Bukankah ini lucu? Aku menganggap uang sebagai hal yang lucu, semua perhatian ditujukan kepada uang, karena itu bukanlah hal yang paling berarti yang pernah terjadi di hidupku dalam kurun waktu 10 tahun belakangan," ujar Jobs.
Faktanya, Jobs selalu menghindar untuk memprioritaskan kekayaan, menurut Walter Isaacson yang telah melakukan lebih dari 40 wawancara dengan Jobs untuk bukunya yang berjudul "Steve Jobs". Bahkan selepas Jobs menjadi miliarder, menikah, dan memiliki anak, Steve Jobs memiliki kecenderungan untuk menghindari gaya hidup mewah.
"Rumahnya di Palo Alto adalah sebuah rumah yang berada pada sisi jalan yang normal, tidak ada jalan masuk yang berliku atau pagar keamanan besar," ujar Isaacson.
"Anda bisa berjalan ke taman di gerbang belakang dan membuka pintu belakang ke dapur yang tidak dikunci. Rumahnya adalah rumah keluarga pada umumnya," lanjut Isaacson.
Baca Juga: Mau Perut Rata? Coba Hindari 5 Makanan dan Minuman Ini, Buktikan Hasilnya!
Ketika New York Times mengunjungi rumah Jobs pada tahun 1997, situasinya juga seperti perumahan pada umumnya.
"Anak Jobs memanjat pohon di halaman belakang, diawasi oleh baby sitter-nya, beberapa anak kecil lain yang berasal dari lingkungan sekitar menghampiri didampingi baby sitter masing-masing. Sementara di dapur, Jobs duduk di kursi goyang favoritnya dengan anak perempuannya duduk di atas pangkuannya. Istrinya, Laurenne baru saja selesai melakukan tugasnya dan jogging," sebut New York Times.
Dalam sebuah wawancara dengan Isaacson, Jobs menjelaskan, meskipun kaya, dirinya tidak ingin membawa kehidupannya disetir oleh keserakahan dan materialisme.
"Aku melihat banyak orang yang bekerja di Apple, terutama setelah kami go public, banyak yang berubah," ujar Jobs dalam sebuah wawancara.
Baca Juga: Ini Dia 10 Khasiat Labu Siam yang Mungkin Anda Belum Tahu, dari Bantu Cegah Jerawat Hingga Kanker
"Banyak orang berpikir diri mereka akan menjadi kaya. Beberapa orang pergi membeli Rolls Royces, membeli rumah, dan istrinya melakukan operasi plastik. Aku melihat orang-orang yang dulunya baik, dan sederhana, kini menjadi orang-orang yang aneh. Aku pun berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan menjadikan uang ini menghancurkan hidupku," ujar Jobs.
Sepanjang perjalanan karirnya, Jobs memilih untuk mengejar minatnya, dibanding mengejar gaji yang tinggi. Dan pekerjaan itu terkait dengan personal komputer.
"Manusia adalah pencipta alat," ujar Jobs.
"Aku percaya dengan setiap tulang di dalam tubuhku, dengan berbagai penemuan yang dilakukan oleh manusia, komputer dapat berada di atas peradaban, seiring dengan tersibaknya sejarah," ujarnya.
Untuk anak muda yang sedang memulai jenjang karirnya, Jobs berujar, "Anda harus mencari apa yang Anda sukai," ujarnya dalam sebuah pidato pada tahun 2005.
"Pekerjaanmu akan menjadi bagian penting dalam hidupmu, dan satu-satunya cara untuk benar-benar puas dengan apa yang Anda lakukan adalah dengan percaya bahwa pekerjaan Anda merupakan hal yang baik," ujar dia.
"Jika kamu belum juga menemukan (pekerjaan itu), maka teruslah mencari. Jangan menetap. Karena perkara ini merupakan perkara hati, Anda akan mengetahuinya ketika menemukan (pekerjaan itu)," tukas dia.
(Mutia Fauzia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Steve Jobs: Aku Tidak Bekerja Untuk Uang"