Penulis
Intisari-Online.com -Kebakaran lahan yang memicu kabut asap yang menimpa sejumlah wilayah di Pulau Kalimantan dan Sumatera diduga turut membuat seekor ular raksasa menjadi korban.
Kabar tersebut muncul seiring dengan viralnya foto-foto ular raksasa yang hangus terbakar dengan mulut menganga.
Ular tersebut diklaim ditemukan di belantara Kalimantan yang ludes dilalap api.
Meski sempat diduga anaconda, ular tersebut kemudian dipastikan termasuk keluarga piton oleh Garda Satwa Foundation.
Saking besarnya, salah satu ular terpanjang di Indonesia tersebut memiliki nama khusus di masyarakat Dayak, yaitu Tangkaluk atau Piton Raja.
Uniknya, selain memiliki ukuran yang sangat besar, karnivora ini juga memiliki kemampuan meniru suara hewan buruannya seperti rusa, orang utan, bahkan suara burung.
Namun, meski berukuran raksasa, piton raja bukanlah ular terbesar yang pernah hidup di muka bumi.
Masih adaTitanoboa si monster ular pemakan buaya yang menjadi ular terbesar di dunia. Berikut ini uraiannya.
Baca Juga: (Video) Jadi Tontonan, Wanita Ini dengan Berani Tangkap Ular untuk Keluarkan Kambing dari Perutnya!
Meski punya warna yang indah, ular tak selalu bisa dijadikan hewan peliharaan. Jika merasa terancam reptil itu tak akan segan-segan melancarkan serangang, terlebih ular yang merasa di rantai teratas para predator.
Jika kita naik mesin waktu dan pergi ke Kolombia saat 60 juta tahun, Anda akan menemukan ular raksasa yang panjangnya melebihi bis sekolah.
Ular itu menjadi predator paling berkuasa pada periode Paleosen, 65,6-55,8 juta tahun yang lalu, setelah kemusnahan dinosaurus terjadi.
Bagaimana tidak, dengan panjang yang mencapai 14,6 meter, Titanoboa sudah terlampau besar meskipun menurut standar masa itu di mana hewan-hewan besar tercipta dalam kondisi lembab dan beruap.
Baca Juga: Viral Ular Berkepala Dua di Bali, Peneliti: 'Ini Sama Seperti Manusia Kembar Siam'
Bobot Titanoboa juga diperkirakan mencapai 1,13 ton. Dengan tubuh yang raksasa tersebut, tidak heran bila monster ular ini bisa membelit dan menelan buaya utuh-utuh.
Dikutip dari BYU, penemuan Titanoboa berawal saat tim peneliti mengunjungi tambang batubara terbesar di dunia di Cerrejón di La Guajira, Kolombia, pada tahun 2002.
Saat itu, peneliti sedang mempelajari penemuan berupa fosil daun dari seorang mahasiswa asal Kolombia.
Fosil tersebut memberi petunjuk tentang keberadaan kawasan hutan hujan kuno di jaman Paleosen di lokasi tersebut.
Lalu, ekspedisi yang dipimpin oleh Smithsonian Tropical Research Institute di Panama dan Museum Sejarah Alam Florida di University Florida dilakukan untuk meyakinkan asal muasal fosil daun tersebut.
Hasilnya, peneliti meyakini lokasi tersebut merupakan hutan hujan pertama di bumi. Para peneliti juga menemukan fosil ular, buaya raksasa, serta tanaman kacang-kacangan, pisang, alpokat dan cokelat.
Jonathan Bloch dari Museum Sejarah Alam Florida dan Carlos Jaramillo dari STRI yang merupakan pakar terkemuka di dunia dalam ular purba bergabung dalam penelitian tersebut untuk menguak dan belajar lebih banyak tentang bagaimana Titanoboa hidup dan berburu.
Fosil menunjukkan bahwa setelah masa kepunahan dinosaurus, suhu daerah tropis lebih hangat dari hutan masa sekarang.
Saat itu, hutan hujan pertama di Amerika Selatan pun terbentuk dan makhluk besar berjuang untuk menjadi pemangsa puncak bumi, termasuk Titanoboa.
Kini nenek moyang ular itu dapat disaksikan kembali di Monte L. Bean Life Science Museum di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat. Model Titanoboa dibuat dengan skala penu,h lengkap dengan buaya yang setengah tertelan di mulutnya.
Pameran bertajuk Titanoboa: Monster Snake juga memberi kesempatan kepada pengunjung untuk membandingkan kulit reptil modern dan nenek moyang mereka. Selain itu, ada juga video dan kegiatan khusus untuk anak-anak.
Model Titanoboa dipinjam dari Smithsonian Institution Travelling Exhibition Service. Pameran berlangsung sampai 17 Maret 2018.
Baca Juga: Viral Satpam Meninggal Digigit Ular: Ternyata Indonesia Memang Negerinya Ular Berbisa, Hati-hati!
(Lutfy Mairizal Putra)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Makan Buaya".