Penulis
Intisari-online.com - Seorang anak laki-laki berumur10 tahun baru-baru ini ditemukan sedang berkeliaran di toko.
Anak tersebut mengaku bernama Tikhon, dia berlari ke toko dengan kondisi menyedihkan di mana lehernya dirantai di lehernya.
Menurut Metro, pada Rabu (24/7/2019), staf checkout terkejut ketika menemukan anak tersebut dengan belenggu di lehernya.
Rupanya kehidupannya begitu miri, Tikhon mengaku dia dipenjarakan oleh ayahnya yang berusia 46 tahun, di sebuah gudang di rumahnya.
Ayahnya diketahui adalah seorang pengusaha Rusia, Tikhon berhasil melarikan diri ketika ayahnya membawa istri keduanya yang hamil ke rumah sakit.
Kemudian Tikhon berhasil membebaskan diri dan memutus rantai dengan sebatang kayu.
Lalu, dia pergi ke sebuah toko di desa Velikovechnoye di Krasnodar, Rusia Selatan, dia memohon pada penjaga toko untuk tidak memberi tahu ayahnya bahwa dia melarikan diri.
Namun mereka melaporkannya ke polisi, kemudian petugas pemadam kebakaran membebaskannya dari rantai tersebut.
Menurut keterangan bocah itu, dia secara teratur dirantai oleh ayahnya di ruang bawah tanah untuk waktu yang lama.
Kini Tikhon dibawa ke ruang pemeriksaan medis untuk dirawat di pusat rehabilitasi sosial.
Ayah Tikhon kini dalam penyelidikan, Komite Investigasi Rusia diminta untuk menyelidiki kasus yang melibatkan ayah Tikhon tersebut.
Anak itu tinggal bersama ayah dan ibu tirinya, namun ibu kandungnya kini menuntut agar anak lelakinya dibebaskan dari ayahnya.
Ibunya Viktoria mengatakan, "saya sangat prihatin, dengan nasibnya, aki ingin dia bersamaku dan tidak dengan ayahnya yang tirani."
Dia mengatakan bocah itu sangat khawatir dia akan kembali ke ayahnya tetapi saya akan melakukan segalanya untuk mencegah hal itu.
Para guru mengatakan, mereka menyatakan keprihatinan terhadap kesejahteraan bocah itu, berharap pihak berwenang akan mengambil tindakan.
Saat ini ayahnya yang memiliki dua anak dengan istri keduanya telah dipanggil polisi untuk diinterogasi.
Baca Juga: Dari Unit 731 Hingga Pawai Kematian Baatan, 5 Fakta Kekejaman Jepang Dalam Perang Dunia II