Find Us On Social Media :

Begini Cara Purnomo Mengendalikan Gula Darahnya

By Agus Surono, Kamis, 30 Mei 2019 | 03:00 WIB

Purnomo di rumah sangrainya.

Intisari-Online.com - Hipokrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran, pernah berujar, “Jadikan makanan Anda sebagai obat dan obat menjadi makanan.” Sampai beberapa dekade, anjuran itu benar adanya. Selain ditunjang makanan yang masih alami dan beragam, pada masa itu pun orang relatif banyak bergerak.  

Pada waktu itu, penyajian makanan masih bisa dibilang instan yang sebenarnya. Dalam arti semua dipersiapkan segera dari awal. Dari hulu ke hilir. Tidak seperti sekarang yang segera tapi hanya proses di hilirnya. Modernitas yang berarti juga kehidupan yang gegas membuat makanan olahan pun bisa lekas disajikan.  Ditambah dengan gaya hidup sedentary alias malas gerak, muncul kemudian penyakit yang sebelumnya emoh mampir.

Mager alias malas bergerak ini diam-diam menjadi kawan keseharian masyarakat modern. Diam-diam pula mengancam kesehatan kita. Badan kesehatan dunia, WHO, belum lama mengeluarkan fakta yang patut kita renungkan: seperempat orang di dunia kurang berolahraga dan kurang bergerak. Temuan ini tak jauh berbeda dengan penelitian WHO pada 2001 lalu.

Baca Juga: Bagi Anda Yang Mager, Lakukan Ini demi Mencegah Kematian Dini

Patut kita renungkan karena penyakit yang mengintai mereka yang malas bergerak bukan sembarang penyakit. Melainkan penyakit mematikan seperti diabetes tipe 2, beberapa jenis kanker, dan persoalan kardiovaskuler.

Menurut WHO pula, gaya hidup sedentari menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Begitu pula dengan data dari European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada 2008: kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.

Jika gaya hidup sedentari diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol, kita pun berisiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan.

Pentingnya bergerak itu yang kemudian memunculkan jargon “olahraga sebagai obat”.

Baca Juga: Di Kampung Ini, Wanita Obesitas Dianggap yang Tercantik dan Wanita Langsing Justru Merasa Rendah Diri 

Kasihan dengkul

Salah satu yang mempraktikkan “olahraga sebagai obat” adalah Purnomo Sidi (50). Sekitar umur 32 tahun dia sudah didiagnosis diabetes  tipe 2. Ini merupakan kondisi ketika kadar gula dalam darah melebihi nilai normal. Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu gula (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energi.

(Sementara diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin. Akibatnya, penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan insulin dari luar. Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibanding diabetes tipe 2. Diketahui hanya ada 10 % penderita diabetes tipe 1 dari seluruh kasus diabetes di seluruh dunia.)