Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah tim insinyur sipil di Perancis telah mengungkapkan bahwa orang Romawi memiliki teknologi kuno yang canggih.
Yakni sebuah teknologi untuk untuk membangun struktur yang bertindak seperti perangkat penyelubungan elektromagnetik modern.
Pola fondasi di beberapa monumen Romawi utama, seperti Colosseum, memberikan perlindungan terhadap gempa bumi dengan menekuk gelombang seismik di sekitarnya.
Baca Juga : Berusia 2.500 Tahun, Tempurung Tengkorak 'Tertawa' Ini Diikat Sejak Bayi
Metamaterial Arkeologi Kuno
Bangsa Romawi menggunakan fitur arsitektur dalam konstruksi mereka yang bertindak seperti 'metamaterial', struktur buatan yang dapat memanipulasi gelombang elektromagnetik atau suara.
Sebagai contoh, mengelilingi bangunan dengan kisi lubang atau benda padat yang tertanam di tanah dapat mengalihkan gelombang seismik di sekitar monumen, secara efektif menciptakan 'jubah tembus pandang' seismik.
Menurut Physics World , "Ketika gelombang seismik dalam kisaran gelombang panjang tertentu melewati kisi-kisi tersebut."
"Beberapa refleksi dalam kisi saling mengganggu satu sama lain secara destruktif untuk menciptakan celah pita yang dapat mengurangi guncangan bangunan secara signifikan."
Metamaterial modern
Metamaterial buatan manusia pertama kali disintesiskan di lab pada tahun 2000 dengan menggunakan logam yang sangat konduktif seperti emas atau tembaga dalam pengaturan tertentu.
Mereka dikembangkan untuk berbagai kegunaan, termasuk membuat 'lensa super', yang mampu melihat objek pada skala yang jauh lebih kecil, dan mengurangi dampak gempa bumi pada bangunan.
ArsTechnica melaporkan bahwa ketika para peneliti membandingkan metamaterial modern dengan struktur monumen Romawi tertentu, mereka menemukan bahwa pola pada bangunan Romawi kuno sangat mirip satu sama lain.
Apakah bangsa Romawi sudah tahu tentang sifat penyelubungan seismik dari susunan seperti itu?
Sepertinya iya, karena pola yang sama digunakan dalam pembangunan banyak monumen Romawi, termasuk banyak teater dan amfiteater.
Teknologi Romawi Kuno
Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian telah mengungkapkan bahwa bangsa Romawi sangat maju dalam sejumlah domain, dari arsitektur hingga teknik, kimia, dan bahkan nanoteknologi!
Struktur beton saat ini biasanya dirancang untuk bertahan antara 100 dan 120 tahun.
Namun, orang Romawi membangun struktur dari beton 2.000 tahun yang lalu yang telah mempertahankan integritas struktural mereka hingga hari ini.
Bangsa Romawi membuat beton dengan mencampur kapur, batuan vulkanik, dan air laut.
Kombinasi ketiganya memicu reaksi kimia di mana kapur memasukkan molekul ke dalam strukturnya dan bereaksi dengan abu untuk menyatukan seluruh campuran menjadi satu.
Beton air laut kuno mengandung struktur kristal Tobermorite yang ideal, yang memiliki kekuatan dan daya tahan lebih besar dari padanan modern yang ada.
Jalan- jalan Romawi adalah prestasi teknik lainnya.
Jaringan jalan mereka mencakup jarak lebih dari 400.000 km dan menyebar di seluruh kekaisaran Romawi yang luas dari Britania Raya di utara ke Maroko di selatan, dan dari Portugal di barat ke Irak di Timur.
Jalan Romawi terdiri dari tiga lapisan - lapisan fondasi di bagian bawah terdiri dari batu, kerikil kasar, batu bata atau tumpukan kayu hancur, lapisan tengah terdiri dari pasir atau kerikil halus, dan lapisan permukaan kerikil, yang kadang-kadang dicampur dengan kapur.
Banyak jalanan yang tetap hingga hari ini.
Mungkin salah satu penemuan paling mengejutkan dari teknologi Romawi adalah Piala Lycurgus, sebuah piala hiasan yang menggambarkan adegan ikonik dengan Raja Lycurgus of Thrace.
Salah satu ciri yang membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun adalah kenyataan bahwa ketika dinyalakan dari depan, cangkir itu berwarna hijau jade, tetapi ketika dinyalakan dari belakangnya memancarkan darah merah.
Jawabannya akhirnya terungkap pada tahun 1990.
Para peneliti di Inggris memeriksa pecahan kaca di bawah mikroskop dan menemukan bahwa pengrajin Romawi yang membuat piala adalah pelopor dalam nanoteknologi.
Partikel kecil yang sangat kecil dari perak dan emas ditambahkan ke kaca - partikel yang sangat kecil hanya berdiameter 50 nanometer.
Itu berarti elemen-elemen ini kurang dari seperseribu ukuran sebutir garam.
Pengerjaan yang teliti seperti itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan atau tidak disengaja.
Ya jangan heran lagi, berkali-kali kita telah melihat bahwa budaya kuno memiliki pengetahuan maju, yang kadang-kadang melebihi budaya modern saat ini.
Baca Juga : Kaisar Bokassa, Kaisar asal Afrika yang Punya Tahta Seberat 2.000 Kg