Penulis
Intisari-Online.com -Mantan Gubernur Banten sekaligus aktor dan sutradara Rano Karno baru saja menjalani operasi pengangkatan empedu.
Hal ini membuatnya harus membatasi kegiatan promo filmSi Doel The Movie 2.
"Saya kan belum lama ini juga baru operasi. Badan belum terlalu fit juga," kata Rano, seperti dilansir darikompas.com.
"Tapi ya, itu enggak jadi alasan. Kemarin itu operasi empedu saya, jadi sekarang saya enggak punya empedu," tambahnya.
Baca Juga : Akibat Jarang Sarapan dan Pola Makan Tak Teratur, 2.000 Batu Empedu Ditemukan dalam Tubuh Wanita Ini
Operasi pengangkatan empedu seperti yang dialami Rano sendiri sebenarnya bisa disebabkan oleh beberapa penyakit.
Salah satu diantaranya, bahkan menjadi penyebab yang paling sering, adalah penyakit batu empedu.
Sayangnya, banyak keliru mengenali gejala batu empedu dengan gejala maag,nyeri di sekitar lambung. Karena itu, tak sedikit penderita yang merasa sakit maag dan kerap bolak-balik ke dokter lalu diberi obat maag.
Tentu saja kondisi tak kunjung membaik. Bagaimana membedakan keluhan batu empedu dengan maag?
Seperti diungkapkan Dr H Ari Fahrial S, SpPD-KGEH, MMB, spesialis penyakit dalam dari RS Cipto Mangunkusumo, keluhan bisa serupa karena letak lambung dan kantong empedu berdekatan, yakni di ulu hati.
Jika salah satu organ ini rnengalami peradangan, rasanya hampir sama.
"Orang mengira maag dan kembung, tetapi setelah beberapa kali pemeriksaan diketahui ada batu di kantong atau saluran empedu," ungkap Dr Ari.
Untuk membedakan dengan maag, kita perlu memerhatikan penjalaran dan frekuensi nyeri.
"Kalau maag, frekuensi sakit biasanya pelan-pelan hingga akhirnya begitu hebat. Apabila batu empedu, sakitnya tiba-tiba timbul dengan sangat dan kemudian bisa hilang begitu saja," tutur dosen di FKUI ini.
Peradangan pada kantong dan saluran menimbulkan nyeri di bawah tulang iga, sedikit ke kanan. Nyeri itu berpotensi menjalar hingga ke pinggang bagian kanan dan bahu kanan.
Apabila lambung yang meradang, nyerinya terasa lebih sedikit ke atas ulu hati dan ke kiri.
"Rasa sakit biasanya juga terjadi dalam 2 hingga 4 jam setelah menyantap makanan berlemak. Timbulnya sering kali antara pukul 21.00 hingga pukul 06.00," katanya.
Baca Juga : (FOTO) Sadis! Inilah Praktik Ekstraksi Empedu Beruang yang Dilakukan di China dan Vietnam
Kecil lebih berbahaya
Batu empedu biasanya terbentuk di dalam kantong empedu atau di saluran empedu dan saluran hati.
Batu ini dapat memicu radang dan infeksi pada kantong empedu dan di saluran lain apabila batu keluar dari kantong empedu dan menimbulkan penyumbatan di saluran lain.
"Batu empedu berukuran kecil lebih berbahaya daripada yang besar. Batu kecil berpeluang berpindah tempat atau berkelana ke tempat lain dan memicu masalah baru," ujarnya.
Riset menunjukkan, penyakit batu empedu di Asia umumnya disebabkan infeksi di saluran pencernaan. Di Barat dipicu empat faktor risiko, yakni jenis kelamin wanita, usia di atas 40 tahun, diet tinggi lemak, dan masalah kesuburan.
Di Indonesia, faktor pencetus infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.
"Penyebab paling utama di Indonesia adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar tanpa terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong empedu sehingga cairan yang berada di kantong empedu mengendap dan menimbulkan batu," paparnya.
Infeksi tersebut kebanyakan berupa tifoid atau tifus. "Kuman tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam," katanya.
Kebiasaan pasien yang tidak menghabiskan penggunaan obat antibiotik juga dapat memicu timbulnya batu empedu. Kuman akan terus berada di kantong empedu karena dalam siklus perjalanannya akan bermuara di kantong empedu.
"Itu alasannya antibiotik harus dihabiskan supaya kuman di kantong empedu benar-benar habis," ujarnya.
Baca Juga : Orang Desa di China Ini Ditetapkan Jadi Miliarder Baru Setelah Tak Sengaja Menemukan Batu Empedu Babi
Akibat tumpukan lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.
Cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan bertugas dalam proses penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, dan K. Cairan empedu penting dalam proses pencernaan, terutama lemak.
Cairan empedu disimpan di kantong empedu yang terletak di bawah organ hati. Bentuknya seperti buah pir dan bisa menampung 50 ml cairan empedu. Kantong sepanjang 7-10 sentimeter ini terhubung dengan hati dan usus 12 jari melalui saluran empedu.
Bila kadar kolesterol dalam tubuh meningkat dan hati tak bisa lagi mengeluarkannya bisa terbentuk batu empedu.
"Pada orang yang memiliki bakat kolesterol tinggi, ada lebih banyak lagi tumpukan kolesterol, dan sangat bisa mencetuskan batu empedu. Kecenderungannya sampai 30 persen," ujarnya.
Awalnya kolesterol mengendap, lalu biasanya terjadi penebalan dinding empedu. Selanjutnya akan terjadi perubahan kimiawi pada empedu yang disebut batu empedu.
Batu empedu juga bisa disebabkan tumpukan pigmen bilirubin dan garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Karena itu, cirinya berbeda.
Batu empedu dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan dan tampak mengilap seperti minyak, sedangkan dari tumpukan pigmen bilirubin berwarna hitam tetapi keras atau berwarna coklat tua, tetapi rapuh.
Batu empedu dapat menyebabkan berbagai masalah apabila masuk ke saluran pencernaan atau usus halus. Terkadang batu juga muncul pada saluran empedu.
Apabila batu ini terdapat pada kandung empedu bisa terjadi peradangan kolestitis akut. Itu karena adanya pecahan batu di dalam saluran empedu yang menimbulkan rasa sakit berlebihan.
Baca Juga : Pakar: Daging, Empedu, dan Bisa Ular Tak Masalah Dikonsumsi Manusia, Asal...
Obat hanya mencegah
Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan USG. Bisa juga dilakukan foto sinar X dan pemeriksaan darah di laboratorium.
Perawatan dengan mengistirahatkan kantong empedu. Pengobatan terapi yang biasa dilakukan adalah kombinasi obat Chenodeoxycholic Acid (CCDA) dan Ursodeoxicholic Acid (UDCA).
"Pengobatan terapi kombinasi CCDA (mengurangi sintesis kolesterol) dan UDCA (mengurangi penyerapan kolesterol) diharapkan bisa menyembuhkan batu empedu tanpa efek samping," katanya.
Berdasarkan penelitian, terapi tersebut hanya bisa mencegah, tetapi tidak menghilangkan batu empedu. Untuk menghilangkan batu tetap dperlukan tindakan medis. Pilihan ada dua, yakni laparoskopi atau operasi biasa.
Laparoskopi hanya menimbulkan bekas seperti tusukan di perut dan prosesnya menggunakan kontrol komputer. Sebaliknya, operasi bedah biasa akan menimbulkan bekas robekan.
Intinya, tindakan medis tersebut bertujuan mengangkat kantong empedu. Konsekuensinya, pasien tak bisa lagi mengonsumsi makanan berlemak karena tidak ada lagi organ yang memproses lemak di tubuh.
(Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Batu Empedu Sering Dikira Sakit Maag".
Baca Juga : Hampir 12.000 Batu Empedu Tersimpan di Tubuhnya, Wanita Ini Hanya Merasa Sakit Perut