Penulis
Intisari-Online.com - Plastik mungkin saja banyak dipandang sebagai limbah yang mengotori lingkungan.
Namun, bagi siswa sekolah Guwahati di India, plastik-plastik itu seperti emas.
Bagi mereka, plastik adalah emas yang bisa mengantar mereka untuk mendapatkan pendidikan gratis.
Diwartakan Elite Readers,Mazin Mukhtar dan Parmita Sarma bertemu di India untuk pertama kalinya pada tahun 2013.
Baca Juga : Bisul Sangat Mengganggu? Ini 5 Cara Alami yang Ampuh Mampu Atasi Bisul
Rupanya, memiliki satu impian yang sama untuk membawa perubahan di bidang pendidikan.
Pada tahun 2016, impian mereka mendorong mereka untuk membangun sekolah gratis berbasis keberlanjutan di pusat Assam yang disebut Akshar.
Awalnya, Mazin dan Parmita menghadapi kesulitan karena sebagian besar orang tua tidak mau mengirim anak-anak mereka yang bekerja untuk belajar.
Baca Juga : Seorang Pria Hidup dengan Mayat Ibunya Selama 4 Bulan, Beginilah Cara Pria Tersebut Menutupi Kematian Ibunya
Kemudian, Mazin dan Parmita menciptakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan keuangan keluarga sambil memberikan anak-anak mereka pendidikan yang layak.
Parmita berkata bahwa dia dan rekannya ingin memulai sekolah gratis untuk semua, tetapi kemudian mereka menemukan ide itu setelah menyadari adanya masalah sosial dan ekologi yang lebih besar di daerah itu.
Parmita ingat bagaimana awalnya ruang kelas mereka dipenuhi dengan asap beracun setiap kali ada orang di sekitar mereka yang membakar plastik.
Di sana ada kebiasaan untuk membakar plastik agar tetap hangat.
Baca Juga : Empat Bocah Hidup Bersama Ribuan Kecoak di Rumah Penuh Sampah, Ayah dan Pasangannya Ditangkap
Untuk itu, Mazin dan Parmita ingin mengubahnya dan mulai mendorong siswa mereka untuk membawa sampah plastik mereka untuk biaya sekolah.
Akshar adalah sekolah kecil yang dimulai dengan 20 siswa, namun sekarang sudah memiliki hampir 100 siswa yang berusia antara 4 dan 15 tahun.
Para generasi muda itu diajar betapa pentingnya pendidikan, kelestarian lingkungan dan memberikan timbal balik pada komunitas mereka dengan membuat mereka sepenuhnya terlibat dalam kegiatan sekolah yang berbeda.
Parmita membagikan cerita bahwa sekolah mereka bukanlah sekolah biasa yang terlihat sejak orang masuk ke sana.
Baca Juga : Akibat Potongan Buah Durian, Ratusan Pengunjung Perpustakaan Harus Dievakuasi
Di sekolah itu, para siswa akan duduk di ruang terbuka di bawah atap bambu.
Gagasan di balik itu adalah untuk membuka ide-ide pendidikan konvensional.
Jadi, alih-alih nilai atau kelas khusus usia, mereka memiliki level, di mana siswa dari berbagai kelompok umur mempelajari hal yang sama pada saat bersamaan.
Di sekolah yang unik itu, siswa diharapkan membawa tas plastik berisi sekitar 25 item sampah plastik setiap minggu sebagai 'pembayaran' untuk biaya sekolah mereka.
Plastik tersebut kemudian akan didaur ulang.
Baca Juga : Berikut 5 Makanan Super untuk Tingkatkan Kesehatan Anda, Yuk Konsumsi!